Pertanggungjawaban Negara (1) Tanggung Jawab Negara

F. Pertanggungjawaban Negara (1) Tanggung Jawab Negara

Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional (International Court of Justice/I.C.J), prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab (general principles of law recognized by civilized nations) merupakan salah satu sumber hukum internasional. Tanggung jawab negara sebagai suatu prinsip umum hukum yang dikenal dan diakui dalam hukum internasional juga merupakan salah satu sumber hukum yang berlaku bagi setiap negara.

Tanggung jawab negara merupakan suatu prinsip fundamental dalam hukum internasional yang bersumber dari doktrin kedaulatan dan persamaan hak antar negara. Tanggung jawab negara timbul bila ada pelanggaran atas suatu kewajiban internasional untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, baik kewajiban tersebut berdasarkan

suatu perjanjian internasional maupun hukum kebiasaan internasional. 91 Dengan menggunakan istilah pertanggungjawaban negara, F. Sugeng Istanto

mengartikan tanggung jawab negara sebagai: “...kewajiban memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk memberikan

pemulihan atas kerugian yang mungkin ditimbulkannya.” 92 Menurut Karl Zemanek, tanggung jawab negara memiliki pengertian sebagai suatu

tindakan salah secara internasional, yang dilakukan suatu negara terhadap negara lain, yang menimbulkan akibat tertentu bagi (negara) pelakunya dalam bentuk kewajiban-

kewajiban baru terhadap korban. 93

Menurut hukum internasional, pertanggungjawaban negara timbul dalam hal suatu negara merugikan negara lain. Pertanggungjawaban negara dibatasi pada pertanggungjawaban atas perbuatan yang melanggar hukum internasional. Perbuatan suatu negara yang merugikan negara lain tetapi tidak melanggar hukum internasional, tidak menimbulkan pertanggungjawaban negara. Misalnya, perbuatan negara yang menolak masuknya orang asing ke dalam wilayahnya, tidak menimbulkan pertanggungjawaban negara. Hal itu disebabkan, negara menurut hukum internasional

berhak menolak atau menerima orang asing masuk ke dalam wilayahnya. 94 Menurut M. N. Shaw, yang menjadi karakteristik penting adanya tanggung jawab (negara) bergantung pada faktor-faktor dasar berikut, antara lain adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua negara tertentu; adanya suatu

91 Ian Brownlie, Principles of Public International Law, Clarendon Press, Oxford, 1979, hlm. 431 dalam Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Rajawali, Jakarta, 1991, hlm. 174. 92 F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1998, hlm. 77.

93 “Responsibility of States means that an internationally wrongful act, committed by one State against another, entails certain consequences for its author in the form of new obligations towards the

victim.” Lihat Karl Zemanek, Responsibility of States: General Principles, dalam Rudolf L. Bindshdler, et.al., Encyclopedia of Public International Law, 10, State Responsibility of States, International Law and Municipal Law, Jilid ke-10, Amsterdam: Elsevier Science Publisher B.V., 1987, hlm. 363.

94 F. Sugeng Istanto, op. cit., hlm. 77.

perbuatan atau kelalaian yang melanggar hukum internasional tersebut yang melahirkan tanggung jawab negara; adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat tindakan yang melanggar hukum atau kelalaian.

Dalam Rancangan tentang Tangung Jawab Negara atas Tindakan-tindakan Salah Secara Internasional (Draft Articles on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts) (selanjutnya ditulis Draft ILC ) yang disusun oleh Komisi Hukum Internasional (International Law Commission/ILC) tahun 2001, dinyatakan bahwa tanggung jawab negara timbul manakala terjadi pelanggaran yang dikategorikan sebagai tindakan salah secara internasional dan timbul akibat dari satu atau beberapa tindakan (actions) atau pengabaian (omissions) atau kombinasi dari keduanya. Hal tersebut dirumuskan dalam Pasal 1 sebagai berikut: “Every internationally wrongful act of a

State entails the international responsibility of that State.” 95 Adapun yang dimaksud dengan act adalah suatu tindakan yang melanggar suatu

kewajiban yang timbul dari kebiasaan atau perjanjian menyangkut kepentingan negara tertentu. 96 Penentuan karakteristik act sebagai tindakan yang merupakan internationally wrongful act diatur menurut hukum internasional dan hal ini tidak dipengaruhi oleh ketentuan hukum nasional. Artinya, sekalipun hukum nasional menyatakan bahwa tindakan tersebut adalah sah, tetapi apabila hukum internasional menyatakan sebaliknya, maka yang berlaku adalah apa yang telah ditentukan oleh hukum

internasional. 97 Sedangkan menurut Karl Zemanek, internationally wrongful act ditentukan jika negara pelaku melanggar suatu kewajiban terhadap negara lain yang

95 Pada bagian commentary dari Draft ILC tersebut, dijelaskan bahwa: “…a breach of international law by a State entails its international responsibility. An internationally wrongful act of a State may

consist in one or more actions or omissions or a combination of both…” Lihat the United Nations, Report of the International Law Commission Fifty-third Session (23 April-1 June and 2 July- 10 August 2001), New York, 2001, hlm. 63.

96 Ibid. Dinyatakan bahwa: “…an act considered internationally wrongful if its author violates an obligation which custom or treaty establishes in favour of another specific State; in that case the author is

internationally responsible to the victim and to the victim alone.” 97 “The characterization of an act of a State as internationally wrongful is governed by international law. Such characterization is not affected by the characterization of the same act as lawful by internal

law.” Lihat Pasal 3 Draft ILC Articles on Responsibility of State for Internationally Wrongful Acts, 2001. Pendapat yang sama dikemukakan oleh F. Sugeng Istanto, op. cit.

timbul dari kebiasaan atau perjanjian (“its author violates an obligation which custom

or treaty establishes in favour of another State”). 98

Adapun yang merupakan unsur-unsur tindakan salah adalah perbuatan (action) atau pengabaian (omission) yang dapat diatribusikan kepada negara dan melanggar

suatu kewajiban internasional. 99 Dengan demikian unsur-unsur tindakan salah secara internasional meliputi: tindakan yang dilakukan oleh negara harus dapat diatribusikan

(imputable) kepada negara menurut hukum internasional dan tindakan tersebut harus menimbulkan suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku bagi negara tersebut

pada saat tindakan itu dilakukan. 100 Putusan ICJ menyangkut hal tersebut misalnya dinyatakan dalam Diplomatic and

Consular Staff Case, bahwa untuk menimbulkan tanggung jawab bagi negara Iran ditentukan dua hal, yaitu: apakah tindakan yang terjadi dapat diatribusikan kepada negara Iran dan apakah tindakan Iran tersebut melanggar kewajiban menurut perjanjian

atau ketentuan hukum internasional lainnya yang berlaku: 101 Menyangkut tindakan negara yang berupa omission, sehingga menimbulkan

tanggung jawab negara, misalnya dapat dilihat dari putusan ICJ dalam Corfu Channel Case. Dalam putusan tersebut dinyatakan bahwa negara Albania (yang saat itu sedang berperang dengan Yunani) dianggap mengetahui atau seharusnya mengetahui adanya ranjau (laut) di laut teritorialnya, namun tidak memberikan peringatan kepada negara

ketiga (dalam hal ini negara Inggris): 102 Tindakan salah secara internasional yang dilakukan oleh suatu negara tidak

semata-mata menimbulkan hubungan hukum antara dua negara (bilateral), yaitu negara

98 Karl Zemanek, op. cit., hlm. 363.

99 Pasal 2 Draft ILC menyatakan: “There is an internationally wrongful act of a State when conduct consisting of an action or omission: (a) Is attributable to the State under international law; and (b)

Constitutes a breach of an international obligation of the State.”. 100 The United Nations, op. cit., hlm. 68.

101 ”[f]irst, it must determine how far, legally, the acts in questions may be regarded as imputable to the Iranian State. Secondly, it must consider their compatibility or incompatibility with the obligations

of Iran under treaties in force or under any other rules of international law that may be applicable.” Lihat United States Diplomatic and Consular Staff in Tehran, I.C.J Reports 1980, hlm. 3, dalam Ibid.

102 “… in the Corfu Channel Case, the International Court of Justice held that it was a sufficient basis for Albanian responsibility that it knew, or must have known, of the presence of the mines in its

territorial waters and did nothing to warn third States of their presence.” Lihat Corfu Channel, Merits, I.C.J Reports 1949, p. 4, hlm. 22-23 dalam Ibid., hlm. 70.

yang merugikan dan dirugikan. Akan tetapi tindakan tersebut dapat menimbulkan tanggung jawab terhadap beberapa negara, bahkan menimbulkan tanggung jawab

terhadap masyarakat internasional secara keseluruhan. 103 Mengenai tanggung jawab negara terhadap masyarakat internasional secara

keseluruhan, antara lain, dapat mengacu kepada putusan yang dibuat oleh ICJ pada Barcelona Case. Dalam putusannya, dinyatakan bahwa setiap negara mempunyai kepentingan hukum (legal interest) dalam hal perlindungan hak asasi manusia dan pemenuhan kewajiban yang bersifat penting. Sehingga pelanggaran terhadap kedua hal

tersebut akan menimbulkan tanggung jawab negara. 104 Sejalan dengan putusan di atas, Roberto Ago, salah seorang pelapor khusus

(special rapporteur), dalam analisisnya berpendapat bahwa doktrin, yurisprudensi, praktik negara-negara dan PBB secara jelas telah mengidentifikasi beberap tindakan yang merupakan internationally wrongful acts, yaitu agresi, genocide, apartheid, dan

kolonialisme. Ketiganya merupakan kejahatan internasional. 105 Menyangkut tindakan agresi, genocide, apartheid dan kolonialisme, Manfred