deselerasi. Peninggian afterload akan memperpanjang waktu deselerasi Mottram dkk, 2005.
Keterbatasan teknik pemeriksaan ini adalah sulitnya membedakan gangguan diastolik pseudonormal dengan fungsi diastolik normal, sehingga diperlukan
parameter lain untuk membedakannya. Kondisi takikardia, gangguan sistem konduksi atrial flutter, dapat menyebabkan perubahan pola aliran Doppler. Pada irama sinus
takikardia dapat terlihat gambaran fusi kedua gelombang E dan A. Pada atrial flutter tidak terlihat gelombang E, rasio EA dan DT Ario, 2008.
2.2.3.2 Manuver valsava
Manuver valsava dilakukan dengan melakukan ekspirasi yang kuat sekitar 40 mmHg dengan menutup mulut dan hidung. Manuver ini menghasilkan komplek
empat fase hemodinamik Oh dkk, 2006; Nagueh dkk, 2009. Preload ventrikel kiri menurun selama fase II dan perubahan mitral inflow diobservasi untuk membedakan
kondisi normal maupun pseudonormal. Pada kondisi pseudonormal, dengan melakukan manuver ini akan tampak penurunan gelombang E dan pemanjangan DT
sedangkan gelombang A tetap atau meningkat sehingga rasio EA menurun. Pada kondisi normal maka penurunan preload akan menurunkan gelombang E dan A
secara proporsional Nagueh dkk, 2009.
2.2.3.3 Aliran vena pulmonalis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan sampel volume tepat 0,5 cm ke dalam muara vena pulmonal. Muara vena pulmonal dapat terlihat pada posisi
apikal ventrikel kiri dengan menggunakan bantuan color flow imaging untuk mendeteksi aliran darah dari pulmonal Ario, 2008.
2.2.3.4 Color M-mode flow propagation velocity
Pencitraan gambaran M mode pada aliran mitral dapat dipergunakan untuk menilai fungsi diastolik. Metode ini dilakukan dengan meletakkan garis M mode
tepat pada pertengahan mitral inflow yang didapatkan pada pandangan apikal.
Universitas Sumatera Utara
Bersamaan dengan menyalakan fungsi colour flow doppler, dengan nilai Nyquist limit diturunkan sampai kecepatan tertinggi di sentral aliran tersebut berwarna biru.
Nilai propagation velocity Vp diukur dari bidang pembukaan katup mitral sampai dengan 4 cm distal ke arah ventrikel kiri. Nilai Vp50cms dikategorikan
normal atau semakin lambat kecepatan slope aliran mitral apikal maka dapat dikatakan disfungsi diastolik. Propagation velocity dapat digunakan untuk
memprediksi tekanan pengisian ventrikel kiri dan nilai EVp 2,5 berkorelasi dengan PCWP 15 mmHg Ario, 2008; Motrram dkk, 2005; Nagueh dkk, 2009
2.2.3.5 Tissue doppler annular velocity
Pulse wave TDI dilakukan pada posisi apikal untuk menganalisa kecepatan perubahan annulus mitral. Sampel volume diletakkan pada atau 1 cm dari insersi
katup mitral di sisi lateral atau septal Ario, 2008 Kecepatan velocity miokard tergambar dalam tiga profil gelombang yang
berbeda, yaitu Anderson, 2002 ; 1. Kecepatan sistolik miokard Sm
2. Kecepatan awal diastolik miokard Em 3. Kecepatan akhir diastolik miokard Am.
Secara praktis, gambaran TDI annulus mitral pada orang normal adalah e’ 8 cms atau 10 cms pada dewasa muda dengan rasio e’a 1. Penilaian dengan
metode ini tidak tergantung pada pengisian ventrikel. Penilaian hemodinamik kecepatan e’ meliputi relaksasi ventrikel kiri, preload, fungsi sistolik, dan ventrikel
kiri. Tekanan pengisian preload ventrikel kiri mempunyai efek minimal terhadap e’, sehingga kecepatan e’ dapat digunakan untuk mengkoreksi kecepatan E mitral
inflow dan rasio Ee’ dapat dipergunakan untuk penilaian tekanan pengisian ventrikel. Nilai Ee’ 8 dikategorikan normal, Ee’ 15 dikorelasikan dengan
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. Sedangkan nilai 8-15 menunjukkan perlunya parameter lain untuk mendapatkan kesimpulan pasti Ario, 2008; Oh dkk,
2011.
Universitas Sumatera Utara
Gbr 2.4 Integrasi pola pencitraan doppler mitral inflow dan TDI Solomon dkk, 2007
2.2.3.6 Klasifikasi disfungsi diastolik