KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

12

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini menjadi jalur perdagangan dan jalur transportasi kapal-kapal besar semasa kerajaan Deli masih berjaya. Selain menjadi jalur transportasi, sungai ini juga memiliki air jernih dan vegetasi yang rimbun di pinggir sungainya sehingga kesan alami dan natural masih kental terasa bagi siapa saja yang melintasi sungai tersebut. Keadaan itu seolah berbalik 180 derajat jika kita melihat sejenak ke kawasan sungai Deli pada saat ini. Kondisi sungai Deli sangat jauh dari kondisi sungai yang ideal. Keadaan tidak tertata dan kumuh langsung menyeruak ketika kita memasuki kawasan perancangan yang dibatasi oleh jalan Mangkubumi, jalan Badur dan jalan Brigjend. Suprapto ini. Ditambah lagi kondisi air sungai yang keruh, dan banyak sampah yang tertumpuk baik di pinggir maupun di tengah sungai. Kondisi ini sangat jauh dari kriteria sungai yang baik. Bagi sebagian pihak, sungai ini menjadi bagian dari kehidupan mereka dengan mengenyampingkan kondisi yang tidak ideal tersebut. Di sungai ini, mereka banyak melakukan aktifitas seperti mencuci, mandi dan bermain. Sungai ini seolah diibaratkan seperti kamar mandi umum bagi warga yang berdomisili di pinggiran sungai tersebut. Ada banyak faktor yang menyebabkan sungai Deli menjadi begitu tidak tertata. Pertama, banyaknya bangunan liar yang menjamur Universitas Sumatera Utara tepat di tepi sungai Deli sehingga menciptakan kesan tidak tertata pada kawasan ini. Bangunan liar yang bertumbuh di pinggir sungai ini kian hari semakin banyak. Hal ini disebabkan karena semakin banyak transmigran ataupun pendatang yang mengadu nasib ke kota Medan. Harga lahan di perkotaan yang mahal memaksa mereka untuk mencari tempat bermukim yang dapat terjangkau oleh mereka. Akhirnya area sempadan sungai menjadi sasaran empuk bagi para pendatang ini untuk dijadikan kawasan bermukim. Keberadaan bangunan liar ini mengalihfungsikan kawasan resapan air sungai menjadi kawasan padat permukiman. Kedua, para penghuni bangunan liar yang berada di pinggir sungai tidak tanggap akan kebersihan lingkungan. Mereka memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai yang tanpa disadari dapat memberi dampak negatif bagi diri mereka sendiri. Salah satu dampak negatif yang timbul akibat kebiasaan membuang sampah sembarangan yang dilakukan oleh penghuni bangunan liar tersebut adalah pendangkalan sungai. Ketika melakukan survei lapangan, didapati ketinggian air sungai di dalam tapak hanya berkisar 30 cm. Menurut informasi yang diperoleh dari warga sekitar, ketinggian air sungai Gambar 1.1 Gambaran Sepanjang Pinggir Sungai Deli Sumber: Dokumentasi Pribadi Universitas Sumatera Utara biasanya hanya berkisar antara 30 sampai 50 cm saja. Masalah lain kembali timbul akibat pendangkalan sungai tersebut. Ketika hujan deras, badan sungai tidak mampu menahan air sungai yang naik. Sehingga pemukiman warga yang berada tepat dipinggiran sungai Deli menjadi sasaran atas meluapnya air sungai. Banjir yang kerap melanda permukiman warga di kelurahan Hamdan membuat kawasan ini terasa begitu tidak nyaman. Saat dilanda banjir sedang, rumah-rumah di sini terendam hingga 1,20 meter diukur dari permukaan lantai. Dan jika banjir besar melanda, rumah-rumah di kawasan ini dapat terendam hingga 4 meter. Informasi ini didapat dari warga yang berdomisili di daerah tersebut. Dengan kata lain, permukiman yang berdomisili tepat di pinggir sungai harus direlokasi demi keamanan dan kenyamanan bersama. Ditambah lagi bangunan liar ini mengambil fungsi lahan resapan air sungai. Kondisi Tapak... Di dalam lokasi perancangan terdapat hunian rumah warga. Pada lokasi ini akan dibangun apartemen. Apartemen yang akan dirancang diperuntukkan bagi kalangan masyarakat kelas menengah atas sehingga mayarakat kelas menengah Gambar 1.2 Gambaran Sampah yang Tertumpuk di Sepanjang Pinggir Sungai Deli Sumber: Dokumentasi Pribadi Universitas Sumatera Utara bawah yang berdomisili di kawasan tersebut akan direlokasi. Jika melihat KAK Kerangka Acuan Kerja, penghuni bangunan lama yang tidak memiliki legalitas kepemilikan lahan akan mendapat ganti rugi sepadan dengan kondisi bangunan hunian mereka. Selain itu, normalisasi sungai juga perlu diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Pada lokasi perancangan terdapat sungai Deli yang membelah site menjadi dua bagian. Namun kondisi sungai ini sangat tidak menarik untuk dijadikan sebagai bagian depan bangunan. Keadaan sungai yang kumuh dan tidak tertata mendorong pemilik bangunan untuk menjadikan sungai ini sebagai bagian daerah belakang bangunan. Pihak Pemko Medan digadang-gadang sudah merencanakan upaya normalisasi sungai. Upaya ini dilakukan dengan melakukan perbaikan kondisi hutan di hulu sungai serta melakukan penanggulangan limbah di sungai. Dengan adanya upaya pihak pemerintah untuk melakukan normalisasi sungai diharapkan dapat memberi dampak positif bagi perkembangan sungai Deli tersebut. Kondisi Sekitar Tapak... Lokasi perancangan yang terletak di antara jalan Mangkubumi, jalan Badur dan jalan Letjend. Suprapto ini dikelilingi oleh pemukiman warga dan bangunan komersial seperti rumah toko ruko. Lokasi perancangan merupakan kawasan komersial yang terdiri dari bangunan ruko serta perkantoran pemerintah dan swasta. Salah satu kantor swasta yang terdapat di sekitar lokasi perancangan Universitas Sumatera Utara adalah kantor PTPN IV. Tepat di depan kantor PTPN IV terdapat kantor pemerintah yaitu kantor Polisi Militer PM. Kantor-kantor tersebut terdapat pada jalan Brigjend. Suprapto yang merupakan jalan protokol. Pada jalan ini memiliki sirkulasi kendaraan yang cukup nyaman. Penerangan jalan pada sisi jalan ini juga sangat memadai. Pedestrian yang dilengkapi dengan pepohonan yang rindang untuk jalur pejalan kaki juga terdapat pada lokasi ini sehingga membuat para pejalan kaki merasa nyaman jika melalui jalan ini. Bangunan pada jalan Badur umumnya adalah permukiman warga dengan ketinggian bangunan satu sampai dengan dua lantai. Terdapat beberapa rumah yang kondisinya tidak terawat karena sudah tidak berpenghuni lagi. Walaupun jalan Badur ini tergolong memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, namun saat siang hari daerah ini tampak lengang dan sepi. Hal ini dikarenakan warga pada daerah tersebut beraktifitas di luar rumah. Tidak terlihat interaksi sosial yang terjadi di kawasan jalan Badur ini, namun jalan ini dijadikan sebagai jalur alternatif bagi beberapa kendaraan roda dua dan roda empat walaupun kondisi jalan ini relatif sempit dan berlubang. Gambar 1.3 Kantor Swasta dan Kantor Pemerintahan di Sekitar Site Sumber: Dokumentasi Pribadi Universitas Sumatera Utara Interaksi sosial dalam lingkungan bantaran terlihat lebih hidup dibandingkan pada kawasan jalan Badur. Selain itu kondisi utilitas yang belum memadai dapat dengan mudah terlihat pada kawasan ini. Terdapat beberapa titik selokan yang terbuka dan dipenuhi dengan sampah. Kondisi jalan yang sempit dan tidak memadai karena tidak menyediakan ruang bagi pejalan kaki, hal ini dapat terlihat dengan tidak terdapatnya pedestrian untuk pejalan kaki. Selain itu pada jalan ini masih sedikit penerangan jalan sehingga pada malam hari sumber cahaya hanya berasal dari rumah-rumah warga saja. Sementara itu, dibandingkan dengan kondisi jalan Badur, kondisi di jalan Mangkubumi sedikit lebih baik. Lebar jalan di sisi jalan Mangkubumi lebih lebar dibandingkan dengan lebar jalan di sisi jalan Badur sehingga memungkinkan kendaraan roda empat dan roda dua untuk berjalan dari 2 arah. Selain itu, kawasan jalan Mangkubumi lebih ramai dibandingkan dengan kawasan jalan Badur. Pada kawasan ini terdapat swalayan Maju Bersama dan bangunan komersial berupa rumah toko ruko yang dapat menarik pengunjung sehingga interaksi sosial pada kawasan ini lebih terasa. Sayangnya pada sisi ini terdapat lahan kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah sementara. Sehingga suasana yang tidak nyaman terlihat pada sisi ini ketika kita melintas. Kondisi penerangan pada jalan ini juga masih sangat kurang. Hanya terdapat lampu penerangan jalan di depan swalayan Maju Bersama. Selain itu, pada kawasan ini sirkulasi pejalan kaki juga sangat tidak nyaman karena tidak terdapat pedestrian untuk para pejalan kaki. Universitas Sumatera Utara Data Site... Untuk memperoleh data tentang penduduk dan keterangan kawasan sekitar lokasi perancangan membutuhkan proses yang panjang dan tahap yang agak sulit. Sebelum melakukan pendataan secara resmi penulis mendatangi instansi terkait guna memperoleh izin dan data yang dibutuhkan. Adapun instansi yang terkait adalah pertama Departemen Arsitektur USU, merupakan pihak pertama yang menjembatani kelompok studio Perancangan Aritektur 6 untuk melakukan survei ke Badan Pembangunan Daerah Kota Medan. Kedua adalah Badan Pembangunan Daerah, merupakan penerbit surat izin untuk survei ke setiap kelurahan yang terkait. Ketiga adalah kantor lurah terkait yaitu kantor lurah Aur dan Hamdan, merupakan sumber informasi tentang data penduduk dan keterangan kawasan sekitar lokasi perancangan. Dari kedua kantor kelurahan tersebut, didapat data dan informasi yang beragam. Terdapat beberapa data yang tidak mereka miliki sehingga informasi dan data yang diperoleh juga terbatas. Berikut merupakan data site yang diperoleh ketika melakukan survei lapangan : 1. Data Eksisting Lokasi perancangan berada di antara kelurahan Aur dan kelurahan Hamdan kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara. Tepatnya di antara jalan Mangkubumi dan jalan Badur yang dibelah oleh sungai Deli. Lokasi site memiliki luas lahan sekitar ± 2,5 Ha dan memiliki kontur lahan yang menurun mulai dari jalan raya menuju sungai. Letak geografis : 3°34’ 58” utara dan 98°40’47” timur. Daerah ini memiliki iklim tropis dengan suhu minimum berkisar Universitas Sumatera Utara 23,3°C – 24,4° C dan suhu maksimum berkisar 30,7°C – 33,2°C. Adapun batas- batas site tersebut sebagai berikut : Utara : Permukiman Warga Timur : Jalan Mangkubumi dan Permukiman Warga Selatan : Jalan Letjend. Suprapto Barat : Jalan Badur dan Permukiman Warga Jalan Badur memiliki lebar 7 meter dengan ukuran garis sempadan bangunan GSB 5 meter. Sedangkan jalan Mangkubumi memiliki lebar jalan 20 meter dengan ukuran garis sempadan bangunan GSB 3 meter. Sementara itu, jalan Letjend. Suprapto memiliki lebar jalan 26 meter dengan ukuran garis sempadan bangunan GSB 15 meter. Informasi ukuran ini didapat dari tulisan yang tertera pada batu keterangan jalan. Kondisi di sekitar lokasi perancangan merupakan lahan kosong, permukiman warga dan sungai. Berikut adalah foto-foto kondisi di sekitar tapak : Gambar 1.4 Gambaran Kondisi di Sekitar Site Sumber: Dokumentasi Pribadi Universitas Sumatera Utara Lokasi perancangan merupakan lokasi yang strategis dikarenakan sangat mudah menuju ke pusat kota. Selain itu, lokasi ini juga dikelilingi oleh kawasan komersial seperti jalan Palang Merah, dan dekat dengan koridor bisnis Zainul Arifin. 2. Kondisi Kawasan Muka Sungai Pada Lokasi Site Sungai merupakan bagian dari alam yang identik dengan air yang bersih dan segar. Di beberapa negara memiliki sungai terbaik dan terbersih yang dapat memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat kota seperti Korea dengan sungai Chonggeycheon, dan Cina dengan sungai Li. Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan kawasan muka sungai pada lokasi site sangat memprihatinkan. Terdapat banyak sampah yang menumpuk di pinggir sungai bahkan di tengah sungai tersebut. Akibat dari penumpukkan sampah-sampah tersebut, sungai Deli mengalami pendangkalan yang mengakibatkan permukiman warga yang berada tepat di pinggir sungai sering terkena banjir akibat meluapnya air sungai. Hal ini diperparah dengan keadaan pinggir sungai yang tidak memiliki tanggul sama sekali. Selain itu, banyak bangunan liar yang berdiri tepat di pinggi sungai. Sehingga ketika air sungai meluap, hunian mereka menjadi sasaran empuk banjir. Berikut adalah foto-foto kondisi kawasan muka sungai pada lokasi site : Universitas Sumatera Utara 3. Kondisi Vegetasi di Lokasi Perancangan Pepohonan yang terdapat pada lokasi perancangan sangat tidak memadai dan tidak tertata. Hanya terdapat beberapa pepohonan yang tumbuh secara liar di pinggiran sungai Deli seperti pohon bambu, pohon pisang dan pohon para. Sementara vegetasi yang terdapat pada lahan kosong di lokasi perancangan hanya berupa rerumputan dan semak belukar. Dan vegetasi yang terdapat pada permukiaman warga di sisi jalan Mangkubumi hanya berupa pohon mangga, pohon jambu air dan pohon kelapa. 4. Kondisi Masyarakat di Lokasi Perancangan Kehidupan sosial masyarakat di sekitar site tergolong pada masyarakat menengah ke bawah. Hal yang paling berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan prilaku masyarakat sekitar adalah budaya. Masyarakat sekitar khususnya masyarakat di tepi sungai Deli memiliki budaya untuk berkumpul di suatu Gambar 1.5 Kondisi Kawasan Muka Sungai di Lokasi Site Sumber: Dokumentasi Pribadi Universitas Sumatera Utara tempat sebagai aktifitas meluangkan waktu mereka. Mereka sering menghabiskan waktu untuk berkumpul dan bersantai dengan duduk-duduk di depan rumah mereka dan warung-warung yang terdapat di sekitar rumah mereka. Mereka tidak memiliki ruang tempat yang layak untuk melakukan aktifitas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di sekitar site senang berkumpul untuk bersosialisasi. Kemudian, masyarakat di sekitar lokasi perancangan memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan baik di lingkungan darat maupun sungai yang menyebabkan pendangkalan pada sungai tersebut. Karena masyarakat yang tinggal di pinggir sungai Deli semakin banyak, maka sungai Deli dijadikan sebagai tempat MCK mandi, cuci, kakus oleh masyarakat sekitar. Ditambah lagi masyarakat sekitar yang memiliki kebiasaan membuang sampah ke sungai, seolah sungai tersebut menjadi tempat sampah raksasa bagi mereka. Hal ini menyebabkan sungai Deli tercemar dan terjadi pendangkalan sungai akibat penumpukkan sampah-sampah rumah tangga dari masyarakat sekitar. Ditambah lagi ada saluran riol kota yang mengarah ke sungai Deli. Sungai ini dijadikan tempat pembuangan limbah cair baik bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat kota. Tentu saja situasi ini menambah pencemaran dan kekeruhan air di sungai Deli tersebut. Hal ini dapat mencerminkan kondisi masyarakat yang sangat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan yang dapat berdampak pada kesehatan. Universitas Sumatera Utara 5. Kondisi dan Keadaan Tempat Tinggal Warga Sekitar Banyak bangunan liar seperti rumah panggung yang berada tepat di pinggir sungai Deli yang berada di kawasan perancangan. Rumah-rumah yang berada di pinggir sungai Deli ada yang merupakan hak milik pribadi dan ada pula yang merupakan rumah sewa. Menurut salah seorang warga kelurahan Hamdan yang berdomisili tepat di pinggir sungai Deli, rumah yang disewakan memiliki tarif Rp. 1.000.000,- tahun satu juta rupiah per tahun. Informasi ini diperoleh melalui wawancara singkat ketika penulis melakukan survei lapangan. Kondisi rumah-rumah yang berada di lokasi perancangan sangat memprihatinkan dan sangat jauh dari kata rumah sederhana yang ideal. Posisi sungai yang berada di antara kelurahan Aur dan kelrahan Hamdan kecamatan Medan Maimun membuat 2 daratan site terpisah. Masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Deli tergolong pada masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tempat tinggal mereka dan lingkungannya. Masyarakat sekitar tidak memperdulikan peraturan pemerintah tentang garis sempadan sungai GSS. Dimana daerah pinggir sungai yang seharusnya berjarak 15 meter dari tepi sungai tidak boleh dijadikan sebagai tempat bermukim, atau dengan kata lain daerah yang berjarak 15 meter dari tepi sungai merupakan kawasan terbuka hijau yang harus bebas dari struktur fisik bangunan. Universitas Sumatera Utara 6. Kondisi Alur Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki di Lokasi Perancangan Lokasi dapat dicapai melalui jalan Badur, jalan Mangkubumi dan jalan Brigjend. Suprapto. Pada jalan-jalan tersebut, tidak terdapat angkutan umum yang melintas kecuali becak bermotor dan taksi. Jarang terjadi kemacetan pada daerah di sekitar site. Jalan-jalan yang mengelilingi site ini banyak dilalui oleh kendaraan pribadi, baik berupa kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Untuk mencapai permukiman warga yang berada di pinggir sungai harus berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor. Jalan yang menuju ke permukiman warga hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua saja hal ini disebabkan jalur sirkulasi di dalam permukiman warga hanya berupa gang- gang kecil dan sempit. Tidak terdapat jalur untuk lansia dan disable pada lokasi site. Sehingga mereka sulit untuk beraktifitas di sini. Hanya terdapat satu jembatan utama yang dapat dilalui oleh masyarakat untuk menyeberang dari area jalan Badur menuju area jalan Mangkubumi, dan begitu juga sebaliknya. Jalan primer pada kawasan ini adalah jalan Letjend. Suprapto, jalan Mangkubumi dan jalan Badur. Sementara jalan sekunder terdapat di dalam permukiman warga yang berupa gang-gang kecil dan sempit. Jalan Badur memiliki ukuran jalan yang relatif sempit. Universitas Sumatera Utara 25

BAB II PEMROGRAMAN