Metode Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan

C. Metode Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan

1. Metode Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari Metode belajar bagi peserta didik yang ditawarkan oleh K.H. Hasyim

Asyari adalah metode hapalan. Metode ini lebih diprioritaskan ketimbang dengan metode lain, seperti diskusi. Sebagaimana dikatakan oleh kiayi H. Hasyim Asyari bahwa hapalan adalah sangat penting dalam peroses pembelajaran, sebab ilmu

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 370-371

didapat bukan dari catatan-catatan di buku, karena hal demikian mempunyai dampak yang kurang baik. Agaknya penekanan metode belajar pada hapalan ini selain sebagai salah satu karakteristik tradisi Syafiiyah juga menjadi salah satu ciri umum dalam pendidikan tradisi Islam. Menurut Asma Has an Fahmi, hal ini ” disebabkan karena keterpengaruhan dalam masa yang sangat panjang dengan apa yang terjadi pada masa Islam yang pertama, dimana orang berpegang lebih banyak kepada hapala daripada tulisan, karena sedikitnya orang yang mengetahui. Sebagai mana diketahui bahwa orang arab sangat terkenal daya hapalan dan daya ingat sebagai akibat dari latihan dan peraktek sepanjang hidup mereka”.

Metode hapalan memang kurang memberi kesempatan kepada akal untuk mendaya gunakan secara maksimal dalam penajaman proses berfikir. Namun, disisi lain, hapalan sesunggunya menantang kemampuan memori akal untuk selalu

aktif dan konsentrasi denga pengetahuan yang didapat. 16 Setelah menyimak kurikulum Pendidikan Islam, agaknya perlu diketahui

bagaimana cara menerapkan pendidikan itu sendiri, hingga materi kurikulum yang dapat diberikan dapat ditransferkan kepada anak didik. Materi yang baik bukan merupakan jaminan bagi keberhasilan pendidikan. Dapat saja materi kurikulum yang baik akan berakibat buruk bagi anak didik, jika dalam pelaksanaan

pendidikan digunakan metode yang keliru. 17 Metode dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran

kepada anak didik. Muhammad al-Toumy al-Syaibany mengemukakan beberapa pendapat para ahli pendidikan Islammengenai definisi metode ini.

Muhammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu. Prof. Abd al-Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikansesuatu kepada anak didik. Adapun Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang

Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 82-84 17 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grapindo

Persada 1996),cet. 2, h. 52

terarah bagi guru yang menyebabkan proses belajar mengajar, hingga pengajaran menjadi berkesan (Mohammad al-Toumy al-Saibany). 18

Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyodorkan pembagian metode dalam pendidikan Islam, yakni metode yang umumnya pernah digunakan dalam pendidikan Islam, antara lain:

a. Metode induksi (pengambilan kesimpulan)

b. Meode Perbandingan (Qiyasiyah)

c. Metode Kuliah

d. Metode Dialog dan Perbincangan

e. Metode Halaqah

f. Metode Riwayat

g. Metode Mendengar

h. Metode Membaca

i. Metode Imla’ j. Metode Hapalan k. Metode Pemahaman l. Metode Lawatan untuk menuntut ilmu.

Uraian diatas menunjukan bahwa metode pendidikan Islam memiliki sifat yang luwes, sesuai dengan kebutuhan anak didik dan lingkungan zamannya. Namun demikian, yang menjadi pertimbangan pokok, adalah sumbernya tak dapat dilepaskan dari falsafah pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam disusun atas

dasar pertimbangan sumber. 19

2. Metode pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan Sejauh ini penulis tidak menemukan metode pendidikan menurut Dahlan.

Pendidikan Islam memiliki dampak yang sangat besar dalam menciptakan dan menemukan metode pengajaran. Hal ini bisa dibuktikan, dari munculnya metode ceramah dan metode munadharah (dialogis) dalam pengajaran yang diciptakan para ulama muslim; dan dengan metode ini bisa dilakukan penyesuaian tingkat kemudahan materi pelajaran, agar sesuai dengan kemampuan intelektualitas

Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, h. 52-53 19 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, h. 53

murid. 20 Pendidikan Islam memiliki dampak yang sangat besar dalam menciptakan dan menemukan metode pengajaran. Hal ini bisa dibuktikan, dari

munculnya metode ceramah dan metode dialogis dalam pengajaran yang diciptakan para Ulama muslim dan dengan metode ini bisa dilakukan penyesuaian tingkat kemudahan materi pelajaran, agar sesuai dengan kemampuan intelektualitas murid. Pertama Ibnu Kholdun dan al-Abdari, yang termasuk filosof muslim, telah menciptakan langkah-langkah pengajaran yang harus dilakukan para guru. Langkah tersebut diantaranya adalah guru hendaknya menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan secara sempurna, sehingga dapat menjelaskan berbagai perbedaan pendapat kepada murid, kemudian menjelaskan pendapat dirinya dalam masalah yang berbeda-beda tadi. Baru setelah itu, ia harus memberikan peluang kepada muridnya untuk bertanya dan berdialog sebagaimana yang mereka inginkan.

Metode dialog itu merupakan hasil penting dari hasil pendidikan Islam. Metode tersebut telah tersebar di berbagai pendidikan Islam, karena ia dianggap sebagai sarana yang paling penting untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, menciptakan kebebasan dalam berpikir dan berpendapat, kebebasan dalam berkomunikasi, memperluas wawasan, cekatan dalam berpikir dan teguh pendirian. Metode tersebut diatas, telah ditunjukkan oleh tokoh-tokoh Islam dengan memberikan pengetahuan yang mudah dalam satu pelajaran, dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan kemampuan dan kecendrungan individu diantara anak. Damun demikian, materi yang mudah tadi juga harus mempertimbangkan kesesuaian dengan kecendrungan anak, sangat bertalian dengan kehidupannya, dan memperjelas pemahaman anak terhadap

lingkungannya. 21

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 60-61 21 Athiyah al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi

Press, 1996), cet.ke- 1, h. 52-54.

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA KONSEP KELISTRIKAN BERBASIS VIDEO LIVE

8 69 67

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)

6 62 67

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62