Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat Batak

3. Kepercayaan yang berkembang pada masyarakat Batak

Kepercayaan asli adat suku bangsa Batak sebelum mengenal agama adalah bahwa alam beserta isinya diciptakan oleh Debata (Ompung) Mulajadi na Bolon (dalam bahasa Batak Karo disebut Debata Kaci-kaci). Debata Mulajadi na

Agama dalam Kehidupan Manusia

Bolon bermukim di langit dan memiliki nama-nama lain sesuai

Cakrawala Budaya

dengan tugas dan tempat kedudukannya. Nama Debata Mulajadi na Bolon, antara lain sebagai berikut.

Dalam masyarakat Ba-

a. Debata Mulajadi na Bolon, sebagai maha pencipta tak, kepercayaan dan

penghormatan terha-

bertempat tinggal di langit.

dap arwah leluhur ma-

b. Silaon na Bolon (untuk Batak Toba) atau Tuan Padukah sih sangat kental. Hal itu ni Aji (untuk Batak Karo), sebagai penguasa langit bagian diwujudkan dalam ben- tengah, bertempat tinggal di dunia ini.

tuk upacara/menari, pa- tung, dan musik seba-

c. Pane na Bolon (untuk Batak Toba) atau Tuan Banua gai perantara terhadap Koling (untuk Batak Karo), sebagai penguasa dunia arwah leluhur. Sebelum makhluk halus, dan pengatur setiap penjuru mata angin.

masuknya agama Islam dan Kristen, sistem ke-

Selain itu masyarakat adat Batak juga mengenal dewa-dewa percayaan orang Batak yang lain, yaitu:

yaitu adanya penolakan

a. Sinimataniari sebagai dewa matahari yang menguasai bahwa kematian meru- matahari saat terbit dan terbenam; pakan akhir dari segala-

nya.

b. Beru Dayang sebagai penguasa pelangi. Berkaitan dengan konsep jiwa dan roh, kepercayaan adat

Batak mengenal tiga konsep, yaitu tondi, sahala, dan begu. Tondi adalah jiwa atau roh seseorang sekaligus sebagai

kekuatan. Sahala merupakan jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Setiap orang memiliki kualitas sahala yang berbeda-beda meskipun sama-sama memiliki tondi. Sahala dapat berkurang dan menentukan peri kehidupan seseorang. Sahala yang berkurang akan menyebabkan orang kurang disegani. Orang Batak Karo mengenal sahala sebagai sumangat atau tuah atau kesaktian.

Seseorang memperoleh tondi dan sahala sejak ia masih di dalam kandungan. Seperti halnya sahala yang dapat berkurang atau bertambah, tondi juga dapat pergi meninggalkan badan. Jika tondi meninggalkan badan untuk sementara , maka orang itu akan sakit. Jika keluar untuk seterusnya maka or- ang itu akan meninggal. Keluarnya tondi dari badan disebabkan oleh adanya kekuatan lain yang disebut simbaon yang melawan tondi tersebut. Untuk mengembalikan tondi harus dilakukan upacara mengalap tondi (dalam bahasa Batak Karo disebut ndilo tondi, ngaleng berawan).

Begu adalah tondinya orang yang meninggal. Perilaku begu sama seperti perilaku manusia tetapi sifatnya hanya kebalikan. Misal: apa yang dilakukan manusia pada siang hari dilakukan begu pada malam hari. Orang Batak mengenal adanya begu yang baik dan begu yang jahat. Orang Batak Toba mengenal begu yang terpenting, yaitu Sumangot ni ompu, yaitu begu dari nenek moyang. Upacara untuk menghormati begu yang dulu sebagai tondi yang menduduki

82 Antropologi SMA Jilid 2 82 Antropologi SMA Jilid 2

Dalam masyarakat Batak Karo dikenal beberapa macam begu, antara lain sebagai berikut.

a. Batara guru atau begu perkakun jabu, merupakan begu bayi yang meninggal waktu masih dalam kandungan.

b. Bicara guru adalah begu anak yang mening- gal sebelum tumbuh gigi dan begu penjaga ayahnya.

c. Begu mate sada wari adalah begu dari orang yang meninggal dengan cara yang tidak wajar.

d. Mate kayat-kayaten adalah begu orang yang mati muda.

Begu bisa marah dan membahayakan manusia, maka untuk meredakan kemarahan begu dila- Sumber: http://images.google.co.id

S Gambar 2.10 Gondang merupakan alat musik

kukan upacara sesaji (Batak Karo menyebut Batak untuk mengiringi upacara untuk cibal-cibalen).

menghormati begu yang dulu sebagai tondi yang

Beberapa begu yang disegani orang Batak, antara menduduki orang terhormat dan kaya. lain sebagai berikut.

a. Sombaon adalah begu yang bertempat tinggal di pegu- nungan atau hutan rimba yang padat, gelap, dan me- ngerikan.

b. Solobean adalah begu yang dianggap sebagai penguasa di tempat-tempat tertentu dari Toba.

c. Silan adalah begu yang serupa dengan Sombaon menem- pati pohon-pohon besar atau batu yang aneh bentuknya. Silan dianggap sebagai nenek moyang pendiri kuta dan pendiri marga.

d. Begu ganjang adalah begu yang sangat ditakuti karena dapat dipelihara dan untuk membinasakan orang lain.

Orang Batak mempercayai adanya perkampungan begu. Sebelum masuk ke perkampungan terlebih dahulu begu mengembara sampai si mati dikuburkan selama empat hari. Oleh karena itu, adat Batak melakukan ziarah pertama pada hari keempat sesudah penguburan. Ziarah itu merupakan pertemuan pertama dengan begu yang pergi ke perkampungan begu. Masuknya begu ke perkampungan begu bukan berarti putusnya hubungan begu dengan kerabatnya yang masih hidup. Hal itu disebabkan mereka tetap berkeliaran dan berhubungan dengan kerabatnya melalui seorang perantara yang disebut Guru sibaso, seorang dukun wanita.

Agama dalam Kehidupan Manusia

Di samping begu, orang Batak juga mengenal makhluk halus lain yang disebut umang dan jangak. Keduanya bersifat menolong manusia. Umang dan jangak bertempat tinggal di tebing sungai dan di dalam gua-gua.

Selain kepercayaan di atas, masyarakat Batak juga me- lakukan upacara keagamaan, misalnya upacara selamatan horja. Upacara horja merupakan upacara dalam rangka ber- syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena salah seorang dari anggota keluarga mengalami kesuksesan atau jiwa anak lelaki berhasil menyunting gadis Sunda. Upacara horja dilakukan dengan memotong beberapa ekor babi atau kerbau. Hal itu menunjukkan tanda penghormatan kepada leluhur.