Pengaruh Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Penerapan SAK ETAP

1. Pengaruh Persepsi Pengusaha UMKM Terhadap Penerapan SAK ETAP

  Berdasarkan perhitungan statistik dengan SPSS, hasil uji-t yang disajikan dalam tabel IV.17 menyajikan hasil uji statistik t variabel persepsi pengusaha memiliki nilai t hitung < t tabel (1,648 < 1,986). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh persepsi pengusaha UMKM terhadap penerapan SAK ETAP. Selain itu uji signifikansi konstanta dan variabel independen dalam tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,049 < 0,05 (α). Sehingga dapat dinyatakan bahwa persepsi pengusaha UMKM secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerapan SAK ETAP.

  Hasil penelitian berdasarkan hasil regresi berganda menunjukkan bahwa pengusaha UMKM memiliki persepsi kegunaan atas SAK ETAP yang baik, dimana mereka meyakini bahwa SAK ETAP berguna sebagai bahan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, namun tidak meyakini bahwa SAK ETAP akan menghemat waktu dalam melakukan pencatatanpembukuan usaha. Sedangkan indikator persepsi kemudahan penggunaan menghasilkan tingkat yang cukup baik bagi pengusaha UMKM terhadap penerapan SAK ETAP. Mereka meyakini bahwa SAK ETAP mudah dan cepat untuk dimengerti, namun mereka agak kurang setuju apabila dalam penerapan SAK ETAP tidak membutuhkan usaha keras untuk menerapkannya.

  Hasil kuesioner menunjukan bahwa persepsi para pengusaha UMKM atas perlakuan pengukuran asset dan kewajiban pada SAK ETAP tidak berpengaruh terhadap penerapan SAK ETAP. Hal yang dimungkinkan menjadi indikasi penyebab tidak berpengaruhnya pengaruh persepsi UMKM atas perlakuan aset pada SAK ETAP terhadap kinerja usaha adalah berdasarkan hasil deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata persepsi UMKM atas perlakuan aset pada SAK ETAP tergolong kurang. SAK bersifat wajib (Mandatory) bagi perusahaan go public dan bersifat suka rela (Voluntary) bagi perusahaan non go public termasuk didalamnya adalah UMKM. Penerbitan SAK ETAP dan penerapannya juga bersifat suka rela, artinya UMKM tidak wajib dalam menerapakan SAK ETAP. Selain itu, Tidak semua UMKM memiliki kewajiban, adapun UMKM yang memiliki kewajiban mereka masih mencatatnya secara sederhana. Maka dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya persepsi mereka atas kemudahan penggunaan dan kegunaan terhadap SAK ETAP tidak akan berpengaruh terhadap meningkatnya penerapan SAK ETAP.

  Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting dalam diri seseorang dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya sehingga setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda. Seseorang yang memiliki persepsi negatif terhadap sesuatu hal maka cenderung akan menolak atau menjauhinya. Namun sebaliknya jika seseorang mempunyai persepsi yang positif terhadap sesuatu hal maka orang tersebut akan mendukung atau tertarik terhadap sesuatu tersebut.

  Temuan ini relevan dengan penelitian I Made Narsa (2012) yang

  menyatakan bahwa UMKM tidak mempunyai laporan keuangan sesuai dengan standar SAK-ETAP Adanya persepsi bahwa tanpa laporan keuangan pun, usaha tetap berjalan dan memberi penghasilan. Selain itu juga relevan dengan penelitian Haniatun Sarifah (2012) bahwa persepsi mereka atas pencatatan asset dan sewa masih kurang dan tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha kecil. Namun tidak relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Permatasari (2014) pada koperasi dan Ni Luh Supadmi (2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rina Permatasari (2014) memberikan kesimpulan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif karena karyawan KJKS diwajibkan untuk menguasai dan menggunakan SAK ETAP yang sudah ditetapkan sebgaia alat untuk membuat laporan keuangan, serta Pinasti (2007) yang menyatakan bahwa eksperimen terhadap persepsi pengusaha kecil atas sebuah informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi. mendukung teori yang dikemukakan oleh Ramadhani (2008), bahwa intensitas penggunaan dan interaksi antara pegawai dengan sebuah informasi akuntansi juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan informasi tersebut. Sistem informasi yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh peggunanya.

  Menurut teori pengadopsian suatu teknologi (TAM) yang diungkapkan oleh davis (1989) bahwa persepsi kegunaan dan kemudahan merupakan tingkatan seseorang percaya bahwa pengunaan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja mereka dan teknologi tersebut dapat dengan mudah dipahami dan digunakan.

  Teori tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini, yakni persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerapan SAK ETAP. Meskipun para pengusaha UMKM memiliki persepsi yang baik atas kemudahaan penggunaan dan manfaat dari suatu sistem baru, mereka kurang mermperhatikan hal itu untuk diterapkan pada usahanya, dengan anggapan tanpa mempertimbangkan melakukan pencatatanpembukuan mereka masih dapat berdiri dan menghasilkan laba.