Akad Pola Sewa
3.5 Akad Pola Sewa
Transaksi nonbagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi berpola sewa atau ijarah. Ijarah, biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan, adalah akad yang dilakukan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. Ijarah adalah istilah dalam Fikih Islam dan berarti memberikan sesuatu untuk disewakan. Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi, hakekatnya ijarah adalah penjualan manfaat.
Ada dua jenis ijarah dalam hukum Islam, yaitu:
1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah.
2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) di bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut musta’jir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jirmuaajir, sedangkan biaya sewa disebut ujrah.
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syariah. Sementara itu, ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syariah.
Secara skematis, transaksi berpola sewa atau ijarah bentuk kedua dapat dibaca pada gambar 44. Ijarah adalah transaksi sewa-menyewa barang tanpa alih kepemilikan di akhir periode. Ijarah wa Iqtina atau Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah transaksi sewa beli dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan obyek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan obyek sewa.
Ijarah
Tidak ada alih
Janji untuk menjual di awal
Gambar 44. Skema Transaksi Pola Sewa
Ijarah mempunyai kemiripan dengan leasing pada sistem keuangan konvensional karena keduanya terdapat pengalihan sesuatu dari satu pihak kepada pihak lain atas dasar manfaat. Namun demikian, karakter keduanya berbeda seperti diperlihatkan pada tabel
Tabel 9. Perbedaan Ijarah dan Leasing
No
Item
Ijarah
Leasing
1 Objek
Manfaat barang dan jasa
Manfaat barang saja
3 Alih Kepemilikan
Jelas:
Tidak semuanya jelas:
1. Ijarah – tidak ada
1. Operating Lease – tidak ada
2. IMBT – ada
2. Financial Lease – ada pilihan untuk membeli atau tidak pada akhir periode
4 Sewa Beli
Tidak boleh karena ada unsur gharar
Boleh
(tidak jelas) antara sewa dan beli
5 Sale and Lease Back Boleh
Boleh
Sumber: Nazir dan Hasanuddin (2004), diolah.
3.5.1 Ijarah
Sewa atau ijarah dapat dipakai sebagai bentuk pembiayaan, pada mulanya bukan merupakan bentuk pembiayaan, tetapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli. Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli aset dapat mendatangi pemilik dana (dalam hal ini bank) untuk membiayai pembelian aset produktif. Pemilik dana kemudian membeli barang dimaksud dan kemudian menyewakannya kepada yang membutuhkan aset tersebut.
Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk membeli aset tersebut.
Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa aset, dan mu’jirmuaajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset;
2) Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa); dan
3) Shighah, yaitu Ijab dan Qabul. Dua hal harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagai bentuk pembiayaan.
Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum Syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:
1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak;
2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat memberi manfaat kepada penyewa;
3) Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku; dan
4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual, harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.
Syarat-syarat di atas menyiratkan bahwa pemilik dana atau pemilik aset tidak memperoleh keuntungan tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Tingkat keuntungan (rate of return) baru dapat diketahui setelahnya.
Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan dengan alasan:
1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur aset yang bersangkutan. Aset hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu, harga 1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur aset yang bersangkutan. Aset hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu, harga
2) Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapat terus disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa pertama berakhir, pemilik belum tentu langsung mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila sewa diperbaharui, harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi produktivitas aset yang mungkin telah berkurang.
Obyek Sewa
NASABAH
3c. Pengiriman
SUPLIER PENJUAL
MA’JUR
MUSTA’JIR
3a
4. Bayar sewa
epemilikan K
BANK
2. Beli obyek sewa
3b. Akad IMB 1. Pesan obyek sewa
MU’JIR
Gambar 45. Skema Pembiayaan Ijarah
3.5.2 Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan obyek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan obyek sewa. Berbagai bentuk alih kepemilikan IMBT antara lain:
a) Hibah di akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset dihibahkan kepada penyewa;
b) Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset b) Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset
c) Harga ekuivalen dalam periode sewa, yaitu ketika penyewa membeli aset dalam periode sewa sebelum kontrak sewa berakhir dengan harga ekuivalen; dan
d) Bertahap selama periode sewa, yaitu ketika alih kepemilikan dilakukan bertahap dengan pembayaran cicilan selama periode sewa.
IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK
HIBAH Pada Akhir Periode
HARGA SISA atau Harga Pada Akhir Periode
HARGA EKUIVALEN Dalam Periode Sewa
Kepemilikan BERTAHAP Selama Periode Sewa
Gambar 46. Bentuk Alih Kepemilikan IMBT
Bagan proses pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) dapat dibaca pada Gambar 47.
3c. Pengiriman
SUPLIER PENJUAL
MA’JUR
MUSTA’JIR
3a 5b n
4. Bayar sewa
Kepemilika
BANK
2. Beli obyek sewa
3b. Akad IMB 5a. Alih
1. Pesan obyek sewa
MU’JIR
Gambar 47. Bagan Proses Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik