Revisi Rancangan Skematik RANCANGAN FINAL

69

BAB V RANCANGAN FINAL

5.1. Revisi Rancangan Skematik

Setiap proses belajar sudah pasti mengalami kendala dan koreksi di berbagai hal. Pada rancangan yang terdahulu, terdapat beberapa perubahan karena rancangan yang dibuat belum dilakukan secara maksimal. Perubahan tersebut diantaranya yakni perubahan pada bentukan masa tower serta pemantapan eksplorasi tema dan konsep yang masih sedikit kurang menonjol terhadap bangunan dan tapak. Tema yang diusung adalah “Healthy Urban Settlement” Permukiman Kota yang Se hat dengan konsep “Green Architecture” Arsitektur Hijau. Adapun maksud dan tujuan dari tema ini adalah menciptakan kawasan hunian yang sehat dan nyaman bagi penghuninya. Salah satu hal yang dapat membuat hunian menjadi sehat yaitu sirkulasi udara yang lancar pada hunian itu sendiri. Dengan adanya bukaan seperti jendela, pintu dan ventilasi yang langsung menghadap keluar dapat membuat cahaya dan udara masuk ke dalam seluruh ruangan hunian secara tepat dan optimal. Bukaan- bukaan tersebut dirasa sangat penting bagi hunian ini, karena selain berfungsi untuk menjaga aliran udara di dalam hunian agar tetap segar bukaan-bukaan tersebut juga berfungsi untuk mengontrol kelembaban udara di dalam ruangan agar tetap stabil. Universitas Sumatera Utara Pada rancangan yang telah dibuat sebelumnya, sirkulasi udara pada hunian khususnya koridor tower belum maksimal. Hal ini dikarenakan koridor pada tower tidak terdapat bukaan sebagai tempat berganti dan mengalirnya udara. Koridor yang tertutup dianggap tidak efisien untuk pencahayaan alami dan pengkondisian udara pada koridor itu sendiri. Oleh karena itu, penulis memperbaiki disain agar memperoleh bukaan pada koridor tower sehingga udara pada hunian maupun udara pada koridor tower itu sendiri dapat mengalir dan berganti dengan baik. Udara yang berasal dari dalam hunian dapat mengalir dan berganti melalui koridor tower yang memiliki bukaan. Bentuk tower yang tadinya persegi panjang, mengalami perubahan bentuk menjadi seperti huruf “H”. Hal ini dikarenakan untuk memberikan bukaan sebagai sirkulasi udara pada koridor tower. Gambar 5.1 Denah Tipikal Lt.1 Setelah Revisi Universitas Sumatera Utara Dengan mengusung konsep “Arsitektur Hijau”, bangunan apartemen yang dirancang harus menerapkan sistem hemat energi. Hal ini dapat terpancar dari susunan seluruh unit-unit hunian yang memiliki bukaan secara langsung menghadap keluar. Gambar 5.2 Denah Tipikal Lt. 2-4 Setelah Revisi Gambar 5.3 Denah Ti[ikal Lt. 5-9 Setelah Revisi Universitas Sumatera Utara Dengan bukaan yang secara langsung menghadap keluar, kiranya dapat memberi efek positif bagi sirkulasi udara dan pencahayaan alami di dalam hunian- hunian itu sendiri. Dengan kata lain, penggunaan lampu pada pagi, siang maupun sore hari dapat diminimalisir. Ditambah lagi dengan sirkulasi udara yang lancar dapat meminimalisir penggunaan AC air conditioning di tiap hunian. Karena dengan adanya bukaan cross ventilation dapat membuat udara dalam hunian menjadi segar dan sejuk. Jika penggunaan lampu dan AC dapat diminamalisir, maka biaya dan penggunaan listrik juga dapat berkurang. Hal ini sangat memberi dampak positif bagi penghuni maupun lingkungan. Dalam merancang bangunan, ada banyak aspek yang harus diperhatikan. Tidak hanya aspek estetika, namun aspek yang terpenting untuk diperhatikan adalah kenyamanan dan keamanan. Arsitektur hijau mensyaratkan dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan, Gambar 5.4 Denah Ti[ikal Lt. 10-17 Setelah Revisi Universitas Sumatera Utara desain hemat energi, kemudahan dalam memperoleh air bersih, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, serta sistem drainase yang baik. Pada perbaikan disain, bukaan seperti pintu dan jendela kaca pada hunian akan dibuat selebar mungkin sehingga menjadikan ruang-ruang yang berada di dalam hunian terasa lega. Lantai teras dan ruang dalam dibuat dari material yang sama dan menerus rata tidak ada beda ketinggian lantai membuat kesatuan ruang terasa luas dan menyatu dengan ruang luar di depannya balkon. Pada facade tampak bangunan mengalami sedikit perubahan. Facade podium mengalami perbaikan pada pengaplikasian materialnya. Material yang akan mendominasi facade podium adalah kaca dan allucopan. Kedua material ini akan lebih tepat digunakan untuk menunjukkan kesan mewah dan modern. Podium yang hanya memiliki ketinggian 3 lantai, dirasa masih sangat mudah untuk membersihkan kaca-kaca yang menjadi selubung bangunannya. Sementara pada facade bangunan tower akan didominasi oleh allucopan dan batu alam. Bahan-bahan ini dipilih karena dapat menahan ataupun meminimalisir radiasi panas matahari yang masuk ke dalam ruangan. Selain itu, biaya perawatan material ini juga terbilang tidak mahal seperti biaya perawatan material kaca. Karena allucopan dan batu alam tidak memerlukan perawatan yang rutin seperti perawatan kaca yang harus dibersihkan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Selain itu, mengingat bangunan tower yang berjumlah 17 lantai akan membutuhkan biaya kebersihan yang lumayan mahal jika menggunakan material Universitas Sumatera Utara kaca secara keseluruhan pada selubung bangunan. Material kaca akan digunakan pada bukaan dan bagian-bagian tertentu saja yang dianggap perlu menggunakan kaca. Kemudian panel surya yang awalnya menempel pada facade tower yang berorientasi timur-barat, dipindahkan ke atap tower. Atap tower dibuat berbentuk limas dengan tiang-tiang penyangga seperti pilar. Pada atap limas inilah panel surya tersebut akan dipasang. Selain itu, pada atap tower ini juga terdapat penampung air hujan yang berupa tangki raksasa. Adapun guna tangki tersebut adalah untuk menampung air hujan yang kemudian dapat didistribusikan ke tiap- tiap hunian dengan sistem gravitasi bumi. Air akan mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah. Dengan demikian, penggunaan pompa air untuk mendistribusikan air dari ground water tank yang berada di basement menuju tiap-tiap hunian dapat diminimalisir. Dalam merancang sebuah bangunan, arsitek selalu dihadapkan pada masalah pengolahan air. Air hujan dan limbah adalah salah satu hal yang membutuhkan pengaturan yang tepat dan baik supaya tidak mengganggu kenyamanan penghuni. Vertical garden taman vertikal yang menempel pada facade bangunan akan tetap digunakan, namun posisinya saja yang berbeda. Taman vertikal ini akan ditempatkan di beberapa titik saja dan tidak menerus dari bawah hingga atas bangunan. Selain memenuhi fungsi sebagai vegetasi, taman vertikal ini juga Universitas Sumatera Utara berfungsi sebagai secondary skin pada facade bangunan yang memenuhi unsur estetika pada bangunan. Pada rancangan tapak mengalami sedikit perbaikan diantaranya memperbaiki susunan taman dan memperbaiki desain pada bendungan. Menurut Gambar 5.5 Tampak Setelah Revisi Universitas Sumatera Utara dosen penguji, bendungan dianggap terlalu ekstrim untuk dibangun pada lokasi perancangan dikarenakan badan sungai yang memiliki ukuran yang relatif sempit kurang dari 25 meter sehingga dikhawatirkan air sungai akan meluap keluar jika di bendung. Oleh karena itu, bendungan ini akan diganti dengan pintu air yang memiliki ukuran relatif lebih kecil dibandingkan dengan bendungan yang berfungsi untuk mengatur debit air sungai yang mengalir pada lokasi perancangan dan pada pintu air ini terdapat mesin penyaring guna menyaring sampah-sampah yang terdapat disungai. Kemudian, penerapan tema dan konsep pada tapak. Penerapan tema “Healthy Urban Settlement” Permukiman Kota yang Sehat pada tapak dapat terlihat dari adanya penyaring sampah pada sungai yang terdapat pada pintu air. Hal ini bertujuan untuk membersihkan lingkungan sungai. Sampah-sampah yang terbawa arus sungai dapat disaring dengan alat tersebut yang kemudian sampah tersebut dapat didaur ulang ataupun langsung dibuang ke TPA oleh petugas kebersihan. Sementara penerapan konsep “Green Architecture” Arsitektur Hijau pada tapak dapat terlihat dari adanya kebun buah. Hal ini sesuai dengan penjelasan pada perancangan konseptua: Kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau. Universitas Sumatera Utara

5.2. Sistem Struktur Bangunan