Perancangan Permukiman Kota yang Sehat dengan Penerapan Arsitektur Hijau

(1)

PERANCANGAN PERMUKIMAN KOTA YANG SEHAT

DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU

SKRIPSI

OLEH

INKA PUSPITA

10 0406 008

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERANCANGAN PERMUKIMAN KOTA YANG SEHAT

DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik dalam Departemen Arsitektur

pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

INKA PUSPITA

10 0406 008

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERNYATAAN

(PERANCANGAN PERMUKIMAN KOTA YANG SEHAT

DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014


(4)

Judul Skripsi : PERANCANGAN PERMUKIMAN KOTA YANG SEHAT DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU

Nama : INKA PUSPITA NIM : 10 0406 008 Departemen : ARSITEKTUR

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Samsul Bahri, MT

(NIP: 1965 0318 1995 011001)

Koordinator Skripsi Ketua Program Studi

Ir. Bauni Hamid, M. Des Ir. N. Vinky Rahman, MT

(NIP: 1967 0307 1993 031004) (NIP: 1966 0622 1997 021001)


(5)

Telah diuji pada Tanggal: 14 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Samsul Bahri, MT

Anggota Komisi Penguji : 1. Syahlan Jukhri Nst, ST, IAI 2. Ir. Dwi Lindarto, MT


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menjadi sumber kekuatan selama berlangsungnya pengerjaan skripsi ini. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan seluruh proses penyusunan skripsi yang berjudul: “Perancangan Permukiman Kota yang Sehat dengan Penerapan Arsitektur Hijau” sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak-pihak yang memberi dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada Bapak Ir.Syamsul Bahri, M.T selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik Studio Perancangan Arsitektur 6 dan kepada Bapak Syahlan Jukhri Nst, ST, IAI selaku dosen Arsitek profesional Studio Perancangan Arsitektur 6, atas kesediaannya membimbing, brain storming, motivasi, pengarahan dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada: 1. Kedua orang tua saya yang tercinta, Anggia Dwi Kora dan


(7)

pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakak dan Adik saya tersayang. Meanggi Deci Handarini, SE dan Shelly Febrina yang memberikan motivasi , serta perhatiannya. 3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, Ketua Departemen Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Bauni Hamid, selaku koordinator Skripsi dan koordinator Studio Perancangan Aritektur 6, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Semua teman - teman stambuk 2010, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

7. Adik - adik stambuk 2011 - 2013, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Kiranya Allah SWT memberikan dan melimpahkan kasih dan anugerah-Nya bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.

Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas skripsi ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini


(8)

memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Hormat Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Halaman Pernyataan ii

Halaman Persetujuan iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

ABSTRAK xiii

ABSTRACT xiv

Prolog xv

PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang Pemilihan Tema Pribadi 3

2. Penjabaran Tema 6

BAB I. KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI 12

BAB II. PEMROGRAMAN 25

2.1 Program Kegiatan 26

2.2 Sistem Pengelompokkan Kegiatan 28

2.3 Program Ruang Apartemen 30

2.4 Program Ruang Mall 33

2.5 Program Ruang Pengelola 37

2.6 Program Ruang Parkir 38

BAB III. PERANCANGAN PERMUKIMAN KOTA YANG

SEHAT DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU.39

3.1Arsitektur Hijau 39


(10)

BAB IV. RANCANGAN KONSEPTUAL 49 4.1 Rancangan Konseptual: Kebutuhan akan Ruang Terbuka

Hijau 49

4.2 Rancangan Konseptual: Fungsi Utama dan Fungsi

Pendukung 55

4.3 Rancangan Skematik : Fungsi Mengikuti Bentuk atau

Sebaliknya? 60

4.4 Utilitas 64

BAB V. RANCANGAN FINAL 69

5.1 Revisi Rancangan Skematik 69

5.2 Sistem Struktur Bangunan 77

5.3 Rancangan Final Tapak 84

5.4 Rancangan Final Bangunan 89

Epilog 97

DAFTAR PUSTAKA 99


(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Standar Minimal Ukuran Ruang Tiap Unit 31 2.2 Kebutuhan Dimensi Ruang Lantai Utama Apartemen 32

2.3 Dimensi Ruang Fungsi Umum Mall 33

2.4 Dimensi Ruang Fasilitas Perbelanjaan dan Jasa 34 2.5 Dimensi Ruang Fasilitas Makan dan Minum 35 2.6 Dimensi Ruang Fasilitas Pelayanan Mall 36


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1 Gambaran Sepanjang Pinggir Sungai Deli 13 1.2 Gambaran Sampah yang Tertumpuk di Sepanjang Pinggir

Sungai 14

1.3 Kantor Swasta dan Kantor Pemerintahan di Sekitar Site 16

1.4 Gambaran Kondisi di Sekitar Site 19

1.5 Kondisi Kawasan Muka Sungai di Lokasi Site 21

4.1 Plaza dan Taman Bunga 49

4.2 Lapangan Olah Raga 51

4.3 Jembatan 52

4.4 Pedestrian 53

4.5 Pintu Air 54

4.6 Denah Tipikal Hunian 63

5.1 Denah Tipikal Lt.1 Setelah Revisi 70

5.2 Denah Tipikal Lt. 2-4 Setelah Revisi 71 5.3 Denah Tipikal Lt. 5-9 Setelah Revisi 71 5.4 Denah Tipikal Lt. 10-17 Setelah Revisi 72

5.5 Tampak Setelah Revisi 75

5.6 Sistem Struktur Rangka Baja 77

5.7 Aksono Sistem Struktur Konstruksi 78

5.8 3D Sistem Struktur Konstruksi 78


(13)

5.10 Sistem Sambungan Konstruksi Rangka Baja 82

5.11 Perancangan Tapak 85

5.12 Kolam Renang 87

5.13 Denah Podium Lt. 1 91

5.14 Denah Podium Lt. 2 92

5.15 Denah Podium Lt. 3 92

5.16 Denah Roof Garden Podium 93

5.17 Denah Unit Studio 94

5.18 Denah Unit Deluxe 94

5.19 Denah Unit Suite 95


(14)

ABSTRAK

Kehidupan perkotaan identik dengan individualisme dan heterogenitas baik dari segi sosial maupun ekonomi. Salah satu penyebab dari sifat individualisme dan heterogenitas tersebut adalah kurangnya waktu untuk berinteraksi sosial antara individu dan beragamnya latar belakang masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan interaksi sosial. Mayoritas masyarakat kota memiliki aktifitas yang padat dan waktu mereka banyak tersita dengan kegiatan pekerjaan. Sehingga masyarakat kota cenderung memanfaatkan waktu yang tersisa untuk beristirahat.

Penyebab kesenjangan interaksi sosial lainnya adalah kurangnya ruang komunal seperti ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai wadah berinteraksi di perkotaan. Untuk itu, dibutuhkan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengakomodir aktifitas dan kegiatan masyarakat. Kawasan kota yang kerap dijadikan tujuan dan sandaran mengadu nasib bagi masyarakat yang berasal dari desa ataupun daerah luar kota menjadi tidak tertata. Hal ini dikarenakan menumpuknya jumlah imigrant yang berdomisili di kota yang semakin hari memiliki lahan yang terbatas.

Seperti keadaan nyata di kawasan perancangan proyek Apartemen ini, hampir tidak terdapat ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan sebagai ruang komunal. Ditambah lagi terdapat permukiman liar dan kumuh yang bertumbuh disepanjang pinggir sungai Deli yang semakin menjadikan kawasan ini tidak tertata dan tidak sehat. Masyarakat sekitar yang kurang tanggap akan kebersihan lingkungan menyebabkan hunian mereka menjadi tidak sehat.

Dengan demikian, dibutuhkan kawasan perkotaan yang sehat dan mampu memberikan energi positif bagi masyarakatnya. Sesuai dengan kasus proyek yaitu “Model permukiman menengah atas (apartemen & rumah bandar)”, akan dirancang sebuah apartemen beserta tapaknya yang dapat mengakomodir aktifitas penghuninya dan masyarakat sekitar.

Konsep rancangan dihasilkan dari eksplorasi potensi tapak dan lokal berupa kualitas visual, kondisi topografi, dan potensi alam sebagai identitas kawasan. Arsitektur hijau sebagai bentuk adaptasi bangunan terhadap iklim diterapkan dalam orientasi bangunan, bentuk massa bangunan, organisasi ruang, konstruksi bangunan, dan pemilihan material bangunan agar menciptakan hunian dan lingkungan yang sehat dan nyaman.

Kata Kunci : Individualisme, Heterogenitas, Masyarakat, Lingkungan, Sehat, Arsitektur Hijau.


(15)

ABSTRACT

Urban life identic with individualism and heterogeneity in terms of both social and economic. One of the causes of the nature of individualism and heterogeneity is the lack of time for social interaction between individuals and diverse backrounds and communities that can lead to social interaction gap. Majority of the urban population have crowded activity and their time much taken with the work activity. So that the urban population tend to use the remaining time to rest.

Other causes of social interaction gap is the lack of coummunal spaces such as green open space which can be used as a forum for interaction in urban areas. So that, needed green open space in urban areas are designed in such a way to accommodate activities and coummunity events. Area of the city is often used as a destination and backrest speculate for the people who came from the village or the countryside becomes disordered. This is because the accumulated number of immigrants who live in the city today have increasingly limited land.

The real situation in the region design of the apartment project, there is almost no green open space that can be used as a communal space. Pls there are settlements and slums that grow wild along the river Deli makes the region increasingly disorganized and unhealthy. Communities that are less responsive to environmental cleanliness lead their occupancy to be unhealthy.

So that it takes a healthy urban area which able to povide a positive impact for the community. Accordance with the case of projects that “Model of upper secondary settlement (apartment & townhouses)”, will be designed an apartment along with the tread of which can accomodate activities of the occupants and the surrounding community.

Design concepts resulting from the exploration potential of the site and the local form of visual quality, topography, and natural potential as a regional identity. Green architecture as a form adaptation of building to climate applied in building orientation, shape of the building mass, the organization of space, building construction, and building material selection that creates the occupancy and environment which healthy and comfortable.

Keyword : Individualism, Heterogeneity, Society, Environment, Healthy, Green Architecture.


(16)

Prolog

“A river runs through it”

Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya dengan maksud dan tujuan yang mulia agar anak cucu adam dapat hidup dengan baik di muka bumi ini. Alam membentang berisikan sumber daya yang sarat akan kelengkapan merupakan titipan-Nya kepada umat manusia. Tuhan juga menganugerahkan kecukupan nikmat berupa akal dan pikiran pada manusia sehingga manusia menjadi makhluk yang sempurna. Sehingga manusia dapat menciptakan dan menerapkan berbagai disiplin ilmu. Namun, manusia selaku pemeran utama di muka bumi ini cenderung melupakan kenikmatan tersebut. Manusia kerap lalai untuk menjaga alam dan lingkungan sekitar.

Sebagai contoh, kawasan muka sungai yang kerap kita dapati dewasa ini menjadi kawasan yang terlantar. Hal ini sering terjadi pada kota-kota besar di Indonesia seperti kota Medan. Padahal kawasan sungai dahulu dijadikan tujuan utama untuk dijadikan sebagai kawasan tempat tinggal karena sungai merupakan sumber air. Tentunya kita mengetahui bahwa air merupakan sumber kehidupan. Namun, pada kenyataannya sekarang ini kawasan sungai menjadi begitu tidak diperhatikan. Manusia menjadikan sungai seperti tempat pembuangan sehingga mencemari sungai itu sendiri. Tak hanya itu, sungai juga dijadikan sebagai bagian belakang bangunan.


(17)

Jika dilihat kebelakang, sebenarnya penyebab kerusakan pada sungai tersebut berasal dari manusia. Manusia sebagai makhluk yang dianugerahkan akal dan pikiran memiliki kewajiban untuk memperbaiki segala kerusakan tersebut, minimal dengan mengamalkan disiplin ilmu yang dimiliki. Misalnya seperti pengetahuan merancang bangunan yang berwawasan lingkungan. Pengetahuan ini sudah pasti dimiliki oleh seorang arsitek.

Pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 ini, mahasiswa selaku calon arsitek dibimbing oleh pembimbing akademik dan arsitek profesional yang bertindak sebagai tim perencana untuk merancang sebuah kawasan yang tanggap terhadap lingkungan sekitar, yaitu kawasan sungai Deli. Telah dipilih lokasi perancangan yang akan dirancang menjadi kawasan yang akan memberikan nilai tambah baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya maupun politik yaitu kawasan tepi sungai Deli segmen jalan Mangkubumi.

Penulis selaku mahasiswa Studio Perancangan arsitektur 6, diharapkan mampu menciptakan rancangan yang dapat memberikan citra positif bagi lingkungan sekitar dan dapat memberikan citra positif pula bagi tatanan wajah kota Medan.


(18)

PENDAHULUAN

Tema besar pada tugas Studio Perancangan Arsitektur 6 adalah “Riverfront Architecture” atau “Daerah Tepi Sungai”. Tema besar ini sangat sesuai dengan permasalahan yang sering dialami oleh kebanyakan kota-kota besar di Indonesia yang acap kali menelantarkan dan mengenyampingkan kawasan tepi sungai yang ironisnya sungai tersebut mengalir dan melintas di tengah kota. Pemandangan yang tidak tertata, kumuh dan kotor sangat akrab di kawasan pinggiran sungai. Sebagai salah satu contohnya adalah kota Medan. Kota Medan memiliki beberapa sungai yang mengalir di tengah kota, salah satunya adalah sungai Deli. Dapat kita lihat bagaimana kondisi dan keadaan di sepanjang kawasan pinggiran sungai ini. Kondisi dan keadaan memprihatinkan langsung menyeruak ketika kita melihat kawasan pinggiran sungai Deli ini.

Di sepanjang pinggiran sungai (termasuk area sempadan sungai) banyak terdapat bangunan-bangunan liar menjamur yang pada hakikatnya di sepanjang pinggiran sungai ini seharusnya merupakan ruang terbuka hijau. Tidak hanya itu, kawasan pinggir sungai juga kerap kali dijadikan sebagai bagian belakang bangunan baik bangunan milik swasta, milik pribadi bahkan kepemerintahan. Hal ini disinyalir karena kondisi kawasan pinggir sungai yang kotor sehingga kurang menarik untuk dilihat dan tidak tertata karena dipenuhi dengan bangunan-bangunan ilegal sehingga membuat pemilik bangunan-bangunan menjadi enggan untuk membuat sungai sebagai bagian depan bangunannya.


(19)

2

Selain permasalahan tersebut, sungai juga akrab dengan limbah ataupun sampah yang berasal dari rumah tangga. Pada masyarakat kota, kebiasaan membuang sampah ke sungai masih jamak terlihat. Padahal membuang sampah ke sungai dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat kota itu sendiri baik dalam jangka waktu cepat ataupun lambat.

Permasalahan-permasalahan demikian kerap dialami oleh kota-kota di Indonesia, yang mana hal ini sangat bertentangan dengan kondisi dan keadaan pada kota-kota luar negeri yang memiliki sungai di tengah kotanya. Kota-kota di luar negeri sangat mengapresiasi kawasan pinggir sungai. Hampir semua bangunan yang berada di pinggir sungai (khususnya di kota) menjadikan sungai sebagai bagian depan dari bangunan mereka. Daerah sempadan sungai yang mereka miliki memang benar-benar dijadikan ruang terbuka hijau dan bebas dari bangunan. Keadaan ini dapat terlihat dari film-film ataupun bacaan-bacaan. Selain itu, hampir tidak terlihat sampah ataupun limbah rumah tangga yang menyatu dengan sungai. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat dan bijak untuk mengatasi permasalahan krusial yang kerap menghampiri kota-kota besar di Indonesia ini tanpa mengenyampingkan kepentingan dari pihak manapun. Baik itu dari pihak sipil, pemerintah, maupun swasta.

Permasalahan krusial lainnya timbul akibat terbengkalainya kawasan pinggir sungai. Hal tersebut menimbulkan sumber-sumber masalah lainnya, salah satunya adalah masalah sosial. Pembangunan yang menjamur dan penggunaan


(20)

3

lahan yang tidak terkendali pada kawasan pinggir sungai menunjukkan permasalahan krusial yang harus diatasi. Banyak bangunan-bangunan liar yang berdiri tepat di pinggir sungai yang kemudian menjamur membentuk koloni ilegal sehingga menyebabkan kawasan pinggir sungai terlihat sesak, tidak tertata dan cenderung kumuh. Hal tersebut sangat sesuai dengan tema kelompok C, yaitu : Sosiologi Perkotaan. Beberapa titik di daerah pinggir sungai Deli telah dipilih dengan melihat potensi serta keunikan yang terdapat pada kawasan tersebut. Di harapkan potensi serta keunikan yang terdapat pada kawasan tersebut dapat menjadi nilai tambah bagi penataan lingkungan di lokasi tapak baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

Pada jalan Mangkubumi terdapat permasalahan pada permukimannya. Permukiman liar dan tidak tertata banyak berdiri di sepanjang pinggiran sungai Deli. Sampah-sampah yang berujung di sungai juga menjadi masalah di kawasan tersebut. Untuk itu, masalah ini patut untuk diangkat dan dicari solusinya agar wajah kota Medan dapat menjadi lebih baik lagi. Pada lokasi ini, terdapat potensi berupa kawasan yang strategis untuk dijadikan kawasan komersial. Maka dari itu, tema Sosiologi Perkotaan sangat sesuai dengan problem yang didapati pada kawasan perancangan tersebut.

1. Latar Belakang Pemilihan Tema Pribadi

Berangkat dari tema kelompok masing-masing yaitu Sosiologi Perkotaan, maka penulis telah menelaah masalah apa saja yang terdapat di dalam sosiologi perkotaan untuk menentukan tema individu. Penulis banyak membaca dari buku


(21)

4

dan melihat di internet, salah satu permasalahan yang terdapat dalam sosiologi perkotaan adalah masalah kesehatan. Kemudian penulis juga mencoba melihat di kehidupan sekitar melalui pengamatan dan pengalaman, hal-hal apa saja yang sering menjadi permasalahan pada kehidupan perkotaan. Yang terpikirkan oleh penulis juga tentang kesehatan. Maka dari itu, berikut adalah penjabaran penulis mengenai faktor-faktor pendukung yang mendorong penulis untuk mengangkat masalah kesehatan :

Faktor Temuan di Lokasi Survei : Kehidupan Masyarakat Sekitar.

Adapun tema yang akan menjadi judul skripsi adalah : Healthy Urban Settlement (Permukiman Kota yang Sehat). Jika dilihat dari hasil survei lapangan, masalah kesehatan memang sangat menonjol. Hal ini dikarenakan masyarakat yang terdapat di lokasi perancangan tidak memperhatikan kebersihan baik di lingkungan maupun di rumahnya sendiri. Kondisi sungai yang dipenuhi oleh sampah dan keadaan rumah-rumah di permukiman tersebut yang tidak memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuninya sangat kontras terlihat. Misalnya, tidak terdapat sistem ventilasi dan sistem sanitasi yang baik, tidak terdapat sumber mata air yang bersih (dapat dilihat dari kondisi sungai). Bahkan keadaan rumah yang terdapat tepat di pinggir sungai Deli sangat amat jauh dari kata rumah sederhana yang ideal. Tentu saja kata ideal di sini mengarah pada kesehatan dan kenyamanan. Ditambah lagi masyarakat sekitar memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan baik ke sungai maupun di daratan (lingkungan rumah) dan memelihara hewan peliharaan seperti ayam ataupun kucing yang letak kandang/ sangkarnya tepat di sebelah pintu masuk rumah mereka. Menurut


(22)

5

penulis hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kenyamanan penghuni rumah-rumah di lokasi tersebut.

Faktor Temuan di Perkotaan : Kehidupan Masyarakat Kota.

Jika melihat kehidupan masyarakat kota pada umumnya, masyarakat kota memiliki aktifitas yang sangat padat khususnya bagi mereka yang memiliki profesi sebagai pegawai ataupun pengusaha. Keadaan kota yang dipadati oleh hiruk-pikuk kendaraan yang lalu lalang serta padatnya aktifitas membuat keadaan stres dan penat melekat pada masyarakat kota. Keadaan stres dan penat yang terus-menerus dialami dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan. Di tambah lagi di perkotaan sangat banyak kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi udara, sementara di perkotaan sendiri sangat jarang di dapati area hijau yang dapat memberi kesegaran bagi manusia. Karena hal tersebut, masyarakat kota lebih cenderung menutup ventilasi dan bukaan mereka (seperti pintu dan jendela) yang menyebabkan penggunaan AC lebih meningkat dan secara tidak langsung interaksi sosial pun menjadi lebih berkurang dikarenakan pintu dan jendela yang sering tertutup seolah-olah memberikan kesan tertutup bagi si penghuni rumah. Penggunaan AC yang meningkat lambat laun akan mempengaruhi lingkungan. Selain itu, masalah sampah juga kerap kita temui di perkotaan. Masih banyak masyarakat kota yang kurang sadar akan kebersihan lingkungan, karena sebagian masyarakat kota masih memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan.


(23)

6

Oleh karena itu, setelah ditelaah penulis memilih kesehatan sebagai suatu permasalahan yang dapat diangkat karena hal ini kerap didapati pada kehidupan perkotaan. Dibutuhkan solusi yang bijak untuk menjawab dan mengatasi permasalahn tersebut. Penulis berpikir, sangat dibutuhkan tempat yang dapat menjadi penawar (obat) dari masalah kehidupan perkotaan berupa kesehatan. Yang mana tempat tersebut nantinya dapat menjadi hunian yang memberikan dampak positif bagi kesehatan. Baik kesehatan manusia, lingkungan dan juga memberikan dampak positif bagi interaksi sosial masyarakatnya. Jadi, adapun tema yang dipilih adalah Healthy Urban Settlement (Permukiman Kota yang Sehat).

2. Penjabaran Tema :

Kota Medan memiliki beberapa sungai yang mengalir di tengah kota, salah satunya adalah sungai Deli. Dapat kita lihat bagaimana kondisi dan keadaan di sepanjang kawasan pinggiran sungai ini. Kondisi dan keadaan memprihatinkan langsung menyeruak ketika kita melihat kawasan pinggiran sungai Deli ini. Keadaan lingkungan yang terdapat di sepanjang pinggiran sungai sangat tidak tertata dan terkesan kumuh karena kebersihan pada tempat tersebut tidak terjaga. Oleh karena itu, masalah kesehatan muncul pada lokasi tersebut.

Pembuka

Kehidupan perkotaan memiliki magnet tersendiri bagi banyak orang. Banyak orang berbondong-bondong datang ke kota untuk mengadu nasib dan


(24)

7

menetap di kota, baik dari masyarakat kalangan atas maupun kalangan bawah. Contohnya saja di kota Medan. Dapat kita lihat sangat banyak permukiman yang bermunculan di kota ini. Baik permukiman yang legal maupun ilegal. Kondisi permukiman ilegal dapat kita lihat di sepanjang kawasan pinggir sungai khususnya sungai Deli. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan menipisnya ketersediaan lahan sehingga masyarakat pendatang yang tidak dapat (tidak mampu) membeli tanah untuk tempat tinggal secara sah, memilih area pinggir sungai sebagai tempat bermukim.

Dari sinilah timbul permasalahan baru. Permukiman-permukiman liar tersebut semakin menjamur yang kemudian membentuk koloni dan terciptalah wajah kota pinggir sungai yang tidak tertata dan terkesan kumuh. Ironisnya masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai tersebut tidak memperhatikan kebersihan dan kesehatan baik untuk lingkungan maupun untuk dirinya sendiri. Mereka menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan baik itu berupa sampah ataupun limbah tanpa memikirkan konsekuensinya yang dapat berpengaruh pada diri mereka sendiri. Ditambah lagi orang-orang yang hidup di permukiman legal, memiliki jalur sistem pembuangan yang berakhir di sungai tersebut. Seolah-olah sungai tersebut menjadi tempat pembuangan raksasa. Hal ini terus-menerus terjadi sehingga menjadi kebiasaan yang negatif. Tidak tahu hal apa yang mendorong mereka melakukan hal yang demikian, apakah memang karena ketidaktahuan akan hal kebersihan ataukah karena mereka memang tidak mementingkan kesehatan baik untuk diri sendiri maupun lingkungan.


(25)

8

Selain itu, kehidupan perkotaan yang hiruk-pikuk dan selalu padat akan aktifitas secara tidak langsung juga memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia yang bermukim di perkotaan. Orang-orang yang tinggal di perkotaan membutuhkan ketenangan untuk memberikan hal positif bagi kesehatan mereka. Karena aktifitas yang padat, stres dan keadaan tertekan sering menghinggapi masyarakat kota. Di tambah lagi polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan-kendaraan yang lalu lalang. Masih banyak lagi hal-hal yang dapat memengaruhi kesehatan masyarakat kota. Hidup di kota memang terkesan lebih maju dan lebih modern. Namun di balik kemajuan dan kemodern-an tersebut, masih terdapat masalah berupa kesehatan yang patut untuk diatasi.

Berangkat dari hal tersebut, masalah kesehatan muncul dan wajib untuk di selesaikan. Dibutuhkan kordinasi dari berbagai pihak antara lain pemerintah dan masyarakat itu sendiri untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan.

Pembahasan (Isi)

Tema yang dipilih oleh penulis adalah : Healthy Urban Settlement (Permukiman Kota yang Sehat). Permukiman di sini memiliki artian hunian yang dapat meberikan kesehatan dan kenyamanan bagi penghuni dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, hunian ini nantinya juga akan memberikan dampak positif bagi interaksi penghuni hunian tersebut atau dengan kata lain dapat menjadi oase di tengah permukiman tersebut. Hunian ini diibaratkan sebagai penawar ataupun


(26)

9

penyegar bagi penghuni yang sudah akrab dengan hiruk-pikuk kehidupan kota dan masalah lingkungan itu sendiri.

Dari pengamatan yang penulis lakukan, adapun penyebab timbulnya permasalahan kesehatan di kehidupan perkotaan jika dilihat dari segi lingkungan dan hunian adalah :

1. Masyarakat yang kurang perduli akan kebersihan lingkungan sehingga memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat itu sendiri.

2. Kondisi hunian yang tidak memperhatikan bukaan untuk menyuplai udara bersih dan cahaya secara optimal. Hal ini sangat mempengaruhi kesehatan penghuni tersebut.

3. Keadaan hiruk-pikuk kota dan aktifitas yang padat dapat meberi rasa stres dan tertekan pada masyarakat kota, sehingga dapat mengganggu kesehatan mereka.

4. Kondisi sistem pembuangan yang berakhir ke sungai menyebabkan sungai menjadi tercemar dan memberi pengaruh negati terhadap kesehatan masyarakat sekitar.

5. Maraknya penggunaan pendingin ruangan (AC) pada rumah-rumah sehingga membuat penipisan ozon yang mana hal ini dapat mempengaruhi peningkatan suhu bumi yang dapat menganggu kenyamanan manusia dan kesehatan lingkungan.

6. Polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan manusia yang hidup di perkotaan.


(27)

10

7. Kurangnya ruang terbuka hijau yang nyaman sehingga membuat masyarakat enggan untuk berinteraksi di luar ruangan.

Dengan beberapa permasalahan yang telah di sebutkan di atas, maka dibutuhkan solusi yang dapat menjawab segala permasalahan-permasalahan tersebut. Akan dibuat kawasan hunian yang mampu mengakomodir segala kebutuhan dan mengatasi masalah kesehatan manusia maupun lingkungan. Hal yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah :

1. Mencipatakan hunian yang dapat memberikan kenyamanan thermal bagi penghuninya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat bukaan yang ideal bagi suatu bangunan. Sehingga suplay udara bersih dan cahaya matahari dapat diperoleh secara maksimal.

2. Menciptakan ruang terbuka hijau yang cukup asri dan nyaman, agar dapat menarik penghuni beraktifitas di sini. Dan sebagai penawar dan penyegar atas rasa stres dan penat.

3. Menciptakan hunian yang tidak menggunakan banyak AC. Hanya pada bagian bangunan tertentu yang menggunkan AC. Hal ini dapat mengurangi penipisan ozon akibat penggunaan AC yang berlebih.

4. Membuat hunian dengan sistem pembuangan khusus yang tidak mengarah ke sungai.

5. Menjadikan sungai sebagai kawasan bersih dan bebas sampah sehingga dapat dijadikan sebagai sumber air yang bersih.


(28)

11

7. Menciptakan ruang luar dan hunian yang dapat meberikan dampak positif bagi kesehatan manusianya. Misal : membuat roof garden sebagai penawar akan kepenatan penghuni dan dapat menjadi ruang interaksi bagi sesama penghuni hunian.

8. Material bangunan yang digunakan merupakan jenis material yang ramah lingkungan.

Penutup

Untuk itu, diharapkan hasil rancangan bangunan yang dibuat dapat menjawab permasalahan akan kesehatan masyarakat di perkotaan. Tidak hanya itu, diharapkan nantinya hasil rancangan akan bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial, dan lingkungan. Sehingga tidak ada lagi pemandangan yang tidak tertata dan terkesan kumuh pada wajah kota Medan khususnya di kawasan pingiran sungai Deli. Diperlukan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan ini.


(29)

ABSTRAK

Kehidupan perkotaan identik dengan individualisme dan heterogenitas baik dari segi sosial maupun ekonomi. Salah satu penyebab dari sifat individualisme dan heterogenitas tersebut adalah kurangnya waktu untuk berinteraksi sosial antara individu dan beragamnya latar belakang masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan interaksi sosial. Mayoritas masyarakat kota memiliki aktifitas yang padat dan waktu mereka banyak tersita dengan kegiatan pekerjaan. Sehingga masyarakat kota cenderung memanfaatkan waktu yang tersisa untuk beristirahat.

Penyebab kesenjangan interaksi sosial lainnya adalah kurangnya ruang komunal seperti ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai wadah berinteraksi di perkotaan. Untuk itu, dibutuhkan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengakomodir aktifitas dan kegiatan masyarakat. Kawasan kota yang kerap dijadikan tujuan dan sandaran mengadu nasib bagi masyarakat yang berasal dari desa ataupun daerah luar kota menjadi tidak tertata. Hal ini dikarenakan menumpuknya jumlah imigrant yang berdomisili di kota yang semakin hari memiliki lahan yang terbatas.

Seperti keadaan nyata di kawasan perancangan proyek Apartemen ini, hampir tidak terdapat ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan sebagai ruang komunal. Ditambah lagi terdapat permukiman liar dan kumuh yang bertumbuh disepanjang pinggir sungai Deli yang semakin menjadikan kawasan ini tidak tertata dan tidak sehat. Masyarakat sekitar yang kurang tanggap akan kebersihan lingkungan menyebabkan hunian mereka menjadi tidak sehat.

Dengan demikian, dibutuhkan kawasan perkotaan yang sehat dan mampu memberikan energi positif bagi masyarakatnya. Sesuai dengan kasus proyek yaitu “Model permukiman menengah atas (apartemen & rumah bandar)”, akan dirancang sebuah apartemen beserta tapaknya yang dapat mengakomodir aktifitas penghuninya dan masyarakat sekitar.

Konsep rancangan dihasilkan dari eksplorasi potensi tapak dan lokal berupa kualitas visual, kondisi topografi, dan potensi alam sebagai identitas kawasan. Arsitektur hijau sebagai bentuk adaptasi bangunan terhadap iklim diterapkan dalam orientasi bangunan, bentuk massa bangunan, organisasi ruang, konstruksi bangunan, dan pemilihan material bangunan agar menciptakan hunian dan lingkungan yang sehat dan nyaman.

Kata Kunci : Individualisme, Heterogenitas, Masyarakat, Lingkungan, Sehat, Arsitektur Hijau.


(30)

ABSTRACT

Urban life identic with individualism and heterogeneity in terms of both social and economic. One of the causes of the nature of individualism and heterogeneity is the lack of time for social interaction between individuals and diverse backrounds and communities that can lead to social interaction gap. Majority of the urban population have crowded activity and their time much taken with the work activity. So that the urban population tend to use the remaining time to rest.

Other causes of social interaction gap is the lack of coummunal spaces such as green open space which can be used as a forum for interaction in urban areas. So that, needed green open space in urban areas are designed in such a way to accommodate activities and coummunity events. Area of the city is often used as a destination and backrest speculate for the people who came from the village or the countryside becomes disordered. This is because the accumulated number of immigrants who live in the city today have increasingly limited land.

The real situation in the region design of the apartment project, there is almost no green open space that can be used as a communal space. Pls there are settlements and slums that grow wild along the river Deli makes the region increasingly disorganized and unhealthy. Communities that are less responsive to environmental cleanliness lead their occupancy to be unhealthy.

So that it takes a healthy urban area which able to povide a positive impact for the community. Accordance with the case of projects that “Model of upper secondary settlement (apartment & townhouses)”, will be designed an apartment along with the tread of which can accomodate activities of the occupants and the surrounding community.

Design concepts resulting from the exploration potential of the site and the local form of visual quality, topography, and natural potential as a regional identity. Green architecture as a form adaptation of building to climate applied in building orientation, shape of the building mass, the organization of space, building construction, and building material selection that creates the occupancy and environment which healthy and comfortable.

Keyword : Individualism, Heterogeneity, Society, Environment, Healthy, Green Architecture.


(31)

BAB I

KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini menjadi jalur perdagangan dan jalur transportasi kapal-kapal besar semasa kerajaan Deli masih berjaya. Selain menjadi jalur transportasi, sungai ini juga memiliki air jernih dan vegetasi yang rimbun di pinggir sungainya sehingga kesan alami dan natural masih kental terasa bagi siapa saja yang melintasi sungai tersebut. Keadaan itu seolah berbalik 180 derajat jika kita melihat sejenak ke kawasan sungai Deli pada saat ini. Kondisi sungai Deli sangat jauh dari kondisi sungai yang ideal. Keadaan tidak tertata dan kumuh langsung menyeruak ketika kita memasuki kawasan perancangan yang dibatasi oleh jalan Mangkubumi, jalan Badur dan jalan Brigjend. Suprapto ini. Ditambah lagi kondisi air sungai yang keruh, dan banyak sampah yang tertumpuk baik di pinggir maupun di tengah sungai. Kondisi ini sangat jauh dari kriteria sungai yang baik.

Bagi sebagian pihak, sungai ini menjadi bagian dari kehidupan mereka dengan mengenyampingkan kondisi yang tidak ideal tersebut. Di sungai ini, mereka banyak melakukan aktifitas seperti mencuci, mandi dan bermain. Sungai ini seolah diibaratkan seperti kamar mandi umum bagi warga yang berdomisili di pinggiran sungai tersebut. Ada banyak faktor yang menyebabkan sungai Deli menjadi begitu tidak tertata. Pertama, banyaknya bangunan liar yang menjamur


(32)

13

tepat di tepi sungai Deli sehingga menciptakan kesan tidak tertata pada kawasan ini. Bangunan liar yang bertumbuh di pinggir sungai ini kian hari semakin banyak. Hal ini disebabkan karena semakin banyak transmigran ataupun pendatang yang mengadu nasib ke kota Medan. Harga lahan di perkotaan yang mahal memaksa mereka untuk mencari tempat bermukim yang dapat terjangkau oleh mereka. Akhirnya area sempadan sungai menjadi sasaran empuk bagi para pendatang ini untuk dijadikan kawasan bermukim. Keberadaan bangunan liar ini mengalihfungsikan kawasan resapan air sungai menjadi kawasan padat permukiman.

Kedua, para penghuni bangunan liar yang berada di pinggir sungai tidak tanggap akan kebersihan lingkungan. Mereka memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai yang tanpa disadari dapat memberi dampak negatif bagi diri mereka sendiri. Salah satu dampak negatif yang timbul akibat kebiasaan membuang sampah sembarangan yang dilakukan oleh penghuni bangunan liar tersebut adalah pendangkalan sungai. Ketika melakukan survei lapangan, didapati ketinggian air sungai di dalam tapak hanya berkisar 30 cm. Menurut informasi yang diperoleh dari warga sekitar, ketinggian air sungai

Gambar 1.1 Gambaran Sepanjang Pinggir Sungai Deli Sumber: Dokumentasi Pribadi


(33)

14

biasanya hanya berkisar antara 30 sampai 50 cm saja. Masalah lain kembali timbul akibat pendangkalan sungai tersebut. Ketika hujan deras, badan sungai tidak mampu menahan air sungai yang naik. Sehingga pemukiman warga yang berada tepat dipinggiran sungai Deli menjadi sasaran atas meluapnya air sungai.

Banjir yang kerap melanda permukiman warga di kelurahan Hamdan membuat kawasan ini terasa begitu tidak nyaman. Saat dilanda banjir sedang, rumah-rumah di sini terendam hingga 1,20 meter diukur dari permukaan lantai. Dan jika banjir besar melanda, rumah-rumah di kawasan ini dapat terendam hingga 4 meter. Informasi ini didapat dari warga yang berdomisili di daerah tersebut. Dengan kata lain, permukiman yang berdomisili tepat di pinggir sungai harus direlokasi demi keamanan dan kenyamanan bersama. Ditambah lagi bangunan liar ini mengambil fungsi lahan resapan air sungai.

Kondisi Tapak...

Di dalam lokasi perancangan terdapat hunian rumah warga. Pada lokasi ini akan dibangun apartemen. Apartemen yang akan dirancang diperuntukkan bagi kalangan masyarakat kelas menengah atas sehingga mayarakat kelas menengah

Gambar 1.2 Gambaran Sampah yang Tertumpuk di Sepanjang Pinggir Sungai Deli Sumber: Dokumentasi Pribadi


(34)

15

bawah yang berdomisili di kawasan tersebut akan direlokasi. Jika melihat KAK (Kerangka Acuan Kerja), penghuni bangunan lama yang tidak memiliki legalitas kepemilikan lahan akan mendapat ganti rugi sepadan dengan kondisi bangunan hunian mereka. Selain itu, normalisasi sungai juga perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik.

Pada lokasi perancangan terdapat sungai Deli yang membelah site menjadi dua bagian. Namun kondisi sungai ini sangat tidak menarik untuk dijadikan sebagai bagian depan bangunan. Keadaan sungai yang kumuh dan tidak tertata mendorong pemilik bangunan untuk menjadikan sungai ini sebagai bagian daerah belakang bangunan. Pihak Pemko Medan digadang-gadang sudah merencanakan upaya normalisasi sungai. Upaya ini dilakukan dengan melakukan perbaikan kondisi hutan di hulu sungai serta melakukan penanggulangan limbah di sungai. Dengan adanya upaya pihak pemerintah untuk melakukan normalisasi sungai diharapkan dapat memberi dampak positif bagi perkembangan sungai Deli tersebut.

Kondisi Sekitar Tapak...

Lokasi perancangan yang terletak di antara jalan Mangkubumi, jalan Badur dan jalan Letjend. Suprapto ini dikelilingi oleh pemukiman warga dan bangunan komersial seperti rumah toko (ruko). Lokasi perancangan merupakan kawasan komersial yang terdiri dari bangunan ruko serta perkantoran pemerintah dan swasta. Salah satu kantor swasta yang terdapat di sekitar lokasi perancangan


(35)

16

adalah kantor PTPN IV. Tepat di depan kantor PTPN IV terdapat kantor pemerintah yaitu kantor Polisi Militer (PM). Kantor-kantor tersebut terdapat pada jalan Brigjend. Suprapto yang merupakan jalan protokol. Pada jalan ini memiliki sirkulasi kendaraan yang cukup nyaman. Penerangan jalan pada sisi jalan ini juga sangat memadai. Pedestrian yang dilengkapi dengan pepohonan yang rindang untuk jalur pejalan kaki juga terdapat pada lokasi ini sehingga membuat para pejalan kaki merasa nyaman jika melalui jalan ini.

Bangunan pada jalan Badur umumnya adalah permukiman warga dengan ketinggian bangunan satu sampai dengan dua lantai. Terdapat beberapa rumah yang kondisinya tidak terawat karena sudah tidak berpenghuni lagi. Walaupun jalan Badur ini tergolong memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, namun saat siang hari daerah ini tampak lengang dan sepi. Hal ini dikarenakan warga pada daerah tersebut beraktifitas di luar rumah. Tidak terlihat interaksi sosial yang terjadi di kawasan jalan Badur ini, namun jalan ini dijadikan sebagai jalur alternatif bagi beberapa kendaraan roda dua dan roda empat walaupun kondisi jalan ini relatif sempit dan berlubang.

Gambar 1.3 Kantor Swasta dan Kantor Pemerintahan di Sekitar Site Sumber: Dokumentasi Pribadi


(36)

17

Interaksi sosial dalam lingkungan bantaran terlihat lebih hidup dibandingkan pada kawasan jalan Badur. Selain itu kondisi utilitas yang belum memadai dapat dengan mudah terlihat pada kawasan ini. Terdapat beberapa titik selokan yang terbuka dan dipenuhi dengan sampah. Kondisi jalan yang sempit dan tidak memadai karena tidak menyediakan ruang bagi pejalan kaki, hal ini dapat terlihat dengan tidak terdapatnya pedestrian untuk pejalan kaki. Selain itu pada jalan ini masih sedikit penerangan jalan sehingga pada malam hari sumber cahaya hanya berasal dari rumah-rumah warga saja.

Sementara itu, dibandingkan dengan kondisi jalan Badur, kondisi di jalan Mangkubumi sedikit lebih baik. Lebar jalan di sisi jalan Mangkubumi lebih lebar dibandingkan dengan lebar jalan di sisi jalan Badur sehingga memungkinkan kendaraan roda empat dan roda dua untuk berjalan dari 2 arah. Selain itu, kawasan jalan Mangkubumi lebih ramai dibandingkan dengan kawasan jalan Badur. Pada kawasan ini terdapat swalayan Maju Bersama dan bangunan komersial berupa rumah toko (ruko) yang dapat menarik pengunjung sehingga interaksi sosial pada kawasan ini lebih terasa. Sayangnya pada sisi ini terdapat lahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah sementara. Sehingga suasana yang tidak nyaman terlihat pada sisi ini ketika kita melintas. Kondisi penerangan pada jalan ini juga masih sangat kurang. Hanya terdapat lampu penerangan jalan di depan swalayan Maju Bersama. Selain itu, pada kawasan ini sirkulasi pejalan kaki juga sangat tidak nyaman karena tidak terdapat pedestrian untuk para pejalan kaki.


(37)

18

Data Site...

Untuk memperoleh data tentang penduduk dan keterangan kawasan sekitar lokasi perancangan membutuhkan proses yang panjang dan tahap yang agak sulit. Sebelum melakukan pendataan secara resmi penulis mendatangi instansi terkait guna memperoleh izin dan data yang dibutuhkan. Adapun instansi yang terkait adalah pertama Departemen Arsitektur USU, merupakan pihak pertama yang menjembatani kelompok studio Perancangan Aritektur 6 untuk melakukan survei ke Badan Pembangunan Daerah Kota Medan. Kedua adalah Badan Pembangunan Daerah, merupakan penerbit surat izin untuk survei ke setiap kelurahan yang terkait. Ketiga adalah kantor lurah terkait yaitu kantor lurah Aur dan Hamdan, merupakan sumber informasi tentang data penduduk dan keterangan kawasan sekitar lokasi perancangan.

Dari kedua kantor kelurahan tersebut, didapat data dan informasi yang beragam. Terdapat beberapa data yang tidak mereka miliki sehingga informasi dan data yang diperoleh juga terbatas. Berikut merupakan data site yang diperoleh ketika melakukan survei lapangan :

1. Data Eksisting

Lokasi perancangan berada di antara kelurahan Aur dan kelurahan Hamdan kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Tepatnya di antara jalan Mangkubumi dan jalan Badur yang dibelah oleh sungai Deli. Lokasi site memiliki luas lahan sekitar ± 2,5 Ha dan memiliki kontur lahan yang menurun mulai dari jalan raya menuju sungai. Letak geografis : 3°34’ 58” utara dan 98°40’47” timur. Daerah ini memiliki iklim tropis dengan suhu minimum berkisar


(38)

19

23,3°C – 24,4° C dan suhu maksimum berkisar 30,7°C – 33,2°C. Adapun batas-batas site tersebut sebagai berikut :

Utara : Permukiman Warga

Timur : Jalan Mangkubumi dan Permukiman Warga Selatan : Jalan Letjend. Suprapto

Barat : Jalan Badur dan Permukiman Warga

Jalan Badur memiliki lebar 7 meter dengan ukuran garis sempadan bangunan (GSB) 5 meter. Sedangkan jalan Mangkubumi memiliki lebar jalan 20 meter dengan ukuran garis sempadan bangunan GSB 3 meter. Sementara itu, jalan Letjend. Suprapto memiliki lebar jalan 26 meter dengan ukuran garis sempadan bangunan (GSB) 15 meter. Informasi ukuran ini didapat dari tulisan yang tertera pada batu keterangan jalan. Kondisi di sekitar lokasi perancangan merupakan lahan kosong, permukiman warga dan sungai. Berikut adalah foto-foto kondisi di sekitar tapak :

Gambar 1.4 Gambaran Kondisi di Sekitar Site Sumber: Dokumentasi Pribadi


(39)

20

Lokasi perancangan merupakan lokasi yang strategis dikarenakan sangat mudah menuju ke pusat kota. Selain itu, lokasi ini juga dikelilingi oleh kawasan komersial seperti jalan Palang Merah, dan dekat dengan koridor bisnis Zainul Arifin.

2. Kondisi Kawasan Muka Sungai Pada Lokasi Site

Sungai merupakan bagian dari alam yang identik dengan air yang bersih dan segar. Di beberapa negara memiliki sungai terbaik dan terbersih yang dapat memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat kota seperti Korea dengan sungai Chonggeycheon, dan Cina dengan sungai Li.

Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan kawasan muka sungai pada lokasi site sangat memprihatinkan. Terdapat banyak sampah yang menumpuk di pinggir sungai bahkan di tengah sungai tersebut. Akibat dari penumpukkan sampah-sampah tersebut, sungai Deli mengalami pendangkalan yang mengakibatkan permukiman warga yang berada tepat di pinggir sungai sering terkena banjir akibat meluapnya air sungai. Hal ini diperparah dengan keadaan pinggir sungai yang tidak memiliki tanggul sama sekali. Selain itu, banyak bangunan liar yang berdiri tepat di pinggi sungai. Sehingga ketika air sungai meluap, hunian mereka menjadi sasaran empuk banjir. Berikut adalah foto-foto kondisi kawasan muka sungai pada lokasi site :


(40)

21

3. Kondisi Vegetasi di Lokasi Perancangan

Pepohonan yang terdapat pada lokasi perancangan sangat tidak memadai dan tidak tertata. Hanya terdapat beberapa pepohonan yang tumbuh secara liar di pinggiran sungai Deli seperti pohon bambu, pohon pisang dan pohon para. Sementara vegetasi yang terdapat pada lahan kosong di lokasi perancangan hanya berupa rerumputan dan semak belukar. Dan vegetasi yang terdapat pada permukiaman warga di sisi jalan Mangkubumi hanya berupa pohon mangga, pohon jambu air dan pohon kelapa.

4. Kondisi Masyarakat di Lokasi Perancangan

Kehidupan sosial masyarakat di sekitar site tergolong pada masyarakat menengah ke bawah. Hal yang paling berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan prilaku masyarakat sekitar adalah budaya. Masyarakat sekitar (khususnya masyarakat di tepi sungai Deli) memiliki budaya untuk berkumpul di suatu

Gambar 1.5 Kondisi Kawasan Muka Sungai di Lokasi Site Sumber: Dokumentasi Pribadi


(41)

22

tempat sebagai aktifitas meluangkan waktu mereka. Mereka sering menghabiskan waktu untuk berkumpul dan bersantai dengan duduk-duduk di depan rumah mereka dan warung-warung yang terdapat di sekitar rumah mereka. Mereka tidak memiliki ruang/ tempat yang layak untuk melakukan aktifitas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar site senang berkumpul untuk bersosialisasi.

Kemudian, masyarakat di sekitar lokasi perancangan memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan baik di lingkungan darat maupun sungai yang menyebabkan pendangkalan pada sungai tersebut. Karena masyarakat yang tinggal di pinggir sungai Deli semakin banyak, maka sungai Deli dijadikan sebagai tempat MCK (mandi, cuci, kakus) oleh masyarakat sekitar. Ditambah lagi masyarakat sekitar yang memiliki kebiasaan membuang sampah ke sungai, seolah sungai tersebut menjadi tempat sampah raksasa bagi mereka. Hal ini menyebabkan sungai Deli tercemar dan terjadi pendangkalan sungai akibat penumpukkan sampah-sampah rumah tangga dari masyarakat sekitar. Ditambah lagi ada saluran riol kota yang mengarah ke sungai Deli. Sungai ini dijadikan tempat pembuangan limbah cair baik bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat kota. Tentu saja situasi ini menambah pencemaran dan kekeruhan air di sungai Deli tersebut. Hal ini dapat mencerminkan kondisi masyarakat yang sangat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan yang dapat berdampak pada kesehatan.


(42)

23

5. Kondisi dan Keadaan Tempat Tinggal Warga Sekitar

Banyak bangunan liar seperti rumah panggung yang berada tepat di pinggir sungai Deli yang berada di kawasan perancangan. Rumah-rumah yang berada di pinggir sungai Deli ada yang merupakan hak milik pribadi dan ada pula yang merupakan rumah sewa. Menurut salah seorang warga kelurahan Hamdan yang berdomisili tepat di pinggir sungai Deli, rumah yang disewakan memiliki tarif Rp. 1.000.000,-/ tahun (satu juta rupiah per tahun). Informasi ini diperoleh melalui wawancara singkat ketika penulis melakukan survei lapangan.

Kondisi rumah-rumah yang berada di lokasi perancangan sangat memprihatinkan dan sangat jauh dari kata rumah sederhana yang ideal. Posisi sungai yang berada di antara kelurahan Aur dan kelrahan Hamdan kecamatan Medan Maimun membuat 2 daratan site terpisah. Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Deli tergolong pada masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tempat tinggal mereka dan lingkungannya. Masyarakat sekitar tidak memperdulikan peraturan pemerintah tentang garis sempadan sungai (GSS). Dimana daerah pinggir sungai yang seharusnya berjarak 15 meter dari tepi sungai tidak boleh dijadikan sebagai tempat bermukim, atau dengan kata lain daerah yang berjarak 15 meter dari tepi sungai merupakan kawasan terbuka hijau yang harus bebas dari struktur fisik bangunan.


(43)

24

6. Kondisi Alur Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki di Lokasi Perancangan Lokasi dapat dicapai melalui jalan Badur, jalan Mangkubumi dan jalan Brigjend. Suprapto. Pada jalan-jalan tersebut, tidak terdapat angkutan umum yang melintas kecuali becak bermotor dan taksi. Jarang terjadi kemacetan pada daerah di sekitar site. Jalan-jalan yang mengelilingi site ini banyak dilalui oleh kendaraan pribadi, baik berupa kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Untuk mencapai permukiman warga yang berada di pinggir sungai harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor. Jalan yang menuju ke permukiman warga hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua saja hal ini disebabkan jalur sirkulasi di dalam permukiman warga hanya berupa gang-gang kecil dan sempit.

Tidak terdapat jalur untuk lansia dan disable pada lokasi site. Sehingga mereka sulit untuk beraktifitas di sini. Hanya terdapat satu jembatan utama yang dapat dilalui oleh masyarakat untuk menyeberang dari area jalan Badur menuju area jalan Mangkubumi, dan begitu juga sebaliknya. Jalan primer pada kawasan ini adalah jalan Letjend. Suprapto, jalan Mangkubumi dan jalan Badur. Sementara jalan sekunder terdapat di dalam permukiman warga yang berupa gang-gang kecil dan sempit. Jalan Badur memiliki ukuran jalan yang relatif sempit.


(44)

BAB II

PEMROGRAMAN

Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya kota Medan. Hal ini terkait dengan berbagai bidang yang juga mengalami perkembangan cukup pesat seperti bidang kependudukan, ekonomi, perdagangan, pendidikan dan jasa. Pada bidang kependudukan yang berkembang cukup pesat mengakibatkan kota Medan mengalami permasalahan terhadap ketidakteraturan infrastruktur kota. Banyaknya jumlah penduduk menyebabkan tatanan kota semakin sesak dan penuh dengan banyaknya hunian penduduk yang menjamur. Hal ini dapat merangsang pertumbuhan pemukiman-pemukiman liar yang kerap menghiasi wajah kota Medan.

Dapat kita lihat pada lokasi perancangan yaitu jalan Mangkubumi. Banyak terdapat bangunan liar yang berdiri tepat di pinggir sungai. Hal ini disebabkan karena jumlah populasi manusia di perkotaan yang semakin meningkat berbanding terbalik dengan luas lahan yang tersedia. Permasalahan lain juga muncul akibat banyaknya jumlah hunian yang dibangun seperti kurangnya ruang terbuka hijau, kurangnya ruang interaksi antar masyarakat serta area serapan, dan lalu lintas kota yang semakin padat. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan solusi yang tepat yaitu dengan membangun apartemen sebagai hunian vertikal. Dapat kita lihat ketersediaan lahan di kota Medan mulai terbatas, sehingga keberadaan apartemen sebagai hunian vertikal dapat menjadi alternatif hunian


(45)

26

bagi para masyarakat perkotaan yang memiliki aktifitas padat dan rutin di kota. Selain itu, telah menjadi gaya hidup bagi kalangan menengah atas untuk bertempat tinggal di apartemen.

Hal ini sangat sesuai dengan kasus proyek pada tugas Perancangan Arsitektur 6, yaitu Model permukiman menengah atas (apartemen & rumah bandar). Apartemen merupakan satu ruangan atau lebih, biasanya merupakan bagian dari sebuah struktur hunian vertikal yang dirancang untuk ditempati oleh lebih dari satu keluarga dan disusun secara vertikal, (Dictionary of Real Estate, Wiley, 1996).

Dalam proses merancang bangunan aparetemen ini, terlebih dahulu penulis melakukan pemrograman yaitu dengan merencanakan dan menyusun bagian-bagian bangunan apa saja yang akan dirancang dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada bangunan ini nantinya terutama pada program ruang. Bangunan apartemen yang akan penulis rancang nantinya memiliki fasilitas penunjang yaitu berupa mall yang terdapat pada podiumnya. Adapun pemrograman yang direncanakan adalah sebagai berikut :

2.1Program Kegiatan

Pada suatu bangunan, terdapat penghuni ataupun pengguna bangunan yang akan melakukan aktifitas di dalam maupun di luar bangunan tersebut nantinya. Secara garis besar, penulis membagi pelaku kegiatan di bangunan apartemen ini ke dalam 7 macam yaitu :


(46)

27

1. Penghuni Apartemen 2. Pengunjung Mall

3. Pengunjung Apartemen (tamu) 4. Tenant Pusat Perbelanjaan 5. Pengelola Bangunan 6. Pemasaran

7. Pegawai

Berikut adalah pengertian dan penjabaran para pelaku kegiatan yang tetulis di atas :

Penghuni Apartemen : Merupakan pemilik/ penyewa unit hunian dalam apartemen.

Pengunjung Pusat Perbelanjaan : Merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berkunjung ke pusat perbelanjaan baik untuk berbelanja atau berekreasi serta melakukan kegiatan lainnya.

Pengunjung Apartement : Merupakan orang atau sekelompok orang yang datang ke apartemen untuk menanyakan informasi atau mengunjungi penghuni apartemen.

Tenant Pusat Perbelanjaan : Tenant pusat perbelanjaan yaitu penyewa dan karyawan toko retail, restaurant, atau cafe pada pusat perbelanjaan.

Pengelola Bangunan : Pengelola bangunan merupakan sekelompok orang yang bertugas mengatur operasional bangunan serta berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan administrasi.


(47)

28

Pemasaran : Pemasaran merupakan sekelompok orang yang mengelola event yang akan diselenggarakan, dan juga sebagai perantara penjualan/penyewaan unit hunian dan unit dagang.

Pegawai Apartemen : Yang dikategorikan sebagai pegawai adalah pekerja selain pengelola dan pemasaran yang bertugas sebagai cleaning service bangunan, petugas keamanan, petugas parkir, dan driver.

Kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni apartemen adalah beristirahat dan bersantai. Kegiatan utama yang di lakukan pengunjung mall adalah berbelanja, dan rekreasi. Kegiatan utama yang dilakukan oleh pedagang adalah berjualan, sedangkan kegiatan utama yang dilakukan oleh pengelola apartemen adalah bekerja untuk mengelola pengoprasian bangunan ini.

2.2Sistem Pengelompokkan Kegiatan

Pada bangunan apartemen yang dirancang, memiliki sistem pengelompokkan kegiatan yang terdiri dari :

Kelompok Kegiatan Pribadi (Privat)

Pada suatu bangunan hunian dibutuhkan area prifasi yang dapat mengakomodir dan memberikan rasa nyaman dan aman bagi penghuninya. Biasanya tempat-tempat ataupun area tersebut memiliki prifasi yang bersifat pribadi (privat). Untuk itu, penulis mengelompokkan kegiatan yang bersifat privat pada bagian hunian apartemen yaitu tower bangunan. Karena kegiatan


(48)

29

yang bersifat privat biasanya dilakukan pada hunian, seperti pada ruang tidur, ruang kerja, toilet dan sebagainya dalam satu unit hunian.

Kelompok Kegiatan Bersama (Publik)

Karena bangunan yang dirancang merupakan bangunan yang memiliki fungsi ganda yaitu apartemen dan mall, maka bangunan ini memiliki bagian yang dapat digunakan secara bersama-sama antara penghuni dan pengunjung. Bagian bangunan yang dapat digunakan bersama-sama ini disebut area publik, yaitu terdapat pada podium bangunan berupa mall. Selain pada podium bangunan, kegiatan bersama yang biasanya dilakukan oleh penghuni bersama-sama dengan penghuni yang lainnya yaitu pada bagian taman, area olah raga, dan tempat terbuka lainnya yang berada pada tapak perancangan. Dalam kegiatan ini menimbulkan interaksi bagi sesama penghuni maupun masyarakat luar, dimana kegiatan ini biasanya terjadi pada ruang-ruang penunjang kegiatan dalam lingkungan hunian.

Kelompok Kegiatan Pelayanan Service

Pada bangunan apartemen yang dirancang, memiliki area service berupa basement yang berfungsi sebagai tempat parkir dan ruang-ruang mekanikal elektrikal. Kegiatan pelayanan servis merupakan pelayanan penunjang/ pelengkap dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi penghuni. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh staff pelayanan yang bertugas menjalankan kegiatan tersebut.


(49)

30

Kegiatan pada bangunan apartemen yang dirancang ini secara garis besar yaitu dapat dimulai dari penghuni dan pengunjung apartement yang melakukan aktivitas yang juga berhubungan dengan kebutuhan pada aktivitas mall. Bagi pengelola melakukan kegiatan pengelolaan apartement yang pasti berhubungan juga dengan kegiatan apartement dan mall. Pedagang beserta pengunjung mall juga langsung melakukan aktivitas di mall. Serta pelaku mekanik yang melakukan aktivitas mekanikal elektrikal yang mendukung aktivitas mall, aktivitas apartement, dan aktivitas pengelola. Semua pelaku kegiatan di apartement ini pada dasarnya akan melakukan aktivitas datang dan pulang.

2.3Program Ruang Apartemen 1. Unit Hunian

Tipe unit hunian yang direncanakan adalah :

a. Studio : 1 ruang tidur (untuk penghuni lajang).

b. Deluxe : 1 ruang tidur (untuk keluarga kecil dengan 1-2 anak). c. Suite : 2 ruang tidur (untuk keluarga kecil dengan 1-2 anak). d. Penthouse : 3 ruang tidur (untuk keluarga dengan 2 anak dewasa).

Hal ini berdasarkan pertimbangan target pasar yang akan di capai yaitu kalangan pekerja yang sudah berkeluarga ataupun belum berkeluarga. Standart luasan yang dijadikan acuan berdasarkan data-data survey dan literatur.


(50)

31

Dimensi Ruang Unit Hunian

Tabel 2.1 Standar Minimal Ukuran Ruang Tiap Unit Jenis

Ruang

Standar Minimal (M2)

Sumber

Tipe Hunian

Studio Deluxe Suite Penthouse

R. Tidur Utama

11,5 NAD 12 14 14 16

KM/WC 2,6 NAD 4 4 4 6

R. Tidur Anak

11,15 NAD - 9 9 12(2)

KM/WC 2,6 NAD - - 4 4

R. Duduk 9 NAD 9 9 10 16

R. Makan 7,2 NAD 7 9 9 12

Bar 5,2 NAD - - 4 5

Pantry 8 NAD 8 8 8 8

R. Kerja 12 NAD - - 6 6

R. Tidur Tamu

11,15 NAD - - - -

R. Tamu 9-20 NAD - - 9 12

Gudang 1,25-5 NAD - 3 3 3

Luas 40 56 80 112

Sirkulasi 20% 8 11,2 16 22,4

Luas Total 48 67,2 96 134,4


(51)

32

luasan yang ada dan pertimbangan tentang target pasar yang akan dicapai untuk apartemen ini yaitu pengusaha, pegawai swasta dan pegawai negeri. Dan jumlah unit apartemen yang akan dibangun direncanakan 220 unit dengan 2 tower. Maka berdasarkan data ini dapat di perkirakan jumlah unit masing-masing tipe adalah :

Tipe Studio : 64 unit Tipe Deluxe : 120 unit Tipe Suite : 20 unit Tipe Penthouse : 16 unit

Maka jumlah luasan minimum unit apartemen = (64 x 48) + (120 x 67,2) + (20 x 96) + (16 x 134,4) = 3072 + 8064 + 1920 + 2150,4 = 15.206,4 m2. Sirkulasi 20% = 3041,28 m2. Total = 18.247,68 m2.

2. Luasan Lantai Utama Apartemen

Tabel 2.2 Kebutuhan Dimensi Ruang Lantai Utama Apartemen

Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas (orang) Luas (M2)

Lobby

Sirkulasi 20%

Hall R. Receptionis

R. Telepon R. Security

30 2 2 2

90 8 5 3 21,2


(52)

33

2.4Program Ruang Mall

Luasan ruang dibuat berdasarkan data literatur seperti buku time saver. Std, Neufert Architecture Data, dan asumsi dengan dasar pengamatan data.

a. Fasilitas Umum Mall

Tabel 2.3 Dimensi Ruang Fungsi Umum Mall Fasilitas

Ruang

Standar (M2/ orang)

Kapasitas (orang)

Jumlah

Luas (M2)

Hall Mall Ruang Komunal Toilet Pria Urinoir Wastafel Toilet Wanita Wc Wastafel Sirkulasi 20% 5 1.98 25 2,25 0,64 0,5 2,25 0,5 70 250 15 3 4 3 4 5 - 1 3 6 3 4 4 4 4 - 350 1485 150 27 10,24 6 36 10 414,848


(53)

34

b. Fasilitas Perbelanjaan dan Jasa

Tabel 2.4 Dimensi Ruang Fasilitas Perbelanjaan dan Jasa

Fasilitas Ruang

Standar (M2/orang)

Kapasitas (orang)

Jumlah

Luas (M2)

Toko Retail Karoke Book Store Amusement Center Supermarket Dept Store Galery ATM Laundry Salon Fitness Center Sirkulasi 20% 5 2 2 1,5 7 7 2 2 2 2 8 80 250 20 50 150 8 10 10 50 50 2 1 2 1 1 3 1 1 1 2000 320 500 60 350 1050 48 20 20 100 901,6


(54)

35

c. Fasilitas Makan dan Minum

Tabel 2.5 Dimensi Ruang Fasilitas Makan dan Minum

Fasilitas Ruang

Standar (M2/ orang)

Kapasitas (orang)

Jumlah

Luas (M2)

Restaurant Ruang makan Dapur dan gudang Counter R. Admin R. Karyawan Sirkulasi 20% 1,8-2,15 2 4,8-8 1,2-2 30 4 3 10 10 1 1 1 1 60 40 8 15 15 27,6

Total 1656

Fasilitas Ruang

Standar (M2/ orang)

Kapasitas (orang)

Jumlah

Luas (M2)

Coffee Shop Ruang Makan Pantry Counter Sirkulasi 20% 1,8-2,15 2 2 15 5 4 5 1 1 1 30 10 8 9,6


(55)

36

Fasilitas Ruang

Standar (M2/ orang)

Kapasitas (orang)

Jumlah

Luas (M2)

Food Court Ruang Makan Stand Sirkulasi 20%

1,8-2,15 50 1

10

100 100 40

Total 240

d. Fasilitas Pelayanan Mall

Tabel 2.6 Dimensi Ruang Fasilitas Pelayanan mall

Fasilitas Ruang

Standar (M2/ orang)

Kapasitas (orang)

Jumlah

Luas (M2)

Musholla Loading Dock R. AHU R. P3K R. Keamanan Gudang Sirkulasi 20% 1,5 1,5 6 3 2 10 3 3 5 1 1 5 1 1 15 10 90 9 10 10 28


(56)

37

2.5Program Ruang Pengelola

Tabel 2.7 Dimensi Ruang Kantor Pengelola

Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas (orang) Luas (M2)

Kantor Pengelola

Sirkulasi 20%

R. Receptionis R. Tunggu R. Pimpinan R. Wk. Pimpinan

R. Sekretaris R. Rapat R. Pemasaran R. Administrasi R. Personalia R. Monitor R. Security Gudang Pantry 2 4 1 1 1 8 5 8 4 4 3 - 2 4 10 10 10 9 20 15 30 20 20 8 8 6 34

Total 204

Luas minimum total bangunan Mall + kantor pengelola = 10.254,688 m2 + 204 m2 = ± 10.458,688 m2. Luas lantai dasar dan tipikal Mall = 10.458,688 m2/3lt = ±3.486,2293 m2.


(57)

38

2.6Program Ruang Parkir

Berdasarkan standart jumlah parkir (Ir. Jimmy. S Juwana, MSAE, Panduan

Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta 2004), berikut merupakan

perhitungan jumlah kebutuhan parkir :

Untuk fungsi apartemen adalah 1 mobil untuk 1 unit apartemen, rencana perkiraan total unit adalah minimum 220 unit. Jadi kebutuhan parkir untuk fungsi apartemen adalah 220 mobil. 1 mobil memerlukan luas lahan 15 m2. Jadi untuk 220 mobil : 220 x 15 m2 = 3.300 m2. Sirkulasi 20% : 660 m2. Jadi, luas total kebutuhan parkir = 3960 m2. Untuk fungsi mall dimasukkan ke dalam kelompok bangunan pasar tingkat wilayah yaitu 1 mobil untuk setiap 100 m2 lantai bruto. Jadi, kebutuhan parkir untuk fungsi mall adalah 10.459/ 100 = 105 mobil (dibulatkan). Luas parkiran mall ( 15 x 105 ) + sirkulasi 20% = 1575 + 315 = 1890 m2.

Sementara untuk parkir motor mall, penulis membuat 318 parkiran. Luas parkiran motor (318 x 2 m2) + 20% sirkulasi = 636 + 127,2 = 763,2 m2.

Jadi kebutuhan luasan parkir bangunan ini adalah = 3960 + 1890 + 763,2 = 6613,2 m2.


(58)

BAB III

PERANCANGAN PERMUKIMAN KOTA YANG SEHAT DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR HIJAU

3.1. Arsitektur Hijau

Apartemen adalah unit tempat tinggal yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur dan ruang santai yang berada pada satu lantai bangunan vertikal yang terbagi dalam beberapa unit tempat tinggal (Joseph De Chiara & John Hancock Callender Time Saver Standart Mc Grow Hill, 1968). Apartemen merupakan hunian vertikal yang menjadi jawaban atas kebutuhan tempat tinggal dengan lahan yang terbatas. Hunian merupakan tempat dimana seseorang tinggal dan bernaung, serta memiliki hubungan sosial dengan masyarakat sekitar. Hunian dijadikan sebagai tempat berlindung dan tempat beristirahat untuk mendapat keamanan dan kenyamanan.

Kenyamanan dalam hunian sangat penting mengingat hunian merupakan tempat tinggal kita. Selain kenyaman pada hunian, kenyamanan pada lingkungan juga harus diperhatikan. Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok kita sebagai manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Tempat tinggal yang sehat dan berlokasi pada lingkungan yang sehat merupakan idaman setiap manusia, karena tempat tinggal dan lingkungan memiliki pengaruh dalam pembentukan watak dan karakter penghuninya. Pada kasus Studio Perancangan Arsitektur 6 ini, penulis akan menggunakan beberapa prinsip-prinsip Green Architecture dalam merancang bangunan apartemen. Menurut Brenda dan Robert


(59)

40

Vale dalam buku “Green Architecture : Design for A Sustainable Future”, ada 6 prinsip dasar dalam perancangan Green Architecture. Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu :

1. Conserving Enegy (Hemat Energi)

“Sebuah bangunan seharusnya didesain/ dibangun dengan pertimbangan operasi bangunan yang meminimalisir penggunaan bahan bakar dari fosil”.

Pada bangunan apartemen menggunakan panel surya sebagai salah satu alternatif sumber energi. Panel surya ini memiliki sel Photovoltaic yang berfungsi untuk mengkonversi energi sinar matahari menjadi energi listrik. Pemasangan panel surya ini dapat dilakukan pada atap, ruang terbuka, fasade bangunan, dan dapat dijadikan sebagai sun shading pada bangunan untuk mengatasi permasalahan orientasi timur-barat.

Selain menggunakan panel surya sebagai alternatif sumber energi, penulis juga menggunakan Microhydro Turbines sebagai sumber alternatif energi lainnya. Microhydro Turbines adalah alat untuk mengkonversi energi aliran air menjadi energi listrik. Pada lokasi perancangan terdapat sebuah sungai yaitu sungai Deli yang dapat menjadi tenaga pemutar turbin tersebut nantinya. Selain itu sungai ini dapat dijadikan sebagai sumber air.


(60)

41

Dengan menggunakan alternatif-alternatif sumber energi seperti panel surya dan Microhydro Turbines, dapat meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber tenaga pada bangunan nantinya.

2. Working with Climate (Bekerja dengan Iklim)

“Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik terhadap iklim dan sumber daya energi alam”.

Indonesia memiliki iklim tropis yang memiliki musim hujan dan musim kemarau (panas). Oleh karena itu, hunian apartemen yang dirancang akan dibuat senyaman mungkin dalam sirkulasi udara maupun pengkondisian udaranya. Misalnya dengan membuat bukaan sesuai dengan daerah tropis.

3. Minimizing New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

“Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa digunakan untuk hal (arsitektur) lainnya”.

4. Respect for Users (Menghormati Pengguna)

Green Architecture mempertimbangkan kepentingan manusia

didalamnya”.

5. Respect for Site (Menghargai Tapak)


(61)

42

6. Holism (Holisme)

“Semua prinsip diatas harus secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan dalam membangun sebuah lingkungan”.

Selain prinsip-prinsip tersebut, terdapat pula 6 strategi utama yang dapat diterapkan dalam desain Green Architecture. Adapun 6 strategi utama tersebut adalah :

1. Envelope : berkaitan dengan pelingkup ruang. 2. Lighting : berkaitan dengan pencahayaan. 3. Heating : berkaitan dengan pemanasan. 4. Cooling : berkaitan dengan pendinginan.

5. Energy Production : berkaitan dengan produksi energi. 6. Water and waste : berkaitan dengan air dan sampah.

(Sumber ; Alison G.Kwok, AIA dan Walter T. Grondzik, PE dalam buku “The Green Studio Handbook, Environmental Strategies for Schematic Design”).

Pada bangunan apartemen yang dirancang, akan menggunakan secondary facade ataupun insulation material, yang mana secondary facade ataupun insulation material ini dapat menghambat transfer energi panas. Selain memiliki fungsi menghambat transfer energi panas yang dihasilkan oleh matahari, secondary facade ataupun insulation material ini memiliki fungsi estetika pada facade bangunan. Selain itu, secondary facade juga memiliki fungsi untuk meredam suara yang berasal dari luar bangunan, misalnya suara kendaraan dan


(62)

43

suara keramaian yang berasal dari luar bangunan. Dengan kata lain secondary facade ataupun insulation material memiliki fungsi sebagai peredam polusi udara juga. Hal ini sangat bermanfaat bagi kenyamanan thermal penghuni bangunan tersebut nantinya.

Pengaplikasian roof garden/ green roof pada bangunan apartemen ini juga akan ditonjolkan. Roof garden merupakan atap bertanaman. Dengan menggunakan atap bertanaman, dapat menurunkan suhu pada bagian atap dan ruangan dibawahnya beberapa derajat. Selain membantu menurunkan suhu ruangan dibawahnya beberapa derajat, roof garden juga dapat memberikan kesan alami terhadap bangunan tersebut. Sehingga kesan gersang dan monoton pada bangunan dapat dihilangkan. Roof garden juga mampu memberikan fungsi estetika pada bangunan. Karena tanaman-tanaman yang ditanam dapat dipilih sesuai dengan keinginan penghuni serta memberika kesan berwarna pada hunian tersebut nantinya.

Dilokasi perancangan juga akan dibuat plaza yang dapat meberikan suasana alami dan asri. Plaza ini ditanami tumbuh-tumbuhan seperti bunga-bunga dan pepohonan yang rindang. Semakin banyak pepohanan dan bunga-bunga yang ditanam, maka akan semakin memberikan kesegaran dan kesan alami bagi bangunan apartemen nantinya. Tanaman-tanaman tersebut juga dapat menyaring polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor yang melitas dikawasan tersebut.


(63)

44

3.2. Taman Vertikal

Wilayah diperkotaan sangat memerlukan ruang terbuka hijau sebagai wadah resapan air. Selain itu, ruang terbuka hijau juga diperlukan sebagai penawar akan polusi udara karena tanaman dapat mengurangi dampak polusi udara dan merupakan sumber oksigen bagi kehidupan manusia. Ironisnya, sangat sedikit lahan terbuka hijau yang didapati pada kota-kota besar khususnya di kota Medan. Banyak hunian yang hanya memiliki sedikit lahan terbuka yang dapat dihijaukan contohnya di apartemen. Pada apartemen yang memiliki unit-unit hunian yang tersusun vertikal ke atas membuat hunian tersebut menjadi susah untuk menjangkau taman ataupun ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, pada apartemen yang dirancang selain menggunakan secondary facade berupa Allucopan penulis juga akan menggunakan secondary facade berupa “Vertical Garden (Taman Vertikal)”. Tower apartemen yang tersusun vertikal membuat lahan yang dapat dijadikan ruang terbuka hijau ataupun taman menjadi terbatas atau bahkan tidak ada. Oleh karena itu, penulis memilih Vertical Garden sebagai solusi akan keterbatasan ruang terbuka hijau sebagai lahan yang dapat ditanami.

Vertical garden ataupun taman vetical merupakan salah satu cara menanam tumbuhan dalam jumlah yang cukup, walaupun ruang yang tersedia sangat terbatas. Pada taman ini, nantinya penulis akan menata tanaman dan elemen tanam lainnya sedemikian rupa pada sebuah bidang tegak. Hal ini sejalan dengan kaidah arsitektur hijau yang penulis usung, memperbanyak tanaman pada lingkungan bangunan yang dirancang. Vertical garden ini penulis aplikasikan


(64)

45

pada beberapa bagian dinding bangunan, baik dinding bangunan podium dan terutama pada dinding hunian apartemen. Selain itu, vertical garden ini juga diaplikasikan pada dinding pembatas disekeliling tapak perancangan tepatnya dinding pembatas yang timbul akibat perbedaan level ketinggian antara pedestrian jalan raya dengan halaman bangunan. Bidang-bidang vetikal tersebut dapat terlihat lebih indah dan tidak monoton sebagai dinding yang keras namun terkesan alami. Untuk menumbuhkan tanaman pada vertical garden penulis menggunakan metode hidroponik, yakni bertanam tanpa menggunakan tanah. Peran tanah sebagai penopang akar, tempat penyimpanan cadangan air dan sebagai tempat pendistribusi pupuk dapat digantikan oleh media lain seperti pecahan batu apung, serbuk kelapa, arang sekam dan aneka bahan organik dan anorganik lainnya. Dengan bertanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam juga dapat mengurangi beban bangunan yang ditumbuhi oleh vertical garden ini.

Ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Karena selain berperan sebagai penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas, tanaman pada ruang terbuka hijau ataupun vertical garden juga dapat mengurangi panasnya suhu udara di perkotaan. Selain itu taman vertikal yang ditumbuhi oleh tanaman hijau dapat mengurangi polusi, bukan hanya polusi udara namun juga polusi suara yang disebabkan oleh kebisingan kendaraan yang ada di perkotaan. Dengan kata lain, vertical garden dapat dijadikan sebagai buffer alami untuk polusi udara maupun polusi suara. Selain menjadi ruang terbuka hijau, vertical garden ini juga memiliki fungsi sebagai secondary facade yang dapat


(65)

46

menghalau panas matahari masuk dengan cepat ke dalam hunian sehingga dapat menciptakan kenyamanan thermal bagi penghuni hunian apartemen yang dirancang. Taman vertikal yang diaplikasikan pada apartemen yang saya rancang dapat mengurangi tingkat stres dan depresi penghuni apartemen tersebut. Kesibukan dan kepenatan yang kerap melanda masyarakat kota membutuhkan penawar berupa tanaman hijau. Jadi, hal ini sesuai dengan tema saya yaitu

Healthy Urban Settlement” (Permukiman Kota yang Sehat) dengan menerapkan

kaidah-kaidah ataupun prinsip-prinsip Green Architecture.

Alasan lainnya mengapa penulis mengaplikasikan vertical garden pada rancangan apartemen baik pada bangunan maupun tapak perancangan adalah karena biaya finishing pada tembok dapat ditekan. Bagian tembok-tembok yang ditumbuhi vertical garden tidak perlu dicat ataupun ditutupi oleh material lain karena sudah ditutupi oleh tanaman rambat ataupun vertical garden tersebut. Adapun jenis-jenis tanaman yang digunakan adalah bunga dadap merah, bunga iris, anthurium, aglaonema, dan lain-lain. Sistem vertical garden yang digunakan antara lain sistem kantong, sistem multipot serta sistem rambatan. Taman vertikal ini dapat menyiratkan keteduhan, kesejukan, nuansa alami, dan menakjubkan di tengah-tengah suasana kota yang hiruk-pikuk dan sesak. Sehingga dapat memberi rasa nyaman pada tiap penghuni apartemen tersebut. Dengan adanya vertical garden ini, para penghuni juga tidak perlu bersusah payah untuk menjangkau taman yang ada pada atap podium maupun taman yang berada di permukaan tanah untuk menikmati tumbuhan hijau. Mereka dapat langsung menikmati tumbuhan


(66)

47

hijau dari unit-unit huniannya masing-masing yang ditanami oleh taman vertikal tersebut.

Selain mengaplikasikan vertical garden pada apartemen yang dirancang, penulis juga akan mengaplikasikan Microhydro Turbines yang akan ditempatkan pada sisi sungai. Microhydro turbines adalah alat untuk mengkonversi energi aliran air menjadi energi listrik. Pada lokasi perancangan terdapat sungai Deli yang selain menjadi sumber air, sungai ini juga memiliki air yang dapat menjadi tenaga pemutar turbin tersebut nantinya. Ketika turbin itu berputar akibat dorongan air, maka turbin tersebut dapat menghasilkan energi listrik yang kemudian energi listrik tersebut dialirkan ke gedung apartemen dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Turbin ini akan ditempatkan di beberapa titik sungai agar dapat mengasilkan energi yang cukup banyak. Pada bagian atap bangunan juga akan dibuat tempat penampungan air hujan, yang mana air hujan ini nantinya dapat digunakan sebagai kebutuhan air rumah tangga pada hunian apartemen. Air hujan yang tertampung akan disimpan dalam tangki besar yang kemudian dapat dialirkan ke tiap-tiap hunian tanpa harus mentransfer air dari lantai dasar (basement) sebagai tempat pompa air. Dengan kata lain, tempat penampungan air ini dapat bermanfaat untuk meminimalisir konsumsi energi pada pengoprasian pompa air.

Tidak lupa juga pengaplikasian panel surya. Pada apartemen yang dirancang akan menggunakan panel surya sebagai alternatif penghasil energi yang


(67)

48

lainnya. Panel surya ini akan ditempatkan pada facade bangunan yang kerap kali terpapar oleh sinar matahari khususnya pada bagian bangunan yang berorientasi Timur-Barat. Panel surya ini juga dapat dijadikan sebagai secondary facade pada tower apartemen. Selain berperan sebagai penghasil energi, panel surya ini juga dapat melindungi hunian dari panas matahari dimana panas matahari diserap oleh panel surya tersebut yang kemudian diubah menjadi energi listrik. Selain itu, panel surya juga dapat dijadikan sebagai kulit bangunan karena bentuknya yang rata dan dapat disusun sedemikian rupa. Sehingga dapat menimbulkan kesan unik pada bangunan tersebut nantinya. Pembelian alat-alat alternatif penghasil energi tersebut mungkin akan sedikit mahal diawalnya. Namun akan terasa sangat murah ketika biaya listrik pada bangunan tersebut dapat diminalisir karena adanya alternatif penghasil energi tersebut. Dengan kata lain, bangunan apartemen yang penulis rancang merupakan bangunan yang berkelanjutan dan merupakan lingkungan permukiman (hunian) yang sehat.


(68)

BAB IV

RANCANGAN KONSEPTUAL

4.1. Rancangan Konseptual: Kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau

Plaza, Taman dan Kebun Buah...

Pada lingkungan sekitar tapak, ketersediaan ruang terbuka hijau memang sangat kurang menjanjikan. Jika dilihat, tidak terdapat ruang terbuka hijau umum yang dapat ditemui di lingkungan ini. Dalam suatu hunian apartemen, dibutuhkan tempat yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk berinteraksi antara tiap penghuninya. Tidak hanya sebagai tempat berinteraksi, ruang terbuka ini juga bermanfaat sebagai tempat melepas dan penawar atas kepenatan yang dialami oleh masyarakat kota.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Slamet. (2013), Inspirai Desain & Cara Membuat Vertical Garden, Jakarta.

Frick, Hein,. dan Tri Hesti M., (2006), Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Juwana, Jimmy S, (2004), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 1988. Peraturan Pemerintah No 4 Tahun 1988 tentang Persyaratan Kesehatan dan Bangunan Apartemen. Jakarta : Dinas Pekerjaan Umum.


(2)

LAMPIRAN Lampiran 1: 3D Bangunan


(3)

101

Lampiran 2: Interior

Deluxe Studio


(4)

Budiarto, Slamet. (2013), Inspirai Desain & Cara Membuat Vertical Garden, Jakarta.

Frick, Hein,. dan Tri Hesti M., (2006), Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Juwana, Jimmy S, (2004), Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 1988. Peraturan Pemerintah No 4 Tahun 1988 tentang Persyaratan Kesehatan dan Bangunan Apartemen. Jakarta : Dinas Pekerjaan Umum.


(5)

LAMPIRAN Lampiran 1: 3D Bangunan


(6)

Lampiran 2: Interior

Deluxe Studio