Modernisasi Militer Rusia

4.2 Modernisasi Militer Rusia

Selain doktrin militer terbaru, pemerintah Rusia juga mengeluarkan kebijakan modernisasi militer hingga tahun 2020 untuk mengatasi ancaman dari NATO di kawasan Eropa Timur. Sebenarnya modernisasi militer yang dilakukan oleh Rusia sudah dilakukan sejak lama dimulai dengan pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991. Pada saat itu Rusia menjadi pewaris keberlanjutan negara tersebut. Sejak 1991 itu pula, Rusia telah melaksanakan sejumlah usaha untuk melakukan reformasi militer. Sebelum restrukturisasi, yang dilakukan oleh Presiden Dmitry Medvedev (2007-2012), rencana-rencana modernisasi sebelumnya semakin berkembang luas. Pada tahun 1990-an, pada masa kepresidenan Boris Yeltsin (1991-2000), reformasi militer dipusatkan kepada pengurangan prajurit dan perubahan format dan fungsi militer, dan untuk pertama kalinya dalam abad ke-20, di masa kepresidenan Vladimir Putin yang pertama (2000-2007) pendekatan minimalis untuk merstrukturisasi militer sebagaimana dilakukan sebelumnya tetap dilanjutkan. Suatu pengecualian penting adalah kebijakan Putin untuk

memperbesar anggaran militer. 106 Di masa kepresidenan Putin, dengan posisi yang merangkap sebagai

Sekretaris Dewan Keamanan, Perdana Menteri, dan Presiden, Putin telah menjalankan peran penting dalam mengkoordinasikan dan pengembangan kebijakan militer. Dalam masa jabatannya, Putin menjalankan keputusan yang bertentangan dengan pendahulunya Yetlsin. Putin memenuhi keinginannya untuk mengendalikan kebijakan pertahanan dan militer dengan melaksanakan urusan keamanan secara terpusat yang dikombinasikan dengan sistem komando yang kaku. Putin menyadari benar adanya pertentangan diantara organ keamanan, yang

terjadi sepanjang 1990-an. 107 Untuk mencegah aksi sepihak, Putin memandang penting konsistensi dan pengawasan ketat terhadap organ keamanan. Putin

menempatkan personel dengan latar belakang tentara dalam pengelolaan organ keamanan dan institusi penting, dan menempatkan Dewan Keamanan Nasional

106 L Neack, 2008. The New Foreign Policy: Power Seeking in a Globalized Era. Lanham, Maryland: 107 Rowman & Littlefield Publishers, Inc. Hal 34 V Hudson, 2007. Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory. Plymouth: Rowman and 106 L Neack, 2008. The New Foreign Policy: Power Seeking in a Globalized Era. Lanham, Maryland: 107 Rowman & Littlefield Publishers, Inc. Hal 34 V Hudson, 2007. Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory. Plymouth: Rowman and

Setelah presiden Vladimir Putin turun dan digantikan oleh presiden Dmitry Medvedev pada tahun 2008, yang mempunyai kebijakan reformasi militer ditujukan untuk mengembangkan kemampuan tempur angkatan bersenjata, semua kekuatan harus berada dalam posisi sebagai kekuatan tetap pertahanan. Kemudian penghapusan divisi dan resimen serta menempatkan brigade sebagai kekuatan pokok. Pengurangan jumlah personel di Kementerian Pertahanan dan Markas Besar Militer. Mengembangkan nuklir dibandingkan persenjataan konvensional, dalam rangka mengembangkan kekuatan tempur dan menempatkan prioritas pengadaan logistik.

Setelah presiden Dmitry Medvedev turun dan digantikan kembali oleh presiden Vladimir Putin, kebijakan pertahanan Rusia pun mengalami berbagai perubahan. Diikuti dengan meningkatnya eskalasi konflik yang terjadi di Eropa khususnya pada kasus di Ukraina Timur membuat pemerintah Rusia harus meningkatkan pertahanan militernya dengan melakukan modernisasi hingga tahun 2020. Menurut konsep kebijakan pertahanan, modernisasi militer merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi suatu negara dikarenakan sangat berkaitan dengan (RESTRA) pertahanan intergratif. Tanpa adanya modernisasi militer yang dilakukan oleh suatu negara, tidak akan bisa membuat perencanaan strategis pertahanan yang bertujuan untuk menentukan arah pengembangan postur pertahanan nasional, akuisisi persenjataan dan besarnya anggaran yang dibutuhkan. Oleh karena itu, modernisasi militer perlu dilakukan karena sangat berkaitan langsung dengan perencaan strategis pertahanan yang dimiliki oleh Rusia. Dengan adanya RESTRA tersebut Rusia dalam menentukan arah pengembangan postur pertahanan nasionalnya.

Sampai sejauh ini, Rusia mengembangkan arah pertahanannya lebih kepada defensif. Itu dibuktikan dengan alusista yang dimiliki oleh Rusia pada saat ini lebih kepada defensif seperti Yars RS 26 Rubezh, Kapal Selam kelas Varshavyanka Rostov-on-Don, Sistem Pertahanan Rudal S-500, BPDM Taifun-M. selain itu, hal itu diperkuat oleh doktrin militer Rusia terbaru, yang menjelaskan bahwa Rusia berhak melakukan penyerangan apabila mendapatkan ancaman dari musuh serta diperbolehkan menggunakan senjata nuklir.

Menurut data yang peneliti dapatkan peningkatan pengeluaran anggaran militer dari Tahun 1991-2013 terus mengalami peningkatkan seperti pada grafik berikut ini :