MATERIAL POLOS DAN JOINT DILAS
3.3 MATERIAL POLOS DAN JOINT DILAS
Pada material polos dan joint las, rentang tegangan pada beban layan tidak boleh melebihi rentang tegangan izin yang dihitung sebagai berikut.
(a) Untuk kategori tegangan A, B, B‘, C, D, E, dan E‘ rentang tegangan izin, F SR , harus
ditentukan dengan Persamaan A-3-1 atau A-3-1M, sebagai berikut:
C 0,333
SR n
SR TH
(A-3-1)
C x 329
SR
n TH
SR
(S.I.) (A-3-1M)
dan tidak untuk di komersialkan” keterangan C
f F = konstan dari Tabel A-3.1 untuk kategori fatik
SR = rentang tegangan izin, ksi (MPa)
F TH = ambang rentang tegangan izin, rentang tegangan maksimum untuk
n umur desain tak terbatas dari Tabel A-3.1, ksi (MPa)
SR = jumlah dari fluktuasi rentang tegangan dalam umur desain = jumlah dari fluktuasi rentang tegangan per hari x 365 x tahun dari
umur desain
(b) Untuk tegangan kategori F, rentang tegangan izin, F SR , harus ditentukan oleh
Persamaan A-3-2 atau A-3-2M sebagai berikut:
© BSN 2015
197 dari 242
C 0,167
n SR
SR
TH
(A-3-2)
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
4 C 0,167 11x10
SR
TH
SR
(S.I.) (A-3-2M)
(c) Untuk elemen pelat dibebani tarik disambung pada ujungnya dengan cruciform, T atau detail sudut dengan las tumpul penetrasi joint lengkap (PJL) atau las tumpul penetrasi joint sebagian (PJS), las sudut, atau kombinasi dari sebelumnya, transversal ke arah tegangan, rentang tegangan izin pada penampang melintang dari elemen pelat dibebani tarik pada kaki las harus ditentukan sebagai berikut:
(i) Berdasarkan permulaan retak dari toe las pada elemen pelat dibebani tarik rentang tegangan izin, F SR , harus ditentukan dengan Persamaan A-3-3 atau A-3-3M, untuk tegangan kategori C sebagai berikut:
8 44 0,333 x 10
tan
SR
n SR
dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id
(A-3-3)
11 F 0,333
14,4 x 10
SR
n (S.I.) (A-3-3M)
SR
(ii) Berdasarkan permulaan retak dari akar dari las rentang tegangan izin, F SR , pada elemen pelat dibebani tarik menggunakan las tumpul penetrasi joint sebagian transversal, dengan atau tanpa penguatan atau las sudut kontur,
rentang tegangan izin pada penampang melintang pada kaki las harus
ditentukan dengan Persamaan A-3-4 atau A-3-4M, untuk tegangan kategori C‘ sebagai berikut:
8 F 0,333 R
44 x 10
SR
PJP
SR
(A-3-4)
14,4 x
SR PJP
dan tidak untuk di komersialkan”
SR
(S.I.) (A-3-4M)
dimana R
PJP , faktor reduksi untuk las tumpul PJP transversal diperkuat atau tanpa diperkuat, ditentukan sebagai berikut:
0,65 - 0,59
PJP
0,167 t
(A-3-5)
© BSN 2015
198 dari 242
1,12 - 1,01
p 1,0
ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s
PJP
0,167 t
(S.I.) (A-3-5M)
Jika
2 , penggunaan tegangan kategori C. a
PJP
= panjang dari muka root nondilas dalam arah ketebalan dari pelat
dibebani tarik, in. (mm) = ukuran kaki perkuatan atau sudut kontur, jika ada, dalam arah
dari ketebalan pelat dibebani tarik, in. (mm)
= ketebalan pelat dibebani tarik, in. (mm)
(iii) Berdasarkan permulaan retak root dari sepasang las sudut transversal pada sisi berlawanan dari elemen pelat dibebani tarik, rentang tegangan izin, F SR , pada penampang melintang pada toe dari las harus ditentukan dengan
tan Persamaan A-3-6 atau A-3-6M, untuk tegangan kategori C‘‘ sebagai berikut: 44 x 10
F dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id R
SR
FIL
SR
(A-3-6)
11 F 0,333 R
14,4 x 10
SR
FIL
SR
(S.I.) (A-3-6M)
keterangan R
FIL
adalah faktor reduksi untuk joint menggunakan hanya sepasang las sudut
transversal
0,06 0,72 w / t
FIL
(A-3-7) p
0,167 t
0,10 1,24 w / t
FIL
(S.I.) (A-3-7M)
Jika
FIL = 1,0, penggunaan tegangan kategori C.
dan tidak untuk di komersialkan”