IBADAH ANAK

BAB 10 IBADAH ANAK

A. Mengajarkan Anak untuk shalat

1. Tingkatan perintah untuk shalat Pada tingkatan ini, kedua orang tua mulai memeberi perintah kepada anak untuk shalat. Yaitu si anak

diajak shalat bersama mereka ketika dia sudah mulai mengerti dan mengetahui mana arah kanan dan mana arah kiri, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abullah Bin Habib.” Apabila anak dapat membedakan mana kanan dan mana kiri maka perintahlah untuk shalat”.

2. Tingkatan mengajarkan shalat pada anak.

Pada tingkatan ini kefua orang tua mengajarkan rukun- rukun shalat, kewajiban – kewajiban dan pembatal – pembatalnya. Rasululluh perintahkan anak kecil untuk shalat apabila sudah berusia tujuh tahun. Apabila sudah berusia sepuluh tahun maka pukullah untuk shalat. “Ajarkan anak kecil untuk shalalat apabila sudah berusia tujuh tahun, dan pukullah dia untuk shalat apabila sudah mencapai sepuluh tahun.”

3. Tinkatan perintah untuk shalat disertai ancaman pukulan Tingkatan ini dimulai pada usia sepuluh tahun. Apabila meninggalkan shalat atau bermalas – malasan ,

maka kedua orang tua boleh memukulnya sebagai hukuman baginya karena tidak menunaikan hak dirinya sendiri dan kezalimannya mengikuti jalan setan. Pada tingkatan ini pada dasarnya dia harus tunduk kepada perintah allah, sebab, dia masih berada dalam tingkatan fitrah, dan godaan setan padanya masih lemah. Maka ketika dia meningkatkan shalat, itu merupakan bukti bahwa setan sudah mulai menguasai dirinya sedikit demi sedikit.

4. Melatih anak untuk shalat jumat Rasulullah bersa bda “ barang siapa yang beriman kepada allah dan hari ahirm maka dia harus

melaksanakan shalat jumat, kecuali orang yang sedang sakit, orang yang sedang dalam perjalanan, wanita, anak kecil atau budak. Barang siapa yang tidak membutuhkannya dengan perbuatan sis- sia atau perdagangan, maka ketahuilah bahwa allah sama sekali tidak membutuhkannya. Allah Mahakaya lagi Maha terpuji. Keuntungan mengajak anaka shalat jumat antara lain :

a. Kalau nanti sudahbalik maka ia akan terbiasa melakukannya

b. Dampak positif ketika mendengarkan khutbah jumat

c. Terbiasa dengan berkumpulnya kaum muslimin

d. Berdasar pendapat yang menyatakan bahwa waktu dikabulkannya doa adalah ketika khutbah.

e. Menjadi asupan keimanan dan bimbingan rohani

f. Mengenal sejak kecil para ulama dan dai yang memiliki pengaruh besar

g. Anak mendapatkan pembentukan kepribadian dengan berbagai unsurnya secara lengkap.

5. Mengajak anak untuk melaksanakan shalat malam. Anak – anak para sahabat tidak cukup hamya mendirikan shalat lima waktu. Mereka juga masih

menambah dengan shalat malam.

6. Membiasakan anak untuk shalat istiharah. Diriwayatkan oleh ibuns sunnni” wahai anas bila engkau merasa bimbang tentang suatu masalah maka

mintalah pendapat kepada rabbmu sebanyak tujuh kali. Kemudian, lihat apa yang teerlintas dihatimu. Sebab disanalah ada kebaikan.

7. Menemani anak shalat ketika hari raya.

8. Mengajak anak ke masjid Masjid adalah istana untuk membangun generasi kegenerasi. Dari dulu sampai sekarang dan seterusnya,

masjid terus membangun generasi yang ‘ menjual’ diri mereka kepada allah . oleh karena itu anak – anak para sahabat selalu menyibukkan diri dengan shalat di masjid bersama rasulullah .

B. Bagaimana shaff anak ketika shalat berjamaah?

Dari Abdullah bin ghunm dari rasulullah bahwasanya beliau meratakan antara keempat rakaat shalat; dalam bacaan dan berdiri. Pada rakaat pertama beliau jadikan paling panjang, agar orng – orang dapat menyusul. Beliau menjadikan barisan laki- laki dewasa didepan barisan anak- anak

C. Mengikat anak dengan masjid

Pendangan mengikat anak dengan masjid adalah pandangan yang benar dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Ini untuk menolongnya agar terhindar dari beberapa kerusakan.

D. Melatih anak berpuasa

Ibadah puasa adalah ibadah jasmani dan rohani. Dari ibadah ini seseorang anak belajar keikhlasan hakiki kepada allah SWT dan selalu merasa diawasi olehnya, dengan ibadah ini si anak dapat menekan keinginan atas makanan dan minuman walaupun lapar dan haus. Selain iyu juga dapat melatih kesabaran.

E. Menghibur anak ketika berpuasa

Rasulullah mengirimkan pengumuman kepa da penduduk desa anshar “ barang siapa yang hari ini berpuasa hendaknya meneruskan puasanya. Dan barang siapa yang hari ini tidakk berpuasa maka hendaknya berpuasa untuk sisa hari ini. Setelah itu penduduk berpuasa dan memerintah kan anak kecil untuk berpuasa. Lalu pergi ke masjid. Disana mereka membuatkan mainan untuk anak – anak kecilnya dari kain wol. Apabila ada salah seorang dari mereka yang menangis karena lapar kami berikan mainan itu kepadanaya. Ini berlangsung sampai waktu berbuka.

1. Mengumpulkan anak – anak dan berdoa bersama saat berbuka Diriwayatkan oleh abu daud berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda “ orang yang

berpuasa memiliki doa yang pasti dikabulkan ketika berbuka.” Abdullah bin Umar apabila berbuka puasa selalu memanggil anak da istrinya untuk berdoa.

F. Mengajarkan Haji

Manakala haji mmenyerupai shalat dan puasa, maka si anak dibiasakan untuk melaksanakan ibadah ini, agar dia memiliki ikatan dengan Allah SWT , terbiasa bermunajat kepada Nya. Melaksanakan segala perintahnya dan sebagai persiapan untuk beban kweajiban yang sudah menunggunya ketika nanti dia telah mencapai usia balikh. Sehingga, ia tidak susah, tidak merasa kesulilitan, dan mudah mengerjakannya.

G. Melatih anak membayar zakat.

bahwasanya ada seorang wanita datang kepada rasululllah SAW bersama putrinya. Di tanngan putrinya terdapat du buah gelang emas. Beliau bertanya “ apakah engkau sudah menunaikan zakatnya?” dia menjawab “ belum” beliaulah bersabda “ apakah engkau suka apabila Allah menggelangimu dengan dua

gelang dari api neraka? Dia langgsung melepaskan kedua gelang itu dan memberikannya kepada nabi Muhammad dan berkata “ kedua gelang itu untuk allah dan rasul-Nya.Tentang zakat fitrah Kita perhatikan

bahwa ibadah ini adalah kewajiban , bukan sunnah. Dari sini dapat kita ambil bahwa islam sangat menganjurkan agar harta selalu dalam keadaan bersih dan sudah di zakati.

BAB 11.

Membentuk Jiwa Sosial Masyarakat Anak

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan Anas Radiallahuanhu : “ Dia berjalan melewati sekelompok anak-anak. Dia mengucapkan salam kepada mereka dan berkata. Nabi Saw juga pernah melakukannya. “Membentuk jiwa social kemasyarakatan anak adalah interkasi anak dengan masyarakat sekitarnya, baik

dengan orang dewasa maupun dengan anak-anak sebaya, agar dia dapat persikap aktif positif, dan sungkan yang tercela. Sehingga dia dapat member dan menerima dengan sopan santun, menjual dan membeli serta berkumpul dan berteman. Dari penelitian terhadap hadis-hadis Nabi, kami temukan ada beberapa hal yang menjadi perhatian rasullulah s.a.w dalam membangun social kemasyarkatan anak.

A. Mengajak Anak Dalam Majlis Orang Dewasa

Dalam riwayat yang lain disebutkan “ Aku paling muda diantara mereka yang hadir. Oleh karena itu aku diam”Nabi Muhammad S.a..w juga berteman dan berkumpul bersama anak-anak. Anas radiallahuanhu berkata :Rasulullah S.aw berkenan berkumpul bersama kami, sampai beliau bertanya kepada saudara kecil

kami,” Wahai Abu Umar, bagaimana kabar burung pipitmu ?” seekor burung yang menjadi mainannya. Tikar digelar lalu beliau menshalatinya dan membariskan kami dibelakang beliau.

Diriwayatkan oleh ahmad ( 3/119 ) Mengajak anak untuk ikut serta dalam majlis-majlis orang dewasa dapat menampakan kekurangan dan kebutuhan pendidikannya. Sehingga si pengajar dapat dengan mudah mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih sempurna dan mendorongnnya untuk dapat menjawab apabila ada pertanyaan, lalu diapun bisa berbicara dengan sopan setelah diberi izin, dengan demikian akalnya dapat tumbuh, jiwa tertata, lidah tidak kelu. Dan ia dapat mengetahui pola piker dan pembicaraan orang-orang dewasa sedikit demi sedikit. Semua ini sebagai persiapan untuk masuk kedunia masyarakat. Demikian dilakukan tahap demi tahap dengan latihan dari kedua orang tuanya, berlaku juga untuk anak perempuan.Diriwayatkan oleh al Hakim dalam mustadraqnya ( 3/ 540 ), bahwa kaum muhajirin berkata Diriwayatkan oleh ahmad ( 3/119 ) Mengajak anak untuk ikut serta dalam majlis-majlis orang dewasa dapat menampakan kekurangan dan kebutuhan pendidikannya. Sehingga si pengajar dapat dengan mudah mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih sempurna dan mendorongnnya untuk dapat menjawab apabila ada pertanyaan, lalu diapun bisa berbicara dengan sopan setelah diberi izin, dengan demikian akalnya dapat tumbuh, jiwa tertata, lidah tidak kelu. Dan ia dapat mengetahui pola piker dan pembicaraan orang-orang dewasa sedikit demi sedikit. Semua ini sebagai persiapan untuk masuk kedunia masyarakat. Demikian dilakukan tahap demi tahap dengan latihan dari kedua orang tuanya, berlaku juga untuk anak perempuan.Diriwayatkan oleh al Hakim dalam mustadraqnya ( 3/ 540 ), bahwa kaum muhajirin berkata

Nabi S.a.w menceritakan keikutsertaan beliau sewaktu kecil dalam majlis orang dewasa dan pertemuan mereka. Beliau bersabda :“Diwaktu kecil aku ikut seta bersama paman-pamanku dalam suatu sumpah. Aku

tidak ingin melanggarnya walaupun dib eri hadiah berupa unta merah“Diriwayatkan oleh Ahmad (1/90)Rasulullah s.a.w juga mengingatkan tentang adab mejlis kepada orang-orang dewasa ketika mejlis tersebut dihadiri oleh anak-anak. Diriwayatkan oleh ath- Thabrani dari Sahl bin Sa’ad :“ Rasulullah S.a.w brsabda “Tidak boleh duduk diantara seseorang dengan anaknya di dalam mejlis”Bentuk lain dari interaksi anak-anak dengan orang dewasa adalah orang-orang dewasa duduk bersama mereka, bercakap-cakap menasehati, mengarahkan, dan menyampaikan pengarahan dari pemerintah setempat kepada mereka.

Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam muhnnafnya (11/84) bahwa ibnu sirin berkata : seseorang dating dan duduk bersama kami yang saat itu kami masih kecil. Dia katakana, “ Umar bin khatab mengirimkan

surat kepada kami pada waktu demikian dan demikian memerintahkan kami : pakailah sarung, pakaian dan sandal jepit, hiduplah dengan hemat, tinggalkan bermewah-mewahan dan jangan pakai pakaian orang

asing”Demikianlah kaum salafusalaeh duduk bersama anak-anak pengarahan umar yang sangat bermanfaat agar mereka memiliki kepribadian yang mandiri pada masa depan mereka.

B. Mengutus Anak Untuk Melasanakan Keperluan

Dengan aktivitas ini seorang anak dapat memperoleh pengetahuan yang belum dimilikinya. Diapun merasakan kegembiraan bertambah pengetahuannya, bertambah percaya diri dalam menghadapi masalah, dan optimis terhadap masa depannya.Diantara pelayanan yang dapat dengan mudah dilatihkan kepada anak-anak untuk mengerjakannya adalah menyiapkan meja makan. Ini agar ia ikut serta dalam menyiapkan makanan dan mengenali tempat-tempat serta nama-namanya.Ini adalah pendidikan praktis yang membuat anak tidak akan pernah melupakannya. Dia akan menceritakan pengalaman itu setelah dewasa. Kepribadian sosialnya akan terbentu dengan sikap optimis terhadap kehidupan dan kemanusiaan. Tidak akan merasa malu dan sungkan. Pengalaman bersaa orangtuanya menjadikan percaya diri.

C. Membiasakan Anak Mengucapkan Salam

Ada sebuah metode yang dipakai oleh Rasullulah s.a.w dan para sahabat dalam menanamkan sunahnya mengucapkan salam. Yaitu orang dewasa memulai mengucapkan salam kepada anak-anak sampai mereka terbiasa. Sehingga ketika sudah terbiasa maka merekalah yang akan memulai mengucapkan salam . Hadis yang diriwayatkan oleh An-naasi dari jalur jafar bin sulaiman, dari Tsabit dengan konteks lafal yang

berbunyi “ Rasullulah s.a.w mengunjungi kaum anshar. Beliau member salam kepada anak-anak mereka, mengusap kepala dan mendoakan mereka.

Ibnu bathal mengatakan, “mengucapkan salam kepada anak-anak adalah melatih unutk menjalankan adab-adab syaria, menempatkan orang dewasa kepada kedudukan yang pantas, berprilaku rendah hati dan

ramah” ada pengecualian dalam mengucapkan salam kepada anak-anak , apabila bersifat angkuh, sehingga ucapan salam akan menjadikannya besar kepala sehingga tidak di syariatkan.

D. Menjenguk Anak Sakit

Diantara penunjang pembentukan ikatan kemasyarakatan untuk anak adalah menjenguk mereka apabila sedang sakit. Ketika si anak pada saat itu pada tingkatan fitrah dan murni melihat bahwa orang dewasa mengunjunginya, maka dia akan terbiasa dengan kebiasaan terpuji ini.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas radiallahuanhu : Seorang anak yahudi yang menjadi pelayan Nabi s.a.w sakit. Nabi s.a.w menjenguknya beliau duduk di dekat kepalanya dan bersabda kepadanya,” masuk

islamlah engkau” , dia melihat kearah bapaknya yang saat itu juga berada disana, si bapak berkata “ Turutilah Abu Qasyim “ maka diapunmasuk islam . Nabi s.a.w pergi sambil berdoa . “ segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka “

E. Mencari Teman Baik

Diantara hubungan interaksi antar manusia adalah beteman. Sehingga dengan berkumpul bersama manusia lainnya, mengenal mereka, membentuk ikantan dan ,membentuk hibungan dengan mereka dan hidup bersama mereka dengan cinta dan persaudaraan.Apabila orang tua sanggup meilihkan teman yang baik bagi anak mereka, berarti orang tua berhasil membuka pintu pendidikan yang layak bagi pertumbuhan si anak. Namun kita pasti tahu pasti si anak ingin memilih teman, dan sebaiknya orang tua ikut membantu dalam memilih teman yang baik.

F. Membiasakan Anak Berdagang

Perhatian Rasullulah s.a.w dalam membentuk anak dari segi social dan financial terlihat jelas, agar si anak dapat berinteraksi dengan kenyataan baru dan masyarakat baru tempatnya hidup. Aktivitas jual beli – beli memberikan kemampuan social yang kuat. Dia dapat mempelajari keseriusan hidup ini sedikit demi sedikit, tidak suka bermain-main, biasa member dan menerima serta memahami kehidupan ini dengn pemahaman yang baik dan jauh dari berlebih-lebihan yang dapat mematika kreativitas anak.

G. Mengajak Anak Menghadiri Perayaan yang Disyariatkan

Ini merupakan tempat berkumpul lain dimana anak-anak dapat berkenalan dengan anak lainnya, yang mungkin disuatu hari ninti akan menjadi teman sejatinya, disana mereka menyaksikan orang-orang dewasa dan anak-anak kecil mendengarkan cerita menggugah, sehingga perasaan mereka tersentuh dan rasa kebersamaan mereka timbul.

H. Mengajak Anak Menginap di Kerabatnya yang Shaleh

Perginya anak untuk menginap di salah satu rumah kerabatnya, ini menjadi lahan baginya untuk melihat keluarga lain, sehingga dapat berlatih berinteraksi dengan karib-kerabatnya. Dia bisa belajar pengetahuan, pemahaman, ibadah dan kesalehan, juga berlatih untuk menyambung tali silaturahmi dan menambah taburan benih cinta denan kerabat-kerabatnya, juga dapat memperkuat ikatan socialnya.

1. Contoh Interaksi Rasul dengan Anak-anak Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan abu daud dari anas radialahuanhu :Nabi Muhamad

s.a.w adalah orang yang paling baik akhlaknya . aku mempunyai saudara bernama Abu Umar ( namanya Futhain ) Apabila beliau dating beliau selalu bertanya “ Wahai Abu Umar , bagaimana kabar burung pipitmu?” dia memiliki seekor burung pipit mainannya, suatu kali slat tiba dan belau berada di rumah kami,

beliu menyuruh menyapu tikar dibawah kaki beliau kemudian disiram air, setelah itu beliau berdiri dan kami berdiri dibelakang beliau. Beliau shalat mengimami kami.

Beberapa poin penting lainnya :

a. Berlemah lembut kepada kawan, baik sudah dewasa maupun masih kecil dan menanyakan keadaannya.

b. Disyariatkan bersalaman, berdasarkan pernyataan Anas dalam hadis berikut ini : “Belum pernah aku menyentuh telapak tangan yang lebih halus dari telapak tangan Rasullulah s.a.w.” ini di khususkan bagi

anak laki-laki saja.

c. Boleh bercanda dan mengulang bercanda. Boleh disini adalah sunah , bukan keringanan. Bercanda dengan anak yang belum berakal dan mengulang ‘kunjungan kepada anak yang diajak bercanda

diperbolehkan.

d. Dalam hadis ini dijelaskan tentang meninggalkan kesombongan dan tinggi diri. Kondisi orang dewasa harus dibedakan antara di jalan yang harus bersikap tenang dan berwibawa, denga dirumah yang boleh bercanda.