Hasil Penelitian yang Relevan

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian dan studi mengenai SAK bagi UMKM maupun SAK ETAP memang belum banyak dilakukan oleh peneliti khususnya di Indonesia. Kiblat bagi penyusunan standar akuntansi keuangan secara khusus diperuntukkan bagi UMKM pada tahun 2007 yang ditandai dengan secara resmi dikeluarkannya “IFRS for SMEs”.

  Walaupun demikian, beberapa peneliti di Indonesia telah melakukan penelitian mengenai penerapan akuntansi bagi usaha kecil dengan berbagai pengujian yang menitikberatkan pada variabel tertentu. Penelitian tersebut dapat menjadi suatu dasar acuan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dapat memperkuat hasil penelitian ini, karena penelitian terdahulu sudah terbukti secara empiris. Penelitian yang akan dijelaskan, adalah penelitian yang berkaitan dengan persepsi pengusaha UMKM, umur usaha, sosialisai pelatihan dan penerapan SAK ETAP. Penelitian tersebut akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini:.

  Tabel II.1 Penelitian Terdahulu

  No.

  Nama Peneliti

  Variabel yang Digunakan

  Hasil Penelitian

  1. I Gusti Putu Ngr.

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  Aditya Pradipta dan

  (Y) Implementasi Standar

  H 2 = Diterima

  Ni Luh Supadmi

  Akuntansi

  Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

  E-Jurnal Akuntansi

  Publik (SAK ETAP) pada

  Universitas Udayana

  UMKM

  Vol.13.3 Desember

  (2015): hal 857-887

  Variabel independen:

  ISSN: 2303-1018

  (X 1 ) Persepsi kemudahan penggunaan (X 2 ) Persepsi kegunaan

  2. Imam Setijawan dan

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  Rina Permatasari

  (Y) Penggunaan Standar

  H 2 = Diterima

  Akuntansi

  H 3 = Diterima

  Keuangan Entitas Tanpa

  H 4 = Diterima

  Jurnal Bisnis dan

  Akuntabilitas

  H 5 = Diterima

  Ekonomi (JBE),

  Publik (SAK ETAP)

  September 2014, Hal. 163 – 175Vol. 21, No.

  Variabel independen:

  (X 1 ) Persepsi kesiapan

  ISSN: 1412-3126

  implementasi,

  (X 2 ) Persepsi pemahaman informasi akuntansi, (X 3 ) Persepsi kemudahan, (X 4 ) Persepsi kegunaan, (X 5 ) Persepsi penyajian laporan keuangan

  3. Rosmiaty Tarmizi dan

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  Ni Luh Sartika

  (Y) Penggunaan Standar

  Bugawanti (2013)

  Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

  Jurnal Akuntansi dan

  Akuntabilitas

  Keuangan Vol 4, No 2

  Publik (SAK ETAP)

  (2013): September

  Variabel independen: (X) Persepsi pengusaha UMKM

  4. Eni Minarni dan

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  Krisan Sisdiyantoro

  (Y) Implementasi SAK ETAP

  H 2 = Ditolak

  H 3 = Diterima

  Variabel independen:

  Jurnal Universitas

  (X 1 ) Kompetensi SDM, (X 2 )

  Tulungagung

  Komitmen , dan (X 3 )

  BONOROWO Vol.

  Pemanfaatan Teknologi

  2.No.1 Tahun 2014

  5. Chelsy Wulandari dan

  Variabel dependen :

  H 1 = Ditolak

  Dina Hidayat (2012)

  Penggunaan Informasi

  H 2 = Diterima

  Akuntansi

  H 3 = Diterima

  Jurnal Ekonomi,

  H 4 = Diterima

  Manajemen dan

  Variabel independen:

  H 5 = Diterima

  Akutansi I Vol 19 No.

  (X 1 ) Skala Usaha,

  2 Desember 2012

  (X 2 ) Masa Memimpin, (X 3 )

  Pendidikan Manajer, (X 4 ) Pelatihan Akuntansi,

  (X 5 ) Umur Perusahaan

  6. Rizki Rudiantoro

  Variabel dependen :

  H 1a = Ditolak

  Dan Sylvia Veronica

  1. Persepsi Pengusaha UMKM

  H 1b = Diterima

  Siregar (2012)

  2. Jumlah Kredit Perbankan

  H 1c = Ditolak

  yang diterima UMKM

  H 1d = Diterima

  Jurnal Akuntansi dan

  3. Pemahaman terkait SAK

  H 1e = Diterima

  Keuangan Indonesia

  ETAP

  Volume 9 - No. 1, Juni

  H 2a = Ditolak

  Variabel independen:

  H 2b = Diterima

  1. Pendidikan terakhir, latar

  H 2c = Diterima

  belakang pendidikan , ukuran

  H 2d = Diterima

  usaha, lama usaha

  H 2e = Diterima

  2. Kualitas Laporan Keuangan, Ukuran Usaha, Lama Usaha,

  H 3a = Diterima

  Besaran Jaminan Kredit,

  H 3b = Ditolak

  Termin Kredit

  H 3c = Ditolak

  3. Kualitas Lap Keuangan

  H 3d = Ditolak

  UMKM, Jaminan Kredit,

  H 3e = Ditolak

  Termin Kredit, Informasi dan Sosialisasi

  7. Hani’ atun Sarifah

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  (Y) Kinerja Usaha

  H 2 = Ditolak H 3 = Ditolak

  Accounting Analysis

  Variabel independen:

  Journal 1 (2) (2012)

  (X 1 ) Persepsi UMKM atas

  ISSN 2252-6765

  penyajian laporan keuangan,

  (X 2 ) Persepsi UMKM atas perlakuan aset, dan (X 3 ) Persepsi UMKM atas perlakuan sewa

  8. Margani Pinasti (2007)

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  (Y) Persepsi Pengusaha Kecil

  AMKP-09 SNA X

  terhadap Informasi Akuntansi

  Unhas Makassar

  26-28 Juli 2007

  Variabel independen: (X 1 )

  Pengalaman dalam informasi akuntansi

  9. Linear Diah Sitoresmi

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  dan

  (Y) Penggunaan Informasi

  H 2 = Diterima

  Fuad (20130

  Akuntansi

  H 3 = Diterima

  Diponegoro Journal of Variabel independen:

  ketidakpastian

  Accounting

  (X 1 ) Pendidikan Pemilik,

  lingkungan yang

  Volume 2, Nomor 3,

  (X 2 ) Skala Usaha,

  dirasakan pemilik

  Tahun 2013, Halaman

  (X 3 ) Umur Perusahaan ,

  UKM tidak

  1-13

  (X 4 ) Pelatihan Akuntansi

  memperkuat atau

  ISSN: 2337-3806

  memperlemah

  Variabel moderasi:

  pengaruh dari empat

  Ketidakpastian Lingkungan

  faktor yang diteliti tersebut.

  10 Grace Tiana Solovida

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  (Y) Penyiapan dan Penggunaan

  H 2 = Diterima

  Informasi Akuntansi pada

  H 3 = Diterima

  Prestasi Vol. 6 no.1 –

  Perusahaan Kecil dan

  H 4 = Diterima

  Juni 2010

  Menengah

  H 5 = Diterima

  ISSN: 1411-1497

  H 6 = Diterima

  Variabel independen:

  H 7 = Diterima

  (X 1 ) Skala Usaha,

  (X 2 ) Masa Memimpin, (X 3 ) Sektor Industri, (X 4 ) Umur Perusahaan , (X 5 ) Pendidikan Pemilikmanajer, (X 6 ) Pelatihan Akuntansi, (X 7 ) Budaya Organisasi

  11. Holmes dan Nicholls

  Variabel dependen :

  H 1 = Diterima

  (Y) Penggunaan Informasi

  H 2 = Diterima

  Akuntansi

  H 3 = Diterima

  Accounting and

  H 4 = Diterima

  Business Research ,

  Variabel independen:

  Vol 19, No. 74, pp

  (X 1 ) Ukuran usaha,

  143-150 , 1989.

  (X 2 ) masa pimpinan manajemen, (X 3 ) sektor industri , (X 4 ) pendidikan

  pemilikmanajer

  12. Rakhmad Ady

  Variabel Dependen:

  H 1 = Diterima

  Firmansyah (Vol 2, No. (Y) Penggunaan sistem

  H 2 = Diterima

  2 tahun 2013)

  informasi akuntansi

  H 3 = Diterima H 4 = Diterima

  Jurnal Ilmiah

  Variabel Independen: (X 1 ) Latar

  Mahasiswa FEB

  belakang pendidikan,

  Universitas Brawijaya

  (X 2 ) jenis usaha, pengalaman usaha, (X 3 ) skala usaha, (X 4 ) pelatihan akuntansi.

  13 Elyana Ayu Soraya dan Variabel dependen:

  H 1 = Diterima

  Amir Mahmud (2016)

  (Y) Kebutuhan SAK ETAP

  H 2 = Diterima H 3 = Ditolak

  Accounting Analysis

  Variabel Independen: (X 1 )

  Journal Vol. 5 No. 1

  Tingkat pendidikan pemilik,

  (X 2 ) ukuran usaha, dan (X 3 ) umur usaha.

  Sumber: Data diolah peneliti (2016)

  C. Kerangka Teoritik

  Salah satu cara yang dilakukan untuk mendorong pengusaha UMKM membuat laporan keuangan yang memadai ialah adanya Standar Akuntansi Keuangan yang tepat bagi UMKM. Selama ini, proses pencatatan akuntansi dan pembuatan laporan keuangan berdasarkan PSAK mungkin dirasa terlalu rumit dan kompleks bagi pengusaha UMKM yang kemudian menghambat mereka untuk menerapkannya dalam perusahaan. Setelah ditetapkannya SAK ETAP tahun 2009, UMKM mendapat angin segar untuk memulai penerapan pembuatan laporan keuangan yang benar berbasiskan SAK bagi UMKM di Indonesia. Idealnya, UMKM akan terbantu dan termotivasi dalam menerapkan SAK ETAP dalam perusahaannya sehingga setelah tujuh tahun ditetapkannya, selayaknya SAK ETAP telah mampu diberlakukan secara efektif pada tahun 2011. Walaupun dalam praktiknya belum diketahui apakah memang SAK ETAP dirasakan telah dipahami oleh pelaku UMKM dan siap diimplementasikan.

1. Pengaruh Persepsi Pengusaha UMKM terhadap Penerapan SAK ETAP

  Penerapan SAK ETAP di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh persepsi pengusaha UMKM mengenai kemudahan yang diberikan oleh SAK ETAP dibandingkan dengan PSAK pada umumnya. Schiffman dan Kanuk (2010) menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses dari individu dalam memilih, mengelola dan menginterpretasikan suatu rangsangan yang diterimanya ke dalam suatu penilaian terkait apa yang ada disekitarnya. Dengan demikian persepsi menjadi titik awal seseorang dalam menilai suatu hal dan kemudian mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan

  persepsi sebelumnya. Menurut Jogiyanto (2007), persepsi kemudahan penggunaan (perceived easy of used) terhadap sebuah informasi menunjukkan sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu informasi tertentu dengan mudah, bebas atau tidak diperlukan usaha apapun. Sedangkan kegunaan adalah nilai fungsi dari suatu benda atau arti dari hal tersebut (Rahmat, 2003:85). Adamson dan Shine (2003) menyatakan bahwa hasil riset-riset empiris menunjukkan bahwa persepsi kegunaan merupakan faktor yang cukup kuat untuk mempengaruhi penerimaan, adopsi dan pengunaan sistem oleh pengguna. Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi kegunaan dengan penerapan SAK ETAP. Seperti pada penelitian Supadmi (2015) dan Rina Permatasari (2014) yang menyatakan bahwa persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan memiliki pengaruh positif terhadap penerapan SAK ETAP.

  Terkait penelitian ini, persepsi pengusaha UMKM terhadap SAK ETAP yang diberlakukan sebagai pengganti PSAK akan mempengaruhi proses pembuatan laporan keuangan, apabila pengusaha UMKM merasa bahwa SAK ETAP memberikan kemudahan dan kegunaan dari segi karakteristik pelaporan yang lebih relevan dan lebih handal bagi usahanya, mereka akan berusaha menerapkan SAK ETAP sesegera mungkin.

2. Pengaruh Umur Usaha terhadap Penerapan SAK ETAP

  Selain itu, faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap penerapan SAK ETAP pada UMKM antara lain umur usaha. Menurut Bestari (2011) dalam Wulandary (2012) umur menentukan cara berpikir, bertindak dan berperilaku

  perusahaan dalam melakukan operasionalnya. Begitu pula dengan perusahaan kecil dan menengah, apabila pimpinanmanajer menginginkan perubahan atau peningkatan, maka harus mempunyai pola pikir yang luas. Untuk itu langkah yang perlu diambil adalah dengan perlu adanya penyiapan informasi akuntansi sesuai standar yang berlaku, hal itu agar tidak terjadi kelemahan dalam praktek akuntansi. Umur usaha atau lama usaha dalam hal ini adalah lamanya suatu UMKM berdiri atau umur UMKM semenjak usaha tersebut berdiri sampai pada saat penulis melakukan penelitian ini (Solovida, 2010). Lama berdirinya usaha menjadi salah satu pertimbangan dalam penilaian suatu usaha baik oleh pihak- pihak eksternal, baik perbankan maupun investor, sebab dari usia usaha ini dapat diketahui business stage dari usaha tersebut beserta track record dari usaha yang dijalani selama ini. Holmes dan Nicholls (1989) memperlihatkan bahwa penyediaan informasi akuntansi dipengaruhi oleh usia usaha. Menurut Amburgey et al. (1993) dan Henderson (1999), dalam Anderson dan Eshima (2011), umur usaha yang semakin panjang memberikan keuntungan dalam hal telah mempunyai struktur dan proses yang rutin yang mendisiplinkan setiap tindakan perusahaan. Termasuk dalam proses tersebut adalah proses pembukuan. Das dan Dey (2005) menemukan adanya hubungan positif antara umur usaha UMKM dengan frekuensi melakukan pembukuan secara teratur. Umur perusahaan menentukan pola pikir perusahaan dalam bertindak dalam menjalankan operasional perusahaannya. Selain itu, umur perusahaan juga menentukan kedewasaan pemiliknya untuk mengambil sebuah keputusan. Jika pemilik ingin eksistensi usahanya tetap ada, maka harus membuat keputusan perusahaan dalam melakukan operasionalnya. Begitu pula dengan perusahaan kecil dan menengah, apabila pimpinanmanajer menginginkan perubahan atau peningkatan, maka harus mempunyai pola pikir yang luas. Untuk itu langkah yang perlu diambil adalah dengan perlu adanya penyiapan informasi akuntansi sesuai standar yang berlaku, hal itu agar tidak terjadi kelemahan dalam praktek akuntansi. Umur usaha atau lama usaha dalam hal ini adalah lamanya suatu UMKM berdiri atau umur UMKM semenjak usaha tersebut berdiri sampai pada saat penulis melakukan penelitian ini (Solovida, 2010). Lama berdirinya usaha menjadi salah satu pertimbangan dalam penilaian suatu usaha baik oleh pihak- pihak eksternal, baik perbankan maupun investor, sebab dari usia usaha ini dapat diketahui business stage dari usaha tersebut beserta track record dari usaha yang dijalani selama ini. Holmes dan Nicholls (1989) memperlihatkan bahwa penyediaan informasi akuntansi dipengaruhi oleh usia usaha. Menurut Amburgey et al. (1993) dan Henderson (1999), dalam Anderson dan Eshima (2011), umur usaha yang semakin panjang memberikan keuntungan dalam hal telah mempunyai struktur dan proses yang rutin yang mendisiplinkan setiap tindakan perusahaan. Termasuk dalam proses tersebut adalah proses pembukuan. Das dan Dey (2005) menemukan adanya hubungan positif antara umur usaha UMKM dengan frekuensi melakukan pembukuan secara teratur. Umur perusahaan menentukan pola pikir perusahaan dalam bertindak dalam menjalankan operasional perusahaannya. Selain itu, umur perusahaan juga menentukan kedewasaan pemiliknya untuk mengambil sebuah keputusan. Jika pemilik ingin eksistensi usahanya tetap ada, maka harus membuat keputusan

3. Pengaruh Sosialisasi Pelatihan terhadap Penerapan SAK ETAP

  Menurut Hasibuan (2006) pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Sosialisasi dan pelatihan yang dijalankan jelas sangat berpengaruh pada pemahaman dan kemauan pelaku UMKM dalam menerapkan SAK ETAP. Dalam proses sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai SAK ETAP memang diperlukan adanya kontinuitas dan konsistensi untuk mensosialisasikan SAK ETAP ke seluruh pihak terkait secara menyeluruh di seluruh Indonesia, baik dilakukan oleh IAI yang telah membuat standar tersebut maupun secara kerjasama dengan institusi lainnya. Dengan adanya input informasi yang berkesinambungan dari berbagai pihak yang diterima oleh pelaku UMKM, akan timbul motivasi dan keinginan untuk menerapkan SAK ETAP tersebut dengan segera secara tepat dan akurat. Jain (1999) dalam Era Astuti (2007) mengatakan pelatihan akan menghasilkan peningkatan profesional yang lebih jauh dalam manajemen. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Firmansyah (2013) dan Solovida (2010) yang menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi pada usaha kecil. Pelatihan Menurut Hasibuan (2006) pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Sosialisasi dan pelatihan yang dijalankan jelas sangat berpengaruh pada pemahaman dan kemauan pelaku UMKM dalam menerapkan SAK ETAP. Dalam proses sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai SAK ETAP memang diperlukan adanya kontinuitas dan konsistensi untuk mensosialisasikan SAK ETAP ke seluruh pihak terkait secara menyeluruh di seluruh Indonesia, baik dilakukan oleh IAI yang telah membuat standar tersebut maupun secara kerjasama dengan institusi lainnya. Dengan adanya input informasi yang berkesinambungan dari berbagai pihak yang diterima oleh pelaku UMKM, akan timbul motivasi dan keinginan untuk menerapkan SAK ETAP tersebut dengan segera secara tepat dan akurat. Jain (1999) dalam Era Astuti (2007) mengatakan pelatihan akan menghasilkan peningkatan profesional yang lebih jauh dalam manajemen. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Firmansyah (2013) dan Solovida (2010) yang menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi pada usaha kecil. Pelatihan

  Berdasarkan pemikiran tersebut, kerangka pemikiran model penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SAK ETAP ialah sebagai berikut:

  Variabel Independen

  Variabel Dependen

  H 1