PANDUAN KULIAH BK PRA SEKOLAH

PERSEMBAHAN

Buku ini saya persembahkan untuk sahabat –sahabat yang baik dan budiman yang terus memotivasi dan mendukung kami untuk meraih cita –cita dan impian dan visi misi kami ke depan

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua kami , Sahabat kami dan pembaca yang berbudiman serta semua tim atas kerja sama yang konstruktif , serta kerendahan hati , pengetahuan luas , serta dukungan tidak ada akhir yang ia berikan dalam proses penyusunan buku ini.

Di buat direvisi dan dicetak untuk kalangan sendiri Oleh : BERCAHAYA

25 NOVEMBER 2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Modul ini untuk bahan belajar

UAS.BK Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Modul ini Sebagai salah satu Acuan belajar Bagi Pribadi untuk mendukung Visi Misi Progam Pribadi

Yaitu Visi : Membentuk Kepribadian Individu Yang Berpilar 5 B (Beriman , BerakhlakMulia , Berprinsip , Berprestasi Dan Berwawasan Luas) Misi : Mengaktualisasikan Diri Dalam Mengembangkan Bakat Minat Serta Kemampuan Yang Dimiliki Baik Segi Religius, Akademik , Iptek Serta Interaksi Sosial Guna Mencapai Profesionalisme Untuk Bekal Menghadapi Tantangan Kehidupan Di Era Globalisasi

Penulisan modul ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan modul ini. Oleh karena itu, penulis membuka diri dengan adanya kritik dan saran demi sempurnanya tulisan ini. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 25 November 2014

Juli Wantoro

BAB 1 PERASAAN

A. Depresi dan Mania Kita semua memiliki perasaan dan suasana hati.terkadang kitaterasa bahagia, dan dilain hari kita dilanda kesedihan. Terkadang kita mudah tersinggung, marah dan cemas, sementara dilain waktu kita merasa berbunga-bunga. Anak-anak juga memiliki perasaan hati yang sama dengan yang dialamai para orang dewasa, dan pada anak-anak kita bisa melihat perubahan suasana hati yang jauh lebih sering, sampai-sampai terkadang bisa sampai beberapakali dalam sehari. Perhatikan saja bagaimana tangisan frustasi dari seorang anak yang dengan mudah akan berubah menjadi tawa bahagia tepat ketika ia mendapatkan mainan kesukaanya.

Salah satu suasana hati yang paling umum dimiliki anak-anak adalah kesedihan. Seorang anak bisa merasakan suasana hati ini sebagai hasil dari sejumlah besar situasi, semisal kekecewaan, hilangnya salah satu anggota keluarga atau binatang peliharaan, frustasi yang lahir dari lingkungan sosial, dan lain-lain.Depresi biasanya menunjukan perasaan yang jauh lebih mendalam ketimbang kesedihan biasa. Seringkali sebuah depresi disertai dengan kemarahan dan perasaan yang mudah tersinggung. Selain itu, pola tidur sang anak yang mengalami depresi jugasering kali akan ikut terganggu, nafsu makanya menghilang, dan iya bisa jadi akan mengalami penurunan berat badan. Anak-anak yang mengidap depresi juga sering mengalami masalah di sekolah karena mereka selalu gelisah dan tidak mampu memfokuskan perhatian dengan baik. Dan yang paling penting, anak-anak yang terkena depresi seringkali mengalami kombinasi perasaan tak nyaman, penuh rasa bersalah, kurang percaya diri, dan bahkan perasaan tak berharga.

Tanda tanda yang muncul dalam anak yang mengidap depresi nisa terlihan dari bahasa tubuhnya : Wajah yang sedih, Tatapan yang kuyu, Bahu yang jatuh, Kepala yang tertunduk, Kegelisahan yang berbaur dengan sikap ragu-ragu, Serta penampilan yang lesu secara umum . Depresi terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari level yang rendah hingga level tertinggi. Terkadang depresi berbaur dengan sikap lekas marah yang kerap muncul, an kadang akan terlihat seperti keputus asaan yang datar. Sebagian besar depresi di sebabkan oleh stress yang ada di lingkungan.

Selama ini mania dianggap tidak ada pada anak-anak. Ia selalu di kenal sebagai gejala yang hanya ada pada orang dewasa. Pada orang dewasa mania hadir sebagai sebuah suasana hati atau perasan yang dicirikan dengan kegirangan, eforia, luapan semangat, dan bahkan ekstasi yang berlebih- lebihan, yang disertai dengan sikap pamer dan keangkuhan pikiran-pikiran yang saling berganti dengan mudah, pembicaraan yang cepat, perhatian yang mudah hilang, prilaku yang hiperaktif, dan Selama ini mania dianggap tidak ada pada anak-anak. Ia selalu di kenal sebagai gejala yang hanya ada pada orang dewasa. Pada orang dewasa mania hadir sebagai sebuah suasana hati atau perasan yang dicirikan dengan kegirangan, eforia, luapan semangat, dan bahkan ekstasi yang berlebih- lebihan, yang disertai dengan sikap pamer dan keangkuhan pikiran-pikiran yang saling berganti dengan mudah, pembicaraan yang cepat, perhatian yang mudah hilang, prilaku yang hiperaktif, dan

B. Stress Stress yaitu tekanan internal atau eksternal yang kita anggap sebagai paksaan atau ancaman.Telah menjadi topik hangat karna tak seorangpun yang dapat menghindarinya.Sesungguhnya tidak semua stress buruk dan abnormal; stress dalamjumlah tertentu terkadang justru diperlukan untuk menjalankan beberapa fungsi-fungsi tertentu dari diri kita. Kita akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan sesuatu jika tidak disertai dengan stress. Memenuhi tenggat waktu di tempatkerja, menangani tanggung jawab dasar dalam keluarga, sebuah perencanaan jangka panjang dalam meraih tujuan yang lebih besar, adalah beberapa hal yang sepenuhnya begantung pada sikap dan respon positif kita terhadap tress yang normal, produktif, dan terkendali.

Pada kenyataanya pertumbuhan anak-anak bisa jadi dianggap sebagai keberhasilan dari adaptasi terurut terhadapbeberapa tingkatan stress yag baru dan perlu terjadi, miaslnya belajar berjalan makan, bicara, meggunakan kamar kecil, melaksanakan interaksi sosial, mengendarai sepeda, mengeja, penambahan dan pengurangan, penundaan kegembiraan. Semua hal ini melibatkan kemampuan untuk menangani frustasi yang niscaya (stress) dalam usia mereka untuk mendewasakan diri.

Kendati demikian, secara menyeluruh gambaran stress pada anak-anak sama menghawatirkanya dengan yang ada pada orang dewasa. Selain harus menghadapi stress normal dalam adaptasi pertumbuhanya, sebagian besaranak-anak juga harus berhadapan dengan beberapa trauma lain, semisal pindah rumah dari sebuah lingkungan ke lingkungan baru, perceraian orang tua, pindah sekolah, atau bahkan penyakit fisik.

C. Kemarahan Marah adalah perasaan yang sama normalnya dengan bahagia, cinta, lapar, bersalah, malu, cemburu, puas, gelisah, riang serta berbagai emosi normal yang lain yang dirasakan anak- anak.Mendefinisikan kemarahan sebagai sebuah keadaan tidak nyaman yang akut sebagai respon terhadap sebuah ketidak-berdayaan.Ada dua tipe kemarahan yaitu:

a. Kemarahan masa pertumbuhan, yaitu kemarahan yang dirasakan seorang anak ketika ia berpindah menuju sebuah fase adaptif baru dan perlu dalam menjalani pertumbuhannya (semisal latihan buang air di kamar kecil, dan merupakan bagian dari usaha penguasaan sang anak terhadap fase tersebut.

b. Kemarahan antar-personal adalah munculnya interaksi normal harian seorang anak yan menimbulkan frustasi sesaat, tipe kemarahan yang muncul akibat larangan adalah pengalaman seorang anak terhadap tindakan orang lain yang tidak sesuai dengan prilaku yang ia inginkan, dan b. Kemarahan antar-personal adalah munculnya interaksi normal harian seorang anak yan menimbulkan frustasi sesaat, tipe kemarahan yang muncul akibat larangan adalah pengalaman seorang anak terhadap tindakan orang lain yang tidak sesuai dengan prilaku yang ia inginkan, dan

Respon kemarahan pada anak-anak bervariasi sesuai usia dan dengan pengalaman mereka dimasa bayi, kemarahan dideskripsikandalam bentuk jeritan, tangisan, dan terkadang penolakan atau ketidak-mampuan untuk makan dengan baik. Anak-anak yang baru mampu berjalan ini seringkali menunjukan sikap keras-kepala dan mulai belajar untuk menggunakan kekuatan kemarahan melui kata “tidak!”.

Anak usia pra-sekolah, berkisar antara dua sampai lima tahun, memiliki kemampuan fisik yang lebih besar dan kemampuan verbal yang meningkat akan lebih besar tingkat untuk menunjukan kemarahannya. Anak usia pra-sekolah mampu menendang dan memukul serta mencakar dan melompat-lompat.Kesalahan dalam menangani kemarahan seorang anak akan selalu mengarah pada “metamorfosa kemarahan” karena mereka dicegah untuk menunjukan kemarahan mereka secara

langsung, anak-anak cenderung akan menahan kemarahan tersebut, dan hal ini akan menyebabkan emosi yang tidak sehat.

Yang perlu anda lakukan dalam menangani kemarahan seorang anak yaitu:

a. Temani anak dan tenangkan dia dalam cara apapun untuk menghindari dari kerugian untuk anak anda atau orang lain, jangan buat anak anda merasa bersalah atas kemarahannya. dan jangan menjauh dari anak anda.

b. Anda harus melatih kepekaan anda terhadap kemarahan pada masa pertumbuhan yang normal pada anak anda (misalnya gangguan usus pada bayi, popok yang terlalu ketat, tempat tidur bayi yang miring, atau frustasi akibat belajar berjalan).

c. Cobalah untuk tidaak mengkritik anak anda pada saat anda berusaha mencari tahu apa yang telah mengganggunya.

d. Anda bisa memberikan solusi bagi masalah yang anak hadapi.

D. Kecemasan Kecemasaan lahir dari gejala umum yaitu : rasa khawatir, sebagian anak-anak memiliki rasa khawatir yang kecil dibandingkan dengan anak-anak lain, akan tetapi satu hal yang pasti, semua anak yang sepenuhnya mampu melepaskan diri dari pengaruh rasa khawatir tersebut.Kecemasaan akan menimbulkan kegugupan sedari awal. Hal ini menunjukan bahwa sang anak telah menapak pada sebuah tahap baru yang penting dalam perkembangannya, kecemasaan hampir selalu merupakan akibat dari kepribadian yang buruk seorang anak yang lahir dari pembandingan yang berlebih-lebihan dengan teman-teman sebayanya. Dan dicirikan dengan gugup kronis, fobia yang hebat serta ketakutan yang D. Kecemasan Kecemasaan lahir dari gejala umum yaitu : rasa khawatir, sebagian anak-anak memiliki rasa khawatir yang kecil dibandingkan dengan anak-anak lain, akan tetapi satu hal yang pasti, semua anak yang sepenuhnya mampu melepaskan diri dari pengaruh rasa khawatir tersebut.Kecemasaan akan menimbulkan kegugupan sedari awal. Hal ini menunjukan bahwa sang anak telah menapak pada sebuah tahap baru yang penting dalam perkembangannya, kecemasaan hampir selalu merupakan akibat dari kepribadian yang buruk seorang anak yang lahir dari pembandingan yang berlebih-lebihan dengan teman-teman sebayanya. Dan dicirikan dengan gugup kronis, fobia yang hebat serta ketakutan yang

Seiring proses pendewasaan diri yang mereka jalani, mereka akan memahami bahwa mereka sama sekali tidak perlu bersikap terlalu keras kepada diri mereka sendiri maupun kepada orang lain.Yang perlu anda lalukan untuk menangani rasa kecemasaan pada anak adalah :

a. Menetapkan batasan-batasan yang rasional dan masuk akal bagi perilaku sang anak untuk membuat sang anak mengerti bahwa kecemasaanya tidak akan pernah bisa mendikte anggota-anggota keluarga yang lain.

b. Seluruh anggota keluarga harus mengikuti perawatan bersama-sama dengan tujuan untuk menyadari bentuk-bentuk interaksi yang sudah mereka lakukan secara tidak sadar.

E. Ketakutan dan Fobia Hampir setiap anak di seluruh dunia akan merasa tersandung dalam mempelajari sebuah kemampuan

baru, takut adalah sebuah reaksi yang sangat normal dan wajar. Dengan simpati dan dorongan serta bujukan yang penuh kasih saying, para orang tua secara umum akan mampu membantu anak-anak yang memiliki ketakutan sedemikian dalam mengatasi perasaanya tersebut. Usaha tersebut pada akhirnya akan membuat anak bahwa ketakutan adalah sebuah hal yang biasa ia hadapi dan ia atasi.Fobia sangat berbeda dengan ketakutan dan kecemasaan harian, fobia selalu melambangkan dilema yang lebih dalam yang secara bawah sadar sedang berkutat dalam pikiran sang anak, dan pada akhirnya, meneumbuhkan pemahan dan perawatan yang berbeda pula.Yang anda perlu lakukan untuk mengatasi ketakutan pada anak adalah :

a. Anda harus menyikapi ketakutan pada anak anda dengan serius, meskipun secara rasional anda menyadari bahwa sesungguhnya sama sekali tidak ada hal yang perlu ia takutkan.

b. Jangan panic, ketakutan bisa meular, jika anda menyikapi ketakutan anak anda dengan ketakutan anda sendiri, maka anda hanya memperpanjang masalah.

c. Jangan terpancing untuk marah dengan pada ketakutan anak anda. Sikap tersebut akan menambah rasa takut pada anak.

Yang anda perlu dilakukan untuk mengatasi fobia pada anak adalah :

a. Membantu anak untuk sedikit lebih berani pada kehidupannya, belajar untuk tidak mengabaikan dan menghukum mereka jika mereka memiliki kemarahan atau rasa bersalah dan meluangkan lebih banyak kasih-sayang yang lebih tulus pada mereka.

b. Secara perlahan diajak untuk menghadapi ketakutan sejati yang ada dibalik fobianya, selanjutnya mengembangkan cara-cara untuk mengatasinya.

c. Seluruh anggota keluarga benar-benar jujur menyangkut kontribusi mereka terhadap ketakutan sejati pada diri si anak dan merubah pola interaksi mereka terhadap anak pengidap fobia.

F. Kecemasan Berpisah Kecemasan berpisah sangat mungkin akan mewujud dalam bentuk yang ringan, misalnya, antisipasi yang gugup ketika orang tua harus pergi di malam hari, atau ketakutan harus tidur sendiri. Kecemasan berpisah secara umum terjadi, dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda, pada semua anak-anak dibawah usia lima atau enam tahun. Sebagian anak-anak memiliki kebutuhan yang lebih besar ketimbang sebagian orang anak-anak lain, memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengambil resiko disbanding sebagian anak-anak lain, dan seterusnya.Dalam sebagian besar kasus anak-anak akan mampu mengendalikan krisis ini dan belajar untuk menjalani perpisahan dan beranjak pada tahap pertumbuhannya tanpa masalah-masalah yang berkepanjangan. Yang anda perlu lakukan untuk mengatasi kecemasaan berpisah pada anak adalah :

a. Kecemasan berpisah pada anak sangat normal akan hadir hampir disetiap tahap pertumbuhan dan akan menghilang dan muncul kembali pada saat masa kemandirian.

b. Bersabar dan hadirlah selalu untuk anak anda.

c. Anda sebaiknya tidak membebankan kemandirian yang terlalu besar kepada anak anda, ada harus peka pada kebutuhan anak dan memberikan respon yang sesuai.

G. Kesedihan Kesedihan timbul akibat adanya perasaan kehilangan dengan orang terkasih yang sudah dahulu meninggal, beberapa reaksi yang timbul dari anak-anak terhadap kematian melibatkan gejala fisik semisal masalah-masalah tidur (insomnia, mimpi buruk, dan sebagainya), pusing-pusing, gangguan usus dan hilangnya nafsu makan. Sbuah periode berduka-cita adalah sebuah hal yang normal dan sehat, serta tidak memerlukan, campur-tangan sebagaimana yang dibutuhkan oelh penderita depresi kronis.Wajar dan normal saja jika seorang anak bereg beraksi terhadap kematian dengan kemarahan yang hebat, beragam masalah kosentrasi di sekolah, atau penarikan diri dari aktivitas sosial, sebagian besar anak- anak akan merasa bersalah atas peristiwa yang terjadi, dan dengan sengaja sangat mungkin akan

memancing kemarahan orang lain agar mereka bisa “menerima hukuman” atas rasa bersalah yang secara diam-diam mereka rasakan tersebut.

Yang anda perlukan utntuk mengatasi kesedihan pada anak adalah :

a. Orang tua harus membicarakannya dalam bentuk yang sederhana dan sehangat mungkin.

b. Semua teman dan anggota keluarga harus menunjukan sikap simpatik kepada anak, dan sama sekali tidak boleh memberikan reaksi sang anak baik reaksi itu berupa hal yang terkesan irrasional, penuh dengan kemarahan atau semcam halusinasi.

H. Gangguan obsesif-kompulsif Ada sebagian anak yang sulit untuk bisa yakin hingga pada tingkatan tertentu, sampai-sampai ia harus mengikuti ritual atau prilaku yang berulang, hanya untuk memastikan pelindungan terhadap keamanan diri mereka dan keamanan orang-orang terdekatnya.anda mungkin pernah bertemu dengan anak usia pra-sekolah yang harus menjajarkan boneka binatangnya berdasarkan pada ukuran, warna, dan tingkat kelucuan, dan tidak akan beranjak tidur sebelum ritual penataan boneka tersebut benar- benar sudah selesai dengan hasil yang memuaskan.Signifikasi ini sesungguhnya hanya bersandar pada sebuah alas an sederhana :ritual tersebut membuat sang anak merasa memiliki semacam kekuasaan dan kendali terhadap lingkunganya yang membingungkan. Anak-anak memang hanya memiliki kekuasaanyang sangat kecilterhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.. sehingga usaha yang mereka lakukan dengan membentuk dan mengikuti ritual tertentu, akan membuat mereka merasa bahwa mereka bukanlah semata-mata korban dari keputusan orang dewasa atau keadaan lingkungan yang sulit dimengerti.

Untungnya, anak-anak akan cenderung menghilangkanritual-ritual atauprilaku kompulsif tersebut seiring dengan pertumbuhan dan kemampuan mereka dalam mengembangkan cara-cara dewasa dalam menyatakan diri danmemanfaatkan kekuatan sejati yang ia miliki.Secara umum, pada usia awal sekolah dasar, kebiasaan-kebiasaan tersebut hampir sepenuhnya akan menghilang. Namun demikian, ketika perkembangan anak membentur sebuah masalah, tidak menutup kemungkinan kebiasaan tersebut akan muncul.Bagi anak-anak yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, pikiran-pikiran dan prilaku ritualistic tersebut bisa menjadi sebuah obsesi dan kompulsif.Prilaku obsesif-kompulsif hampir selalu terkesan jauh lebih rumit ketimbang kemunculanya.

I. Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan

Sangibu kembali memeriksa suhu badan Billy dan suhu badanya ternyata benar-benar normal. Kepalanya t idak panas. Ia terlihat baik-baik saja apa yang sedang dilakukan Billy pada saat ini? Seberapa seriyus sang ibu harus menyikapi keluhanya? Haruskah ia memanggil dokter untuk memeriksa Billy? Atau jangan-jangan keluhanya yang terahir, dimana dokter mengatakan baik-baik saja apakah ini hanya sala satu bentuk sikap Billy terhadap keadaan tertentu di sekolahnya? Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan(hypochondriasi) sebenarnya bukanlah suatu yang secara umum dikaitkan dengan anak-anak, kecuali dalam kasus dimana seorang anak yang menolak Sangibu kembali memeriksa suhu badan Billy dan suhu badanya ternyata benar-benar normal. Kepalanya t idak panas. Ia terlihat baik-baik saja apa yang sedang dilakukan Billy pada saat ini? Seberapa seriyus sang ibu harus menyikapi keluhanya? Haruskah ia memanggil dokter untuk memeriksa Billy? Atau jangan-jangan keluhanya yang terahir, dimana dokter mengatakan baik-baik saja apakah ini hanya sala satu bentuk sikap Billy terhadap keadaan tertentu di sekolahnya? Kecemasan yang berlebihan terhadap kesehatan(hypochondriasi) sebenarnya bukanlah suatu yang secara umum dikaitkan dengan anak-anak, kecuali dalam kasus dimana seorang anak yang menolak

BAB 2 PERILAKU

A. Tantrum Tantrum sering muncul pada anak – anak di usia awal, dimulai pada saat masih bayi dan cenderung meningkat pada saat sang anak menginjak usia dua atau tiga tahun. Sebagian besar anak-anak diusia tiga tahun memiliki tantrum cenderung akan mengurangu perilaku agresif dan destrukti ini seiring bertambahnya usia mereka. Tantrum adalah sebuat tanda bahwa seorang anak sedang dibanjiri oleh rasa ketidakberdayaan, yang pada akhirnya mencul dalam berbagai perilaku agresif dan destruktif, semisal mengamuk. Kenyataan ini menunjukan bahwa ada dua fakta penting yang harus selalu diingat oleh para orangtua menyangkut tantrum seorang anak. Dua fakta tersebut adalah :

a. Tantrum sama sekali bukanlah sebuah hal yang direncanakan sang anak, sebuah tantrum tidak boleh dianggap sebagai usaha yang secara sadar dan sengaja dilakukan oleh seorang anak untuk menggangu orangtuanya, dan

b. Ketika seorang anak sedang mengalami tantrum, maka ia benar-benar sedang berada di luar kemampuan pengendalian dirinya, Anda tidak akan pernah bisa merasionalisasikan seorang anak yang sedang terserang tantrum. Kendati demikian, terlepas dari apapun penyebab kemunculannya, tantrum membutuhkan respon cepat dari orangtua, berbeda dari langkah-langkah yang mereka ambil dalam mengatasi kemarahan biasa yang lebih ringan.

B. Anak Pemalu Belakang ini, ada beragam penelitian terhadap anak-anak pemalu yang berusaha memisahkan sikap- sikap mana saja yang bersifat genetik dan sikap-sikap mana saja yang merupakan hasil dari sebuah pengasuhan. Orangtua yang pernah seringkali mewariskan pesan kuat pada anak mereka bahwa setiap situasi baru harus dihindari dengan segala cara; peringatan adalah rambu, dan sebagai konsekuensinya, anak-anak akan cenderung menjadi gelisah setiap kali ia berhadapan dengan orang-orang yang tidak ia kenal, atau situasi-situasi yang baru pertama kali ia alami. Kita sepenuhnya telah mengetahui bahwa bisa saja terjadi silang-silang antara sikap pemalu dengan kekhawatiran serta fobia sosial.

Kita juga telah mengetahui bahwa keseganan yang semula muncul sebagai sebuah sifat yang wajar, bisa jadi akan memburuk ketika bertemu dengan beberapa pengaruh eksternal lain, dengan tingkat kekhawatiran, kecemasan, penarikan diri, serta berbagai sifat terkait lain, yang sangat mungkin akan bertahan seumur hidup. Pengaruh-pengaruh eksternal ini bisa berupa sebentuk trauma mulai dari kematian Kita juga telah mengetahui bahwa keseganan yang semula muncul sebagai sebuah sifat yang wajar, bisa jadi akan memburuk ketika bertemu dengan beberapa pengaruh eksternal lain, dengan tingkat kekhawatiran, kecemasan, penarikan diri, serta berbagai sifat terkait lain, yang sangat mungkin akan bertahan seumur hidup. Pengaruh-pengaruh eksternal ini bisa berupa sebentuk trauma mulai dari kematian

C. Fobia Sekolah Terkadang anak-anak ini akan mengalami kecemasan yang luar biasa hanya dengan memikirkan kemungkinan dari sebuah situasi, dan kecemasan ini dengan mudah bisa saja berubah menjadi sebuah kepanikan. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk fobia yang lain, ciri khusus dari anak-anak fobia sosial adalah penghindaran terhadap terhadap siapapun yang mereka anggap bisa menghakimi mereka sebagai anak yang cemas, lemah, tidak berkompeten, atau memiliki ketidakmampuan tertentu (semua hal negatif yang mereka anggap sudah ada pada diri mereka). Kecemasan yang lahir dari fobia sosial yang dirasakan anak-anak seringkali mewujud secara fisik dalam debar jantung yang cepat, gangguan perut, keringat, diare, dan pusing-pusing. Ketika sedang mengantisipasi sebuah pertemua sosial yang menakutkan, anak- anak sedemikian akan melewati setiap detik waktu dengan sebuah ketakutan, dan pada akhirnya akan meningkatkan kecemasan yang sebelumnya memang sudah berada pada tegangan tingkat tinggi. Pada akhirnya, mereka bisa saja membuat berbagai alasan untuk menghindari keadaan tersebut. mereka mungkin akan mengaku sedang sakit dengan memanifestasikan ketakutan karena secara somatik dalam gejala-gejala fisik ringan sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, namun terkadang juga bisa menyertakan gejala- gejala yang lebih berbahaya, semisal kesulitan bernafas.

Sebagian anak-anak pengidap fobia sosial juga sangat mungkin akan memperlihatkan kemarahan dan tantrum. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak yang terlalu menja pada orangtuanya dan selalu menjauh dari setiap orang yang tidak mereka kenal atau mereka percaya, biasanya semua orang selain orangtua. Anak-anak yang mengidap fobia sosial serigkali sudah menjadi anak yang segan dan takut sejak lahir yang menandakan bahwa fobia sosial merupakan sebuah kecenderungan yangbisa saja diwariskan. Fobia sosial secara umum tidak menghilang sebagaimana bentuk-bentuk fobia yang lain. Kendati demikian, dengan dorongan, pujian, dan bantuan yang cukup, seorang anak fobia sosial tidak serta merta harus mengalami kelumpuhan. Meskipun mereka cwnderung akan selalu terlihat pemalu dan sedikit menarik diri, anak-anak fobia sosial juga akan mampu untuk menyesuaikan diri dengan penuh kebahagiaan,

D. Teman Imajiner Anak-anak senang sekali dengan apa yang ada dalam benak mereka ketika sedang bermain, bermimpi, atau melamun. Imajinasi seorang anak sangat kuat dan kreatif untuk mampu menciptakan sebuah dunia petualangan dengan beragam kemungkinan teman imajiner, binatang peliharaan, dan berbagai makhluk imajiner lain yang mereka anggap sangat nyata. Bahkan sesungguhnya sepertiga hingga separuh anak-anak mamiliki teman imajiner, bahkan anak-anak tunanetra.Teman imajiner ini bisa berupa seorang teman

bermain yang ideal, seorang ibu peri, atau seekor kuda biru yang bisa berbicara. Orang tua tidak perlu khawatir ketika mereka mendapatkan tanda-tanda ajaib ini pada anak-anak mereka, karena hal ini seringkali merupakan tanda yang menunjukkan bahwa imajinasi sang anak berjaln dengan baik. Lebih sering lagi, hal ini merupakan bukti dari usaha sehat sang anak dalam mengatasi tekanan, harapan, konflik, impian, dan keinginan internal mereka. Ketimbang sebuah penyakit yang kronis atau berbahaya, teman- teman imajiner ini tidak jauh berbeda dengan boneka teddy bear, selimut kesukaan, atau mainan-mainan kesayangan yang lain (para psikolog menyebut semua hal tersebut sebagai obyek-obyek penenang pada masa transisi). Teman-teman imajiner ini juga membantu sang anak untuk menikmati perpisahan dengan dengan orang tua dan mengurangi kesendirian serta isolasi yang sedang mereka rasakan. Terkadang hal ini juga akan membuat anak-anak memiliki pengalaman pertama dalam mengendalikan seseorang atau sesuatu diluar dirinya biasanya dalam cara yang demikian menjengkelkan bagi orang dewasa. Layaknya seorang seniman anak-anak yang memiliki teman imajiner sedang menjalankan sebuah media kreatif yang luar biasa dalam mengenali dan mengatasi berbagai konflik dan perilaku yang mereka temui.

Secara umum, teman imajiner bersifat pribadi. Ketika mereka ditanya, sebagian besar anak-anak akan menyadari bahwa teman imajiner mereka itu tidak nyata, dan sebagian besar dari mereka akan melepaskan teman-teman imajinernya mereka pada usia enam ataudelapan tahun. Ada yang beranggapan bahwa teman imajiner hanya muncul pada anak kecil saja, kemungkinan besar hal ini disebabkan karena ia membuat anak-anak kecil tersebut merasa memiliki seorang teman. Anak-anak yang mengalami kekerasan atau pengabaian juga seringkali memiliki teman imajiner. Meskipun demIkian, dalam beberapa kasus tertentu ada teman-teman imajiner yang tak menghilang hingga sang anak menginjak usia sembilan atau sepuluh tahun, atau akan menakut- nakuti sang anak, atau bahkan “memaksa” sang anak untuk bersikap destruktif yang cenderung lebih sering terjadi pada anak-anak korban kekerasan dan pengabaian. Teman-teman imajiner seperti inilah yang bisa menjadi sumber masalah bagi sang anak dan meniscayakan perhatian dari seorang ahli.

E. Ritual Ritual adalah perilaku yang menurut sebagian besar anak harus mereka lakukan misalnya, mendengarkan dongeng sebelum tidur yang sama berulangkali, menjajarkan bantal atau boneka binatang dalam cara-cara tertentu, hanya bersedia makan makanan tertentu ketika sarapan atau makan siang. Ritual sangat umum dan sangat alamiah terjadi pada sebagian besar anak-anak, terutama yang masih sangat kecil. Ritual-ritual tersebut akan melengkapi mereka dengan serangkaian peristiwa terduga yang memungkinkan mereka memiliki sebentuk kekuasaan terhadap diri dan lingkungan disekitar mereka.

Rutinitas yang mereka jalankan secara secara ritualistik dan repetitif atau berulang-ulang, menawarkan setingkat ketenangan dan kenyamanan pada diri mereka meskipu, tak diragukan lagi, rutinitas tersebut bisa membuat orang tua menjadi pusing. Sadarilah bahwa ritual merupakan bagian umum dari Rutinitas yang mereka jalankan secara secara ritualistik dan repetitif atau berulang-ulang, menawarkan setingkat ketenangan dan kenyamanan pada diri mereka meskipu, tak diragukan lagi, rutinitas tersebut bisa membuat orang tua menjadi pusing. Sadarilah bahwa ritual merupakan bagian umum dari

a. Ritual tersebut menggaggu rutinitas harian anak misalnya, anak kesulitan berpakaian, berangkat sekolah, dan berinteraksi dengan orang lain.

b. Ritual tersebut berlangsung lebih lama dari dugaan sebelumnya misalnya,masalah masih akan berlangsung setiap hari pada aak setelah anak menginjak usia tujuh atau delapan tahun.

c. Anak menunjukkan tanda-tanda isolasi diri yang parah, penarikan diri dari kehidupan sosial, serta ketidak mampuan untuk berhubungan dengan orang lain dalam interaksi sosial.

d. Anak menunjukkan tanda-tanda gangguan obsesif-kompulsif semisal gagasan-gagasan yang mampu memprovokasi kecemasan atau perilaku ritualistik lain yang seolah-olah berhubungan dengan usaha anak dalam menghilangkan kecemasan.

e. Anak menunjukkan tanda-tanda kemunculan autisme, misalnya hubungan yang sangat buruk dengan orang lain.

F. Gangguan Tidur

Seseorang mengalami gangguan tidur entah itu insomnia, mimpi buruk atau fenomena “parasomnia” (tidur berjalan atau teror pada saat tidur) maka gangguan tersebut biasanya menandakan adanya sebuah kecemasan atau masalah fisik lain pada dirinya. Gangguan tidur telah terbukti menjadi salah satu masalah anak-anakyang bisa mengagguseluruh anggota keluarga.

Gangguan tidur paling umum terjadi pada anak-anak insomnia, yang digambarkan sebagai ketidak mampuanuntuk tidur atau tetap tidur sepanjang malam.Indomnia selalau dikaitkan dengan kesulitan yang dialami seorang anak dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

Meskipun jauh lebih jarang terjadi, parasomnia terbukti mengakibatkan kekhawatiran yang sangat, baik bagi anak maupun orang tua. Berbeda dengan mimpi buruk parasomnia lebih cenderung terjadi diawal tidur, umumnya di sepertiga pertama, dimasa transisi antara hatuh tidur menuju tidur REM. Teror dalam tidur (disebut juga teror malam) adalah nama yang sangat tepat sang anak akan terbangun tiba-tiba, terlihat sangat teragitas, serta beresiko untuk berlari kesana-kemari dan membahayakan diri. Berjalan sambil tidur biasanya terjadi dia wal tidur,dan anak-anak juga cenderung akan lupa bahwa mereka mengalaminya. Anak-anak yang berjalan sambil tidur, secara umum akan terlihat kosong dan tidak bereaksi terhadap siapapun yang berudsaha berkomunikasi dengannya. Solusi terbaik bagi orangtua adalah membimbing sang anak dengan lembut kembali ke tempat tidur, dan berusaha untuk tidak membangunkannya. Berbeda dengan insomnia dan mimpi buruk, teror malam dan berjalan sambil tidur secara umum bukanlah respon terhadap kecemasan melainkan lebih pada respon refleksi terkadang terhadap medikasi psikotropika, Meskipun jauh lebih jarang terjadi, parasomnia terbukti mengakibatkan kekhawatiran yang sangat, baik bagi anak maupun orang tua. Berbeda dengan mimpi buruk parasomnia lebih cenderung terjadi diawal tidur, umumnya di sepertiga pertama, dimasa transisi antara hatuh tidur menuju tidur REM. Teror dalam tidur (disebut juga teror malam) adalah nama yang sangat tepat sang anak akan terbangun tiba-tiba, terlihat sangat teragitas, serta beresiko untuk berlari kesana-kemari dan membahayakan diri. Berjalan sambil tidur biasanya terjadi dia wal tidur,dan anak-anak juga cenderung akan lupa bahwa mereka mengalaminya. Anak-anak yang berjalan sambil tidur, secara umum akan terlihat kosong dan tidak bereaksi terhadap siapapun yang berudsaha berkomunikasi dengannya. Solusi terbaik bagi orangtua adalah membimbing sang anak dengan lembut kembali ke tempat tidur, dan berusaha untuk tidak membangunkannya. Berbeda dengan insomnia dan mimpi buruk, teror malam dan berjalan sambil tidur secara umum bukanlah respon terhadap kecemasan melainkan lebih pada respon refleksi terkadang terhadap medikasi psikotropika,

G. Mencuri

Perilaku mencuri ketika dilakukan oleh anak-anak yang masih sangat kecil biasanya merupakan representasi dari sebuah usaha dalam memenuhi sebuah kebutuhan terhadap keterlibatan yang lebih banyak dalam keluarga, atau semata-mata kebutuhan untuk mendapatkan perhatian yang lebih besar, yang selama ini belum dipenuhi orang tua.Perilaku mencuri sedimikian biasanya bukanlah sebuah masalah yang serius, dan sebaliknya bisa menjadi sebuah tanda penting bagi para orang tua bahwa anak-anak mereka membutuhkan peran dan perhatian yang lebih banyak.Perilaku ini bisa menjadi sebuah kesempatan baik untuk membangun sebuah ikatan yang lebih erat dan lebih hangat dengan anak. Bahkan ketika beranjak pada masa kanak-kanak, perilaku ini biasanya akan menandakan bahwa sang anak membutuhkan dan memerlukan perhatian dan peran yang lebih besar dalam keluarga, barangkali sebagai akibat dari kesibukan orang tua dalam menangani masalah saudara-saudara yang lebih tua, masalah-masalah penyakit fisik, atau hal-hal lainnya. Sang anak merasakan sebuah ancaman terhadap perasaannya bahwa ia tidak lagi disayangi dan diperhatikan oleh orang tuanya. Inilah alasan mengapa gangguan perilaku mencuri ini cenderung terjadi pada saat stress sedang melanda sebuah keluarga, semisal perceraian atau perpisahan, orang tua yang di-PHK, atau keluarga yang baru saja pindah rumah. Periode gangguan perilaku ini biasanya akan berlalu dalam waktu yang cukup cepat seiring dengan kemampuan sang anak menyesuaikan diri terhadap situasi baru, atau ketika hubungan orang tua dan anak sudah terjalin kembali.

Mencuri akan menjadi masalah yang lebih serius dan menandakan masalah psikologi jangka panjang jika perilaku tersebut :

a. Berlangsung dalam kurun waktu yang lama

b. Berhubungan dengan fenomena lain, semisal sikap agresif terhadap orang lain (atau binatang peliharaan), pengrusakan benda-benda, serta pelanggaran-pelanggaran serius lainnya. Kesemuanya adalah gejala-gejala dari gangguan perilaku

c. Sulit dihilangkan

d. Berhubungan dengan sikap egosntris dan hubungan antar-personal yang buruk

e. Melibatkan pihak-pihak berwenang, seperti kepolisian, dan / guru

f. Sulit dipahami atau tidak bereaksi terhadap intervensi

g. Terkesan tak terkendali Mencuri yang berhubungan dengan beberapa ciri di atas menandakan sebuah masalah serius dalam

pertumbuhan seorang anak bersama dan di dalam keluarganya. Biasanya terdapat stress yang parah yang melanda sebuah keluarga, keteladanan yang kurang dari orang tua, dan bahkan dorongan tanpa sengaja untuk melakukan hal tersebut. Seorang anak yang terus-menerus melakukan pencurian juga cenderung pertumbuhan seorang anak bersama dan di dalam keluarganya. Biasanya terdapat stress yang parah yang melanda sebuah keluarga, keteladanan yang kurang dari orang tua, dan bahkan dorongan tanpa sengaja untuk melakukan hal tersebut. Seorang anak yang terus-menerus melakukan pencurian juga cenderung

H. Berbohong Cerita Biily yang baru berusia 5 tahuntentang burung yang berukuran sebesar pesawat terbang yang telah mengambil bola pantainya sepintas mengindikasikan ia sedang mengalami ganggguan psikologis. Pada kenyataannya tidak demikian. Anda mungkin bisa menyebut ceritanya sebagai sebuah kebohongan, akan tetapi sesungguhnya hanya melakukan apa yang dilakukan anak-anak seusianya. Mengedepankan imajinasi dan berusaha menciptakan sebuah kenyataan yang menarik bagi dirinya sendiri dan berharap imajinasi yang sama akan menarik bagi mamanya.

Sesunggguhnya billy sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi pada bola pantainya, ia hanya mungkin menduga-duga bahwa ia akan dihukum jika tidak memberi alasan yang meyakinkan tentang hilangnya bola pantai tersebut. Ia tidak sepenuhnya berbohong ia hanya separuh yakin bahwa seekor burung raksasa benar-benar datangdari angkasa dan mengambil mainannya tersebut

Hingga menginjak usia enam atau tujuh tahun, sebagian besar anak-anak tidak memahami perbedaan antara gagasan penuh harapan, imajinasi, dan kenyataan yang sesungguhnya.

I. Pemicu Kebakaran

Bert berusia delapan tahun yang berusia rata-rata dari anak-anak yang terus menerus menyalakan api emi sensasi dari perbuatan tersebut dan atau demi niat jahat tertentu. pemicu kebakaran adalah hal yang serius, ini adalah salah satu penyebab utama kematian anak-anak usia pra-sekolah dan kematian anak-anak antara usia enam sampai empatbelas tahun. Enam puluh persen anak-anak memiliki ketertarikan untuk bermain api sejak usia 3 tahun.

Pemicu kebakaran jarang sekali menjadi gejala tersendiridalam diri anak-anak sedemikian.Prilaku ini justru terjadi pada anak-anak yang baru saja datang dari keluarga yang telah mengalami perceraian, kematian atau masalah-masalah lain yang mengarah pada sempitnya pola pikir.Yang harus dilakukan :

1. Orangtua harus mengajarkan bahaya api kepada anak-anak sejak dini. Dan terus menerus mengajarkan hal tersebut seiring pertumbuhan usia dan kemampuan anak-anak

2. Jangan pernah meremehkankeingintahuan anak anda terhadap api serta kecendrungan mereka untuk terpesona dan tergoda oleh api tersebut.

3. Bermain api sama sekali harus dilarang dan jauhkan peralatan yang mudah terbakar dari jangkauan anak- anak.

4. Ajak anak anda untuk mengunjungi dinas pemadam kebakaran setempat

5. Jika kebiasaan bermain api pada anak anda masih terus berlangsung dan anda meyakini bahwa anak anda sudah melewati masa penasaran dengan api maka anda harus meyakini masalah tersebut sebagai masalah yang genting dan membutuhkan bantuan para ahli

6. Terapi yang dibutuhkan biasanya terapi individu, keluarga, kognitif/behavior terapi, dan terkadang terapi tindak lanjut bagi kasus-kasus tertentu

J. Perkelahian

Perkelahian antar anak-anak yang beranjak besar secara khusus akan meletus ketika mereka harus “berbagi” mainan atau benda-benda milik lainnya. Berbagi adalah konsep asing bagi anak-anak kecil, yang

pada akhirnya bisa menjadi anak-anak yang posesif ainnya. Berbagi adalah konsep asing bagi anak-anak kecil, yang pada akhirnya bisa menjadi anak-anak yang posesif terhadap apa yang mereka anggap sebagai milik mereka. Anak-anak seringkali berfikir tidak ada yang salah ketika mereka mengambil benda milik anak-anak lain bahkan, mereka akan tersedia berkelahi untuk mendapatkannya, dan untuk mempertahankannya. Selanjutnya, ketika mereka melewati berbagai kecemasan berpisah, serta berbagai bentuk kekhawatiran antara anak-anak lain yang ada dilingkungan tetangga, playground, atau di ruang kelas, anak-anak usia sekolah juga cenderung melepaskan kemarahan dan rasa frustasinya dengan berkelahi. Namun begitu, kita bisa sedikit tenang dengan bawha ketika mereka sudah bisa sedikit tenang dengan fakta bahwa ketika mereka sudah menginjak kelas dua atau kelas tika, anak-anak tak lagi secara otomatis menggunakan perkelahian fisik sebagai cara dalam menyelesaikan perselisisan. Mulai dari usaia ini, anak-anak suadah bisa dibujuk untuk menyelesaikan sebuah ketidak-sepahaman dengan diskusi ketimbang saling pukul atau saling tendang atau saling lempar dalam mempertahankan pendapat mereka masing-masing.

Meskipun perkelahian adalah hal yang normal hingga pada beberapa tingkatan tertentu, tetap saja ada beberapa kondisi khusus yang menjadikan perkelahian sebagai hal yang umum pada sebagai anak- anak.Kondisi-kondisi khusus ini hampir selalu berhubungan dengan dinamika keluarga yang berada di bawah kondisi optimal. Anak-anak yang terbiasa ditampar memiliki kecenderungan untuk lebih sering berkelahi, anak-anak yang membutuhkan lebih banyak perhatian juga cenderung untuk lebih sering berkelahi, dan anak-anak sering menyaksikan keadaan di sekitarnya dimana sebagian besar masalah diselesaikan dengan cara kekerasan, intimidasi, dan bahasa verbal yang kasar, juga akan lebih sering berkelahi. Anak-anak korban pelecehan seksual juga seringkali tergoda untuk lebih sering berkelahi. Anak- anak yang pernah merasa dipermalukan atau diperlakukan dengan cara-cara yang membuat mereka merasa tidak berdaya, juga akan cenderung lebih sering berkelahi. Dengan kata lain, struktur keluarga serta lingkungan masyarakat dimana sang anak tumbuh seringkali bisa mengindikasikan anak-anak mana saja yang memiliki kecenderungan untuk lebih sering berkelahi. Ada juga pengaruh dari budaya dan media Meskipun perkelahian adalah hal yang normal hingga pada beberapa tingkatan tertentu, tetap saja ada beberapa kondisi khusus yang menjadikan perkelahian sebagai hal yang umum pada sebagai anak- anak.Kondisi-kondisi khusus ini hampir selalu berhubungan dengan dinamika keluarga yang berada di bawah kondisi optimal. Anak-anak yang terbiasa ditampar memiliki kecenderungan untuk lebih sering berkelahi, anak-anak yang membutuhkan lebih banyak perhatian juga cenderung untuk lebih sering berkelahi, dan anak-anak sering menyaksikan keadaan di sekitarnya dimana sebagian besar masalah diselesaikan dengan cara kekerasan, intimidasi, dan bahasa verbal yang kasar, juga akan lebih sering berkelahi. Anak-anak korban pelecehan seksual juga seringkali tergoda untuk lebih sering berkelahi. Anak- anak yang pernah merasa dipermalukan atau diperlakukan dengan cara-cara yang membuat mereka merasa tidak berdaya, juga akan cenderung lebih sering berkelahi. Dengan kata lain, struktur keluarga serta lingkungan masyarakat dimana sang anak tumbuh seringkali bisa mengindikasikan anak-anak mana saja yang memiliki kecenderungan untuk lebih sering berkelahi. Ada juga pengaruh dari budaya dan media

a. Perkelahian tersebut berubah menjadi perilaku yang kompulsif dan repetitif serta terkesan menjadi satu- satunya cara yang diketahui anak anda dalam mengespresikan kemarahan dan penderitaan yang sedang di alami.

b. Perkelahian tersebut mulai melahirkan dan menimbulkan dampak-dampak negatif yang mempengaruhi prestasi akademi serta interaksi sosial anak anda.

c. Anak anda menjadi tukang gertak atau terus menerus menjadi korban gertakan.

d. Perkelahian tersebut melahirkan masalah yang melibatkan pihak-pihak berwenang, semisal polisi atau pihak-pihak lainnya.

e. Perkelahian tersebut berhubungan dengan masalah-masalah lain yang mengindikasikan gangguan psikologis yang lebih luas, semisal memicu kebakaran, mencuri, vadalisme, serta kebohongan kompulsif, atau jika perkelahian tersebut berhubungan dengan gejala-gejala ADD, semisal kurangnya perhatian, perilaku hiperaktif, serta kecenderungan untuk bersikap impulsif.

f. Perkelahian tersebut berhubungan dengan masalah-masalah neurologis.

g. Perkelahian tersebut berhubungan dengan gangguan belajar.

h. Perkelahian anak anda mulai menjadi bagian dari sebuah kekerasan geng. Kekerasan geng jauh lebih serius ketimbang kekerasan serta senjata mematikan terhadap geng-geng lain)

K. Gangguan Perilaku

Anak –anak tidak terlahirdengan serta merta memiliki nilai – nilai kesopanan, kode etik, atau standar perilaku. Mereka mempelajari semua hal tersebut dari pengaruh – pengaruh eksternal yang ia terima dari orang tua, para guru, saudara tua, teman – teman, televise, film, bahkan dari internet. Orang tua juga akan kesal ketika anak – anak mereka seolah – olah tidak mampu menyadari kewajibannya sebagai seseorang anak yang harus selalu menentukan apa yang benar dan apa yang salah bagi dirinya sendiri.Perilaku anak – anak juga dipengaruhi oleh watak dan kepribadian mereka, sebagaimana yang telah anda temui dalam berbagai pembahasan di buku ini, masing – masing anak tumbuh dari warisn genetik serta pengaruh dari keluarga dan lingkungannya. Ada beberapa anak pendiam yang secara alamiah terkesan sopan, dan mengikuti aturan yang ia terima. Sementara sebagian yang lain sepertinya tidak bisa diam dan cenderung untuk menjadi yang suka melempar bola lewat jendela. Akan tetapi, sesungguhnya kedua tipe anak tersebut adalah tipe anak – anak yang normal mereka hanya memiliki pola perilaku yang berbeda. Bayangkan seorang ayah pecandu sepakbola yang beranggapan bahwa anak kecilnya telah “ slah berprilaku “ karena Anak –anak tidak terlahirdengan serta merta memiliki nilai – nilai kesopanan, kode etik, atau standar perilaku. Mereka mempelajari semua hal tersebut dari pengaruh – pengaruh eksternal yang ia terima dari orang tua, para guru, saudara tua, teman – teman, televise, film, bahkan dari internet. Orang tua juga akan kesal ketika anak – anak mereka seolah – olah tidak mampu menyadari kewajibannya sebagai seseorang anak yang harus selalu menentukan apa yang benar dan apa yang salah bagi dirinya sendiri.Perilaku anak – anak juga dipengaruhi oleh watak dan kepribadian mereka, sebagaimana yang telah anda temui dalam berbagai pembahasan di buku ini, masing – masing anak tumbuh dari warisn genetik serta pengaruh dari keluarga dan lingkungannya. Ada beberapa anak pendiam yang secara alamiah terkesan sopan, dan mengikuti aturan yang ia terima. Sementara sebagian yang lain sepertinya tidak bisa diam dan cenderung untuk menjadi yang suka melempar bola lewat jendela. Akan tetapi, sesungguhnya kedua tipe anak tersebut adalah tipe anak – anak yang normal mereka hanya memiliki pola perilaku yang berbeda. Bayangkan seorang ayah pecandu sepakbola yang beranggapan bahwa anak kecilnya telah “ slah berprilaku “ karena

beberapa contoh nyata dari jebakan dimana orangtua bisa saja tergoda untuk mengaplikasikan ekspektasi dan standar perilaku mereka kepada sang anak tanpa mempertimbangkan watak kepribadian anak – anak sendiri

Pada kenyataan, tidak ada wilayah dalam psikologi anak yang lebih memperhatikan evaluasi orangtua ketimbang masalah perilaku sang anak. Beragam penelitian telah mempelajari perilaku pada anak diantaranya adalah ADD ( attention deficit disorder) dan hasilnya penelitian – penelitian tersebut menunjukkan bahwa sumber masalah hamper selalu adad pada salah satu antara reaksi orangtua terhadap perilaku dan watak sang anak, atau keteladanan yang sengaja atau tidak sengaja telah mereka Tetapkan bagi anak – anak mereka. Hal ini menegaskan bahwa jika anda memiliki seorang anak yang nakal, anda pertama kali harus memisahkan antara kebutuhan dan watak anak anda dengan kecemasan serta ekspektasi masa kecil anda sendiri .cobalah untuk balajar melihat siapa sesungguhnya anak anda, dan saya berani menjamin bahwa anda , dan saya berani menjamin bahwa anda akan mampu untuk mengatasi kenakalan anak.

Kesimpulan para ahli kesehatan mental dalam menilai perilaku sebagai sebuah masala sebagian besar terletak pada gangguan kronis dari perilaku tersebut. Sebagian besar anak –anak memiliki masalah perilaku berdasarkan pada temperamen mereka, anak – anak ini tidak serta merta akan tumbuh menjadi orang dewasa yang juga memiliki masalah psikologi. Akan tetapi, jika gangguan perilaku ini berlangsung lama dan terus menerus ini disebut ADD atau gangguan kurang perhatian. Kita akan menyambut seorang anak terserang gangguan kesopanan ketika ia secara terus menerus dan berulang – ulang melanggar aturan, menafikan nilai – nilai social yang tepat bagi usianya, sementara gangguan suka menentang dicirikan oleh kurangnya kerjasama, sikap yang bermusuhan, serta perlawanan terhadap pihak yang berwenang dan sangat mukin akan menyertakan gejala – gejala tantrum, suka membantah, melanggar aturan, menolak permintaan orang lain serata mengganggu kenyamanan orang lain.