Hasil Uji t ECM, Dependent Variable: Y

Tabel 11 Hasil Uji t ECM, Dependent Variable: Y

Tidak Signifikan DX1

Signifikan DX2

Tidak Signifikan DX3

Signifikan X1 t-1

Tidak Signifikan X2 t-1

Tidak Signifikan X3 t-1

Tidak Signifikan ECT

Signifikan Sumber : Rangkuman hasil pengujian hipotesis, data diolah.

JEB, Vol. 6, No. 1, Maret 2012: 25-39

menyajikan hasil uji t. Hasil pengujian menunjukkan pemerintah (DX3), lag belanja rutin pemerintah (X1 t-1 ), bahwa perubahan belanja rutin pemerintah (DX1),

lag belanja tidak rutin pemerintah (X2 t-2 ), lag perubahan penerimaan pajak pemerintah (DX3), dan

penerimaan pajak pemerintah (X3 t-1 ) dan error correc- error correction term (ECT) berpengaruh terhadap

tion term (ECT) adalah 58,341%, sedangkan yang tidak pertumbuhan ekonomi (Y), sedangkan perubahan

dapat dijelaskan oleh semua variabel independen belanja tidak rutin pemerintah (DX2), lag belanja rutin

tersebut adalah sebesar 41,659%. pemerintah (X1 t-1 ), lag belanja tidak rutin pemerintah

Model koreksi kesalahan (ECM) mempu (X2 t-2 ), dan lag penerimaan pajak pemerintah (X3 t-1 )

menjelaskan perilaku hubungan antara konstanta dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

variabel independen dengan variabel dependen jangka Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

pendek dan perilaku jangka panjang. Perilaku jangka pengaruh semua variabel independen dalam model

pendek hubungan antara konstanta dan variabel estimasi ECM terhadap varaiebel dependen. Hipotesis

indepeden dengan variabel dependen dapat dilihat dari nol dalam pengujian ini menyatakan bahwa semua

konstanta dan koefisien regresi estimasinya, yaitu 0 , variabel independen dalam model regresi estimasi

1 , 2 , dan 3 . Besarnya konstanta ( 0 ) = 2,482368 dan nilai (ECM) tidak mampu menjelaskan variasi nilai variabel

probabilitasnya adalah 0,5376. Pada a = 5%, konstanta dependen. Hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel

tidak signifikan secara statistik. Artinya, pertumbuhan

10 menunjukkan nilai hitung F (F-statistic) = 6,402023 ekonomi tidak akan berubah jika tidak terjadi perubahan dengan nilai probabilitas (Prob. F) = 0,000095. Nilai F

belanja rutin pemerintah, balanja tidak rutin pemerintah, tabel untuk a = 5% adalah 2,01. Nilai hitung F (F-statis-

dan penerimaan pajak pemerintah. tic ) = 6,402023 lebih besar daripada nilai F tabel (a =

Besarnya koefisien regresi perubahan belanja 5%) = 2,01. Hasil pengujian memutuskan menolak

rutin pemerintah ( 1 ) = -1,386908 dan nilai probabilitas hipotesis nol dalam pengujian ini menyatakan bahwa

sebesar 0,0015. Pada a = 5%, dalam jangka pendek semua variabel independen dalam model regresi

belanja rutin penerintah berpengaruh negatif dan estimasi (ECM) tidak mampu menjelaskan variasi nilai

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan variabel dependen. Berarti hasil pengujian berhasil

belanja rutin pemerintah sebesar 1%, ceteris paribus, memperoleh bukti bahwa perubahan belanja rutin

akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar pemerintah (DX1), perubahan belanja tidak rutin

1,39%. Sebaliknya, penurunan belanja rutin pemerintah pemerintah (DX2), perubahan penerimaan pajak

sebesar 1%, ceteris paribus, akan meningkatkan pemerintah (DX3), lag belanja rutin pemerintah (X1 t-1 ),

pertumbuhan ekonomi sebesar 1,39%. lag belanja tidak rutin pemerintah (X2 t-2 ), lag

Besarnya koefisien regresi perubahan belanja penerimaan pajak pemerintah (X3 t-1 ) dan error correc-

tidak rutin pemerintah ( 2 ) = -0,648310 dan nilai tion term (ECT) mampu menjelaskan perubahan

probabilitas sebesar 0,1413. Pada a = 5%, dalam jangka terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). Jika pengujian

pendek belanja tidak rutin pemerintah tidak dilakukan dengan cara membandingkan nilai

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan probabilitas F statistik dengan a akan memperoleh hasil

ekonomi. Berdasar nilai koefisien regresi perubahan yang sama. Nilai probabilitas (Prob. F) = 0,000095 lebih

belanja tidak rutin pemerintah ( 2 ) = -0,648310 kecil daripada a = 5%, sehingga keputusan dalam

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan 1% belanja pengujian ini adalah menolak hipotesis nol.

tidak rutin pemerintah akan mengakibatkan terjadinya Koefisien determinasi menunjukkan persentase

penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,65%. variasi perubahan nilai variabel dependen yang dapat

Besarnya koefisien regresi perubahan dijelaskan oleh semua variabel independen dalam model

penerimaan pajak pemerintah ( 3 ) = 1,251615 dan regresi estimasi. Hasil perhitungan yang disajikan pada

besarnya nilai probabilitas adalah 0,0383. Pada a = 5%, Tabel 10 menunjukkan besarnya koefisien determinasi

dalam jangka pendek perubahan penerimaan pajak (R 2 ) adalah 0,583410. Ini artinya variasi pertumbuhan

pemerintah berpengaruh posiif dan signifikan terhadap ekonomi yang dapat dijelaskan oleh bahwa perubahan

pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi kenaikan belanja rutin pemerintah (DX1), perubahan belanja tidak

penerimaan pajak pemerintah sebesar 1%, ceteris pari- rutin pemerintah (DX2), perubahan penerimaan pajak

bus , akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar

PENGARUH BELANJA PEMERINTAH DAN PENERIMAAN PAJAK ........................... (Algifari)

1,25%. Sebaliknya, jika terjadi penurunan penerimaan pajak pemerintah sebesar 1%, ceteris paribus, akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,25%.

Nilai koefisien regresi error corection term (ECT) menunjukkan kecepatan penyesuaian menuju keseimbangan jangka panjang. Besarnya koefisien regresi ECT adalah 0,560472 dengan nilai probabilitas sebasar 0,0017. Pada a = 5%, ECT berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien regresi ECT sebesar 0,560472 menunjukkan sekitar 56% ketidaksesuaian pada perubahan pertumbuhan ekonomi pada suatu periode telah dikorelasi pada periode berikutnya oleh equilibrium term, sehingga arah pengaruh dari variabel independen dalam jangka pendek diharapkan dapat konsisten dengan arah pengaruh variabel independen dalam jangka panjang. Perilaku hubungan antara konstanta dan variabel indepeden dengan variabel dependen dalam ECM dapat menggunakan nilai statistik pada Tabel 12 berikut ini:

Koefisien regresi dari model regresi estimasi jangka panjang memiliki nilai hitung t rendah. Dengan

a = 5%, semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Artinya, dalam jangka panjang, lag belanja rutin pemerintah (X1 t-1 ), lag belanja tidak rutin pemerintah (X2 t-2 ), dan lag penerimaan pajak pemerintah (X3 t-1 ) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien regresi jangka panjang lag belanja rutin pemerintah (X1 t-1 ) sebesar 0,582573 menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan 1% belanja rutin pemerintah, maka dalam jangka panjang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,58%. Koefisien regresi jangka panjang lag belanja tidak rutin pemerintah (X2 t-1 ) sebesar 0,987846 menunjukkan bahwa setiap terjadi

kenaikan 1% belanja tidak rutin pemerintah, maka dalam jangka panjang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,99%. Koefisien regresi jangka panjang lag penerimaan pajak pemerintah (X3 t-1 ) sebesar 1,067800 menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan 1% belanja tidak rutin pemerintah, maka dalam jangka panjang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,19%.

Hasil pengujian statistik terhadap koefisien regresi model estimasi ECM memperoleh bukti, yaitu pertama belanja rutin pemerintah dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada = 5%. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian di beberapa negara lain. Nurudeen dan Usman (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Nigeria. Penelitian tersebut memperoleh bukti bahwa pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Nigeria. Hasil penelitian Folster dan Henrekson (1999), Guseh (1997), dan Grier dan Tullock (1989) memperoleh bukti bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian Abrams (1999) menunjukkan adanya pengaruh negatif belanja pemerintah terhadap kesempatan kerja. Namun, dalam jangka panjang belanja rutin pemerintah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kedua, belanja tidak rutin pemerintah dalam jangka pendak maupun dalam jangka panjang pada a = 5% tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari koefisien regresi belanja tidak rutin bertanda positif menunjukkan bahwa belanja tidak ru- tin pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi pengaruhnya tidak signifikan. Hasil pengujian ini sama dengan hasil