K.H. AHMAD DAHLAN
3. Karya-karya K.H. Ahmad Dahlan
Karya-karya K.H. Ahmad Dahlan mencakup ketujuh belas ayat al- Qur‟an dalam bangunan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan ini menyemangati dan menginisasikan perjuangan Muhammadiayah; menjadi pedoman pendiri dan para pengikut Muhammadiyah, lalu diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Ajaran-ajaran K.H. Ahmad Dahlan dipandang sebagai benih dan menjadi lentera pengembangan pendidikan dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Semangat ini selalu dihidupkan oleh warga Muhammadiyah diwariskan dari generasi ke generasi, agar tidak berhenti memperjuangkan dunia pendidikan yang bersendikan kepada al- Qur‟an, sunnah Rasulullah, kebangsaan, keilmuan, dan keindonesiaan.
Kelompok Ayat 1.
Membersihkan hati “takutlah menjadi hawa nafsunya sebagi sesembahannya? ” QS al-Jatsiyah: ayat 23, cinta kepada selain Allah itu sama dengan mencintai Allah ketimbang yang lain” QS at-Taubah ayat 24 dan al-
Baqarah ayat 165. Hawa nafsu ibarat berhala musyrik karena menyesatkan, membuatnya tidak suka berfikir kebenaran, akibatnya membahayakan baginya. Maka tafakkur,muhasabah, muraqabah, dan hanya tunduk kepada al- Qur‟an dan sunnah Rasul, bertakwa kepada Allah, membuang semua kebiasan buruk berupa amalan, keinginan, perasaan, kepercayaan, pendapat, dan semua yang ada di hati
merupakan jalan membersuhkan jiwa dan melawan hawa nafsu. 13
Kelompok Ayat 2
13 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI Uhamka, 2009). Cet 1. h. 441-442
Menggempur hawa nafsu mencintai harta benda QS al-Fajr ayat 17-23, agar siapapun memikirkan akibat yang akan diterima di hadapan Allah bila manusia lupa menjalankan perintah surat al- Ma‟un.
Kelompok Ayat 3
Orang yang mendustakan agama. Sebelumnya dijelaskan cara mempelajari al- Qur‟an. Menurut K.H. Ahmad Dahlan, dimulai membaca satu, dua, tiga ayat dengan benar, memahami artinya satu demi satu, lalu memahami tafsir dan keterangan-keterangan didalamnya, mendalami makna yang tersurat-tersirat. Bila isinya berupa larangan, sesegera mungkin ditinggalkan. Bila di dapati perintah wajib, sesegera mungkin dilaksanakan sungguh-sungguh. Orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghambakan hawa nafsu, mencintai harta benda berlebihan, tidak memperhatikan nasib anak yatim dan enggan membantu orang miskin. Orang itu akan dimasukkan ke neraka, walaupun
telah mengaku melaksanakan shalat dengan baik, QA al- 14 Ma‟un ayat 1-7.
Kelompok ayat 4
Beragama lurus kepada Allah sebagai kecenderungan ruhani untuk berpaling meninggalkan nafsu, menjadi suci, bersatu dari tawanan benda-benda, naik ketingkat kesempurnaan ruhani. Jiwanya menghadap Allah dan berpaling
dari yang lainnya, bersih tanpa terpengaruh apapun hanya tertuju kepada Allah. 15
Kelompok ayat 5
Pembebasan kemiskinan penderitaan, diskriminasi. Ayat ini menggoncangkan hati K.H. Ahmad Dahlan untuk melakukan perubahan besar dalam dirinya, sekaligus mengorbankan hartanya untuk perubahan besar dalam dirinya, sekaligus mengorbankan hartanya untuk perubahan dan pembaharuan. Harta bisa menjadi fitnah atau batu ujian dalam kehidupan dunia akhirat, bisa
14 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 441-442 15 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 442 14 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 441-442 15 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 442
Kelompok ayat 6
Surat al-Ashr dianggap sangat penting diajarkan sampai 7 bulan kepada kaum laki- laki tiap jam. 07.00 pagi kepada „Aisyiyah jam 08.00 pagi, setelah dzuhur kepada para pemudi. Mereka disuruh menulis dan menghapalkannya. Isinya secara umum adalah pandai mengatur waktu dengan benar, dimulai dengan memperhatikan waktu sebagai awal dan akhir pekerjaan agar manusia dapat
mencari kenikmatan dunia akhirat. 17
Kelompok ayat 7
Iman, Islam dengan benar, bebas dari syirik, bid‟ah, dan khurafat. Iman akan diuji, iman dihanti mempengaruhi perasaan pikiran, kemauan serta sifat-sifat utama: melimpahkan budi luhur, mendorong berani berkurban jiwa raga harta membela agama Allah. Orang mukmin harus sabar, teguh, kuat menerima ujian
dan cobaan. 18
Kelompok ayat 8
Beramal shaleh, senantiasa memperhatikan hidup dalam iman, Islam dan ihsan. 19
Kelompok ayat 9
Saling menasihati dalam kebenaran, QS al-Ashr ayat 1-3, bagian-bagian pentung dalam dirinya, bersama lingkungannya, dan sesamanya. Saling menasehati dalam kebenaran ini diartikan sebagai upaya untuk melakukan kritik yang konstruktif, bukan untuk mencari kesalahan orang lain, dalam usaha
16 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 447 17 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 448 18 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 449
19 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 450 19 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 450
Kelompok ayat 10
Wasiat kepada kesabaran disamping iman dan amal shaleh selama tujuh buah surat al-Ashr ini dibacakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam setiap
pertemuan dengan siapapun. 21
Kelompok ayat 11
Berjihad dengan harta benda dan jiwa demi kemerdekaan Indonesia dari penjajahan, penindasan, kebodohan dan kemerosotan moral. Jihad adalah perjuangan meraih sukses hidup di dunia-akhirat dengan selalu menguji kesabaran dan pahit getirnya perjuangan. Perjuangan yang sungguh-sungguh belum tentu berhasil, dilakukan tanpa henti, simultan apalagi bila tanpa adanya upaya secukupnya. Oleh karena itu, jihad dalam hal ini bila tidak seluruhnya dibenarkan, sekali waktu juga harus dengan menggunakan jiwa raga dan persenjataan bila
perlu. 22
Kelompok ayat 12
Masuk dan berada dalam Islam secara penuh. Penyerahan total manusia kepada Allah itu menjadi syarat mutlak bagi kehidupan umat beragama secara mutlak seperti yang telah dilakukan nabi Ibrahim, Muhammad dan para sahabat
besar terdahulu. 23
Kelompok ayat 13
Berbuat kebajikan kepada seluruh isi alam. Berbuat kebajikan, al-birr, berarti iman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan beberapa nabi. Al-Birr, juga berarti memberikan harta yang dicintainya kepada sanak kerabat, anak yatim,
20 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 452 21 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 454 22 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 455 23 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 457 20 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 452 21 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 454 22 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 455 23 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 457
Kelompok ayat 14
Perbuatan manusia diikuti oleh balasan kebajikan maupun keburukan diakherat, al- Qari‟ah, ketika dimaknai “hari kiamat” memberikan konteks bahwa di ujung kehidupan dunia ini ada lagi kehidupan dunia ini ada lagi kehidupan yang abadi sebagai tempat menerima sebagai tempat menerima upah kebajikan
maupun keburukan ketika hidup di dunia. 25
Kelompok ayat 15
Beramal merupakan kelanjutan dari perbuatan lisan dan pemahaman. Pemahaman tentang kebenaran, termasuk iman, dimulai dari kesadaran diri sehubungan dengan perintah-perintah Allah yang harus dikerjakan dan larangan-
larangan Allah yang harus ditinggalkan. 26
Kelompok ayat 16
Menjaga diri dari api neraka, tidak boleh lupa melaksanakan kewajiban dan meninggalkan laranganya baru menyuruh orang lain. Jika hanya pandai menyuruh tanpa bisa melaksanakannya sendiri, sebenarnya ia lupa diri mengikuti
kesenangan duniawi dan hawa nafsu. 27
Kelompok ayat 17
Surat al- Hadid ayat 16. Sudah waktunya mengingat Allah dengan khusyu‟ dalam dzikir, fakir, dan tindakan K.H. Ahmad Dahlan terbebani dengan pertanyaan-pertanyan yang diajukan oleh al- Qur‟an tersebut dan dicoba dengan menjatuhi zaman yang terjadi saat beliau hidup. 28
24 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 458 25 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 458-459 26 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 459 27 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 460 28 Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 461
4. Kontribusi pendidikan K.H. Ahmad Dahlan terhadap masyarakat
Banyak aktivitas yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan dalam hubungannya dengan pendidikan Islam. Aktivitas K.H. Ahmad Dahlan tersebut antara lain:
1. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya.
Umumnya masjid-masjid dan langgar-langgar di Yogyakarta menghadap Timur dan orang-orang shalat menghadap kearah Barat lurus. Padahal kiblat yang
sebenarnya menuju ka‟bah dari tanah Jawa haruslah miring ke Utara kurang-lebih
24 derajat dari sebelah Barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmu falak itu. Orang tidak boleh menghadap kiblat menuju barat lurus, melainkan harus miring ke Utara kurang-lebih 24 derajat. Oleh sebab itu, K.H. Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya sendiri, supaya menuju kearah kiblat yang betul. Perubahan yang diadakan oleh K.H. Ahmad Dahlan itu mendapat tanmtangan keras dari pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan kerajaan.
2. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan populer bukan saja di pesantren.
Melainkan ia pergi ketempat-tempat lain dan mendatangi berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa K.H. Ahmad Dahlan adalah bapak Mubalig Islam di Jawa Tengah. Sebagaimana Syekh M. Jamil Jambek sebagai
bapak Mubaligh di Sumatera Tengah. 29
3. Membebaskan masyarakat Islam dari khurafat, bid‟ah, dan tahayul K.H. Ahmad Dahlan hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Zaman itu merupakan zaman peralihan artinya, kebiasan hidup pada abad ke-19 yang sudah berlalu, ternyata masih berlaku. Pandangan dan kebiasaan pada abad
29 Hamdani Ihsan dan H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia 2007). H. 276 29 Hamdani Ihsan dan H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia 2007). H. 276
Pada tahun 1902, ketika K.H. Ahmad Dahlan berusia 34 tahun, ia berangkat untuk kedua kalinya ke Makkah. Ketika itu beliau hanya bermukim dua tahun. Tetapi, waktu pendek itu beliau pergunakan dengan secermat-cermatnya. Kepergiannya ke Tanah Suci itu untuk memperkuat pendiriannya dalam pembaharuan pengalaman agama Islam.\Diyakini, bahwa selama tinggalnya di kota suci Makkah itulah Ahmad Dahlan bertemu dengan ide-ide pembaruan Islam
yang dipelopori Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. 31
Pada tahun 1904 K.H. Ahmad Dahlan pulang ketanah air. Hati dan pikirannya penuh semangat untuk segera membebaskan masyarakat Islam Indonesia dari berbagai hambatan, seperti kebekuan, kemandekan, dan
kemunduran yang merugikan. 32
4. Mengajar K.H. Ahmad Dahlan mendirikan persyerikatan Muhammadiyah secara bertahap dan berencana. Mula-mula K.H. Ahmad Dahlan mempraktikan dahulu apa yang selalu dikemukakannya. K.H. Ahmad Dahlan selalu menganjurkan agar pengajaran agama meninggalkan cara lama dan memulai cara baru dan para Kiai giat mendatangi murid dan tidak hanya menunggu datangnya santri di pesantren atau suraunya. K.H. Ahmad Dahlan memberi contoh langsung mengajar dasar agama Islam diberbagai sekolah negeri, seperti Sekolah Guru (Kweekschool) di Jetis, Yogyakarta, dan sekolah Pamong Praja atau Osvia (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren).
30 Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo, K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup dan Perjuangan ,(Jakarta: Mutiara Sumber Widya 1999), h. 14
31 Abuddin Nata,Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta: Raja Grapindo Persada) h. 99
32 Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo , K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup dan Perjuangan , h. 37
K.H. Ahmad Dahlan sengaja mengajar para pemuda dan terutama para pelajar karena mereka di masa depan akan menjadi pemimpin bangsa. 33
5. Mendirikan Organisasi Dalam membahas gerakan pembaruan pendidikan Islam di Jawa dan Indonesia pada umumnya, gagasan utama K.H. Ahmad Dahlan tidak dapat dipisahkan dari motivasi didirikannya Muhammadiyah, terutama dengan gagasan pembaruan organisasi tersebut. Dalam usaha yang dilakukan Dahlan untuk memasukan pendidikan keagamaan kedalam sekolah sekuler Barat bersamaan dengan usaahanya memasukan materi pengajaran umum ke pesantren serta usahanya untuk merintis lembaga pendidikan madrasah. Melalui usaha-usahanya itu Dahlan mencita-citakan terbentuknya integrasi aqidah dan intelektual dalam diri anak didik.
Gagasan pembaruan Pendidikan Dahlan itu erat kaitanya dengan gagasan Muhammadiyah yang lahir dari persoalan adanya kenyataan tentang problematika pendidikan di kalangan orang pribumi yaitu terjadinya keterbelakangan pendidikan yang akut karena adanya dualisme model pendidikan yang masing- masing memiliki akar dan kepribadian yang bertolak belakang. Di satu pihak, pendidikan Islam yang berpusat di pesantren mengalami kemunduran karena terisolasi dari perkembangan pengetahuan dan perkembangan masyarakat modern, di pihak lain sekolah model Barat bersifat sekuler dan a-nasional, mengancam kehidupan batin para pemuda pribumi karena di jauhkan dari agama dan budaya negerinya.
Melihat kenyataan itu Dahlan berusaha untuk melakukan reformulasi gagasan tentang pendidikan dan melakukan reformulasi teknik dalam bidang pendidikan. Keinginan Dahlan dalam bidang pendidikan berkembang selama mengajar di pondoknya setelah pulang dari Makkah pada tahun 1905, kemudian di dorong dengan berdirinya organisasi Muhammadiyah. Gagasan Dahlan tentang pembaruan bidang pendidikan sangat didorong oleh ajaran agama. Sebagaimana
33 Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo, K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup dan Perjuangan , h. 41 33 Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo, K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup dan Perjuangan , h. 41
Upaya mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut diatas dilaksanakanlah lebih lanjut melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya. Salah satu program unggulan organisasi ini adalah bidang
pendidikan. 35 Dari sudut pandang keagamaan sesungguhnya pendirian Muhammadiyah
yang dipetik dari gagasan asli Dahlan adalah:
1. Pendidikan Moral/ akhlaq, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al- Qur‟an dan Sunnah
2. Pendidikan individual, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individual yang utuh, yang berkesimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelektual, antara perasaan dengan akal fikiran, serta antara dunia dengan akhirat.
3. Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat. 36
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah ini:
1. Umat Islam tidak memegang tuntunan Al-Qur‟an dan hadits sehingga menyebabkan perbuatan syirik, bid ‟ah, khurafat semakin merajalela serta mencemarkan kemurnian ajarannya.
2. Keadaan umat Islam sangat menyedihkan akibat penjajahan
3. Kegagalan institusi pendidikan Islam untuk memenuhi tuntutan kemajuan zaman merupakan akibat dari mengisolasi diri
4. Persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai akibat lemahnya organisasi Islam yang ada