Kurikulum Pendidikan Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan Ahmad Dahlan

B. Kurikulum Pendidikan Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan Ahmad Dahlan

1. Kurikulum Pendidikan Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari Kurikulum secara garis besarnya dapat diartikan dengan seperangkat

materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI Uhamka, 2009). Cet 1. h. 358-359

tujuan pendidikan yang akan dicapai. Oleh karena itu materi kurikulum akan selalu mengalami perubahan dari masa kemasa. Bahkan untuk setiap bangsa yan mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda, akan memiliki kurikulum pendidikan yang berbeda pula. Menurut K.

H. Hasyim Asy’ari materi-materi ilmu pengetahuan yang dipelajari secara hirarkis adalah sebagai berikut: al- Qur’an, tafsir, hadist, Ulumul Hadist, Ushul Fiqih, Nahwu, dan Sorrof. Penyajian materi demikian sesungguhnya selaras dengan perkembangan pemikiran kependidikan kontemporer. Sayyid Naquib al- Attas, misalnya, memaparkan bahwa ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua: Pertama, adalah ilmu dasar untuk pembinaan jiwa, dan ilmu perlengkapan yang digunakan untuk kepentingan dirinya didunia guna memenuhi tujuan-tujuannya yang pragmatis. Materi al- Qur’an, Hadist, dan ilmu keagamaan lainnya merupakan materi inti dalam pembentukan jiwa dan kepribadian manusia yang merupakan jenis pengetahuan yang pertama. Sayyid Naqaib al-Attas, penggagas islamisasi ilmu pengetahuan dari Malaysia,

menyatakan: ”the holy Qur’an, the Sunnah, The Shariah, Ilmu al-Ladunni and Hikmah are the essential elle ments of the first kind of knowledge”. Kitab suci al- Qur’an, al-Hadist, Syariah, ilmu al-Ladunni, dan hikmah adalah unsur-unsur esensial dari pengetahuan macam pertama itu. Bahkan ditegaskan” the holy Qur’an, the knowledge, par ekselence. Al-Qur’an adalah pengetahuan paling baik. Jika dilahat dari aspek kandungan dalam kontek pemikiran kependidikan K.H. Hasyim Asyari, secara esensial dapat disimpulkan bahwa peserta didik harus mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kesatuan aksi yang menjunjung

tinggi nilai-nilai ahlak yang luhur secara integratif. 11 Bagi K.H. Hasyim Asy’ari, kurikulum yang penting dan mulia haruslah

didahulukan ketimbang kurikulum lainnya. Ini artinya bahwa peserta didik dapat melakukan kajian terhadap kurikulum secara hirarkis.

Dala m pada itu, K.H. Hasyim Asy’ari memprioritaskan kurikulum al- Qur’an daripada lainnya. Mengedepankan kurikulum al-Qur’an ini agaknya tepat. Sebab, sebagaimana pendapat Muhammad Faisal Ali Sa’ud, kurikulum al-Qur’an

merupakan ciri yang membedakan antara kurikulum pendidikan Islam dengan

Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 76-77

kurikulum pendidikan lain. Hal ini dikuatkan oleh Muhammad Fadhil al-Jamili bahwa ”al-Qur’an al-Karim adalah kitab terbesar yang menjadi sumber filsafat

pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam. Sudah seharusnya kurikulum pendidikan Islam disusun sesuai dengan al- Qur’an al-Karim, dan ditambah dengan al-Hadits untuk melengkapinya. 12

2. Kurikulum Pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli sangat bervariasi,

tetapi dari beberapa definisi itu dapat ditarik benang merah, disatu pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan dilain pihak lebih menekankan pada proses pengalaman belajar.

Pengertian yang lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran disekolah atau perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tungkat juga keseluruhan mata pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Menurut al-Syaibany terbatas pada pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atau institusi pendidikan dalam bentuk pelajaran atau kitab karya ulama terdahulu,

yang dikaji begitu lama oleh peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya. 13 Definisi yang tercantum dalam undang-undang Sisdiknas No. 2/ 1989. Definisi

kukrikulum yang tertuang dalam undang-undang sisdiknas no 20/2003 dikembangkan kearah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 14 Dengan demikian, ada tiga komponen yang termuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan

bahan pelajaran, serta cara pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.

Pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah tidak hanya menitik beratkan segi-segi moral dan keagamaan saja, akan tetapi juga

Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 101-102 13 Muhaimin, Pengembangan kurikulum Pendidikan Agam Islam Di Sekolah, Madrasah,

Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 1-2. 14 Muhaimin, Pengembangan kurikulum Pendidikan Agam Islam Di Sekolah, Madrasah,

Perguruan Tinggi, h. 2

mengembangkan kecerdasan, intelektual. Oleh karena itu, muatan kurikiulum dalam sekolah Muhammadiyah lebih memberikan muatan yang lebih besar kepada ilmu-ilmu umum, sedangkan dalam aspek keagamaan minimal alumni sekolah Muhammadiyah dapat melaksanakan shalat lima waktu, dan shalat-shalat suanatnya, membaca kitab suci al- Qur’an dan menulis huruf Arab mengetahui prinsip-prinsip akidah dan dapat membedakan bid’ah, khurafat, syirik dan muslim yang muttabi’ dalam pelaksanaan ibadah.

Jalur pendidikan yang dikembangkan warga Muhammadiyah meliputi jalur sekolah atau madrasah dan jalur luar sekolah. Jalur sekolah yang terdiri dari Madrasah Muallimin Muhammadiyah dan sekolah umum dengan menambah pelajaran agama Islam berkisar antara 10-15 % dalam kurikulumnya. Sedangkan jalur luar sekolah diselenggarakan kursus-kursus yang khusus memberikan pelajaran agama Islam, seperti kursus Mubalighin, Wustho Muallimin, Zu’ama, Zaimat dan majlis-majlis taklim.

Lembaga pendidikan madrasah yang sebelumnya merupakan pondok pesantren Muhammadiyah memberikan pelajaran agama dan ilmu umum secara bersama-sama. Adapun pendidikan agama yang diajarkan terutama yang bersumber dari kitab- kitab fiqih dari madzhab Imam Syafi’i, ilmu tasawuf karangan Imam Ghazali, tauhid dari kitab Risalah Tauhid dan kitab Tafsir Jalalain dan tafsir al-Manar. Sedangkan pengetahuan umum meliputi ilmu sejarah, ilmu

hitung, menggambar, bahasa Melayu, bahasa Belanda dan bahasa Inggris. 15

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA KONSEP KELISTRIKAN BERBASIS VIDEO LIVE

8 69 67

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62