Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Perkotaan + Perdesaan
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Papua Barat
Sumber : BPS, Susenas Panel Modul Konsumsi Maret 2008.
JEB, Vol. 6, No. 1, Maret 2012: 47-61
Tabel 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi dan Daerah, Maret 2008
Persentase Provinsi
Jumlah Penduduk Miskin
[000 Jiwa]
Penduduk Miskin (%)
Kota
Desa
Kota+Desa
Kota
Desa Kota+Desa
26,30 23,53 Sumatera Utara
12,29 12,55 Sumatera Barat
7,43 9,32 Sumatera Selatan
22,14 20,98 Bangka Belitung
9,52 8,58 Kepulauan Riau
9,60 9,18 DKI Jakarta
— 4,29 Jawa Barat
16,05 13,01 Jawa Tengah
21,96 19,23 DI Yogyakarta
24,32 18,32 Jawa Timur
27,88 25,65 Kalimantan Barat
11,49 11,07 Kalimantan Tengah
10,20 8,71 Kalimantan Selatan
6,97 6,48 Kalimantan Timur
15,47 9,51 Sulawesi Utara
12,04 10,10 Sulawesi Tengah
23,22 20,75 Sulawesi Selatan
16,79 13,34 Sulawesi Tenggara
31,72 24,88 Sulawesi Barat
35,56 29,66 Maluku Utara
14,67 11,28 Papua Barat
18,93 15,42 Sumber : BPS, Susenas Panel Modul Konsumsi Maret 2008.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI ..................... (Wasiaturrahma dan Rudy Badrudin)
Permasalahan yang dihadapi penduduk miskin Berlandaskan jiwa atau prinsip kepedulian sosial, dari segmen petani gurem dapat berakar dari asetnya
gotong royong, kemandirian, dan nilai-nilai luhur. Sego yang justru terlalu kecil, atau dari persoalan alam dan
Amarto merupakan gerakan yang dapat menjadi ruh infrastruktur dalam bentuk irigasi yang tidak
seluruh lapisan masyarakat untuk dapat bersama-sama mendukung, dan sebagainya. Akar permasalahan
menanggulangi kemiskinan. Segoro Amarto bertujuan pedagang kecil, pengrajin kecil, pemulung di kota,
untuk mendorong pembangunan masyarakat dengan pengangguran, buruh musiman, dan sebagainya dapat
mengedepankan jiwa kepedulian sosial, gotong royong, berbeda. Profil kemiskinan juga diharapkan dapat
kemandirian, serta nilai-nilai luhur yang berkembang di mendukung usaha-usaha menurunkan kemiskinan
masyarakat (Kompas, 17/1/2011).
agregat melalui sasaran wilayah geografis. Pemahaman Berdasarkan penjelasan tentang kemiskian menyeluruh mengenai karakteristik sosial demografi dan
secara teori dan implimentasi penanggulangan dimensi ekonomi penduduk miskin diharapkan mampu
kemiskinan di Provinsi DIY dengan berbagai variabel membantu perencanaan, pengawasan, dan evaluasi dari
dan hasil yang dipengaruhinya tersebut program penanggulangan kemiskinan yang efektif dan
mengindikasikan adanya perbedaan antara teori dan efisien (Saleh, 2002).
konsep mengenai kemiskinan dengan implementasi Secara teoritis, penyusunan kebijakan dalam
kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam praktik. menanggulangi kemiskinan harus memperhatikan
Hal inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk berbagai potensi dan peluang daerah dan berhubungan
melakukan penelitian tentang penduduk miskin di dengan kapasitas para aparat daerah, wakil rakyat,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pengusaha, dan masyarakat secara umum. Potensi leadership para pemimpin daerah dan kemampuan
MATERI DAN METODE PENELITIAN
manajerial seorang pemimpin di birokrasi, parlemen, dan dunia usaha di daerah sampai pada kesiapan para stake-
Smith ternyata bukan saja terkenal sebagai pelopor holders melaksanakan penanggulangan kemiskinan
pembangunan ekonomi dan kebijaksanaan laissez- menjadi faktor penting dalam kinerja penanggulangan
faire, tetapi juga merupakan ekonom pertama yang kemiskinan.
banyak menumpahkan perhatian kepada masalah Pelibatan berbagai potensi dan peluang daerah
pertumbuhan ekonomi. Dalam bukunya An Inquiry into dan berhubungan dengan kapasitas para stakehold-
the Nature and Causes of the Wealth of Nations , Smith ers telah digagas oleh Pemerintah Provinsi DIY dan
mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi telah diujicobakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
dalam jangka panjang secara sistematis. Menurut Smith, dalam menangani program penanggulangan
ada dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu kemiskinan terpadu berlabel “Semangat Gotong Royong
pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Agawe Majune Ngayogyakarta” atau Segoro Amarto.
Unsur pokok dalam pertumbuhan output total adalah Pilot Project program ini telah diterapkan di 3 kelurahan
sumberdaya alam yang tersedia (faktor produksi tanah), di Kota Yogyakarta, yaitu di Kricak, Tegalpanggung,
sumberdaya insani (jumlah penduduk), dan stok barang dan Sorosutan selama 2 tahun dan berhasil menurunkan
modal yang ada (Arsyad, 2004:55-56). angka kemiskinan lebih cepat daripada 45 kalurahan
Menurut Sukirno (2006:245), apabila yang lain. Segoro Amarto merupakan sebuah gerakan
pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan bersama seluruh komponen masyarakat untuk
berlangsung terus menerus secara kumulatif. penanggulangan kemiskinan. Gerakan ini lebih
Perkembangan pasar, spesialisasi, dan pembangian menekankan pada perubahan nilai yang tercermin pada
kerja yang terjadi akan menimbulkan kenaikan sikap, perilaku, gaya hidup, dan wujud kebersamaan
produktivitas dan pendapatan nasional. Kenaikan dalam kehidupan menjadi lebih baik mencakup semua
pendapatan nasional dan perkembangan penduduk aspek fisik dan non fisik. Segoro Amarto merupakan
yang terjadi secara bersama-sama akan memperluas sebuah gerakan dengan substansi paseduluran
pasar (ven for surplus) dan menciptakan tabungan yang dengan basis pelaksanaan di tingkat Rukun Warga
digunakan untuk kebutuhan investasi. Di samping itu, (RW) yang melibatkan seluruh komponen warga.
spesialisasi dan pembangian kerja akan menciptakan
JEB, Vol. 6, No. 1, Maret 2012: 47-61
inovasi produk dan inovasi proses. Proses yang beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan berlangsung dari waktu ke waktu tersebut menimbulkan
kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan perkembangan ekonomi dan meningkatkan pendapatan
pendapatan (income approach), pendekatan per kapita.
kemampuan dasar (human capability approach) dan Menurut Sahdan (2005), konsep tentang
pendekatan objective and subjective (Yulianto, 2005). kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar
Dalam kajian empiris ini akan dijelaskan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan
ini tentang analisis penduduk miskin di Propinsi DIY. berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti memasukkan aspek sosial dan moral. Misalnya, ada
provinsi lainnya juga mengalami masalah yang pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait
berkaitan dengan kemiskinan penduduk. Menurut dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam
Mubyarto (2003), pada tahun 1973 David Penny dan suatu masyarakat atau yang mengatakan bahwa
Masri Singarimbun mempublikasikan hasil penelitian kemiskinan merupakan ketakberdayaan sekelompok
tentang kemiskinan dan tekanan penduduk di Desa masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu
Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul dalam pemerintahan sehingga mereka berada pada posisi yang
bentuk monografi di Cornell University berjudul Popu- sangat lemah dan tereksploitasi dalam kemiskinan
lation and Poverty in Rural Java: An Economic Arith- struktural (Hadiyanti, 2006 dan Sumarti, 2007). Tetapi
metic from Sriharjo . Monografi inilah yang menjadikan pada umumnya, ketika orang berbicara tentang
Desa Sriharjo terkenal dan Provinsi DIY menjadi simbol kemiskinan, yang dimaksud adalah kemiskinan mate-
kemiskinan di Indonesia. Sejumlah peneliti dari dalam rial. Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk
dan luar negeri berdatangan untuk mendalami strategi dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi
bertahan hidup dari penduduk perdesaan yang standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup
kemiskinannya relatif parah seperti di Desa Sriharjo secara layak. Hal ini yang sering disebut dengan
tersebut. Kini, Provinsi DIY masih mempunyai masalah kemiskinan konsumsi. Definisi ini sangat bermanfaat
yang sama dengan kemiskinan penduduk walaupun untuk mempermudah membuat indikator orang miskin,
sudah banyak program dan kegiatan dari pemerintah tetapi definisi ini sangat kurang memadai karena; 1)
pusat dan daerah yang dijalankan untuk tidak cukup untuk memahami realitas kemiskinan; 2)
menanggulangi masalah kemiskinan penduduk dapat menjerumuskan ke simpulan yang salah bahwa
tersebut.
menanggulangi kemiskinan cukup hanya dengan Menurut Santosa dkk. (2003), telah dilakukan menyediakan bahan makanan yang memadai; 3) tidak
penelitian tentang evaluasi program penanggulangan bermanfaat bagi pengambil keputusan ketika harus
kemiskinan di Yogyakarta secara kuantitatif. Program merumuskan kebijakan lintas sektor bahkan dapat
penanggulangan kemiskinan yang dievaluasi meliputi kontraproduktif (Pattinama, 2009).
program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program BAPPENAS (2004) mendefinisikan kemiskinan
Pengembangan Kecamatan (PPK), dan Proyek sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi
dikategorikan sebagai Program Kerja Mandiri (Self hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
Employment Program), dan Proyek Pembangunan Fisik mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-
dalam program PPK yang dikategorikan sebagai Pro- hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya
gram Padat Karya (Public Work Progam). Penelitian kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam
wawancara langsung dengan penerima program yang dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau
dilakukan mulai September 2002 sampai dengan Januari ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi
2003. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Jumlah dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan
responden program kerja mandiri (PKM) dalam maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak-hak dasar
penelitian ini adalah 80 responden yang berasal dari 3 masyarakat miskin ini, BAPPENAS menggunakan
jenis program yaitu program IDT, program PPK, dan
ANALISIS PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI ..................... (Wasiaturrahma dan Rudy Badrudin)
program P2KP, masing-masing sebesar 38 responden,
32 responden, dan 10 responden. Responden ini diambil dari 6 desa di 4 kabupaten dan 1 kota di DIY. Empat lokasi pertama berada di lingkungan perdesaan di empat kabupaten di propinsi DIY, yaitu desa Karangawen di kabupaten Gunungkidul, desa Srikayangan di kabupaten Kulonprogo, desa Selopamioro di kabupaten Bantul, dan desa Sambirejo di kabupaten Sleman, sedangkan dua lokasi terakhir adalah kelurahan Purwokinanti dan kelurahan Mantrijeron yang berada di kota Yogyakarta.
Suryanto meneliti tentang Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Kajian Teoritis dan Aplikasi Anggaran (2005). Menurut Suryanto (2005:13), pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kebijakan yang didasarkan temuan terdahulu maupun gambaran umum yang dialami di wilayah penelitian. Gambaran terhadap kondisi desentralisasi fiskal dan kesejahteraan masyarakat dijelaskan secara deskriptif analisis. Hasil penelitian Suryanto menunjukkan bahwa implementasi desentralisasi fiskal belum banyak bermanfaat bagi peningkatan kesejahtaraan masyarakat khususnya dalam mengurangi tingkat kemiskinan penduduk karena adanya kesenjangan antara perencanaan dengan kebutuhan masyarakat di daerah (Suryanto dkk., 2005:67).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Ada perbedaan jumlah kriteria hampir miskin di masing masing Kabupaten/Kota di Provinsi DIY
H2 : Ada perbedaan perbedaan jumlah kriteria miskin di masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi DIY.
H3 : Ada perbedaan perbedaan jumlah kriteria fakir miskin di masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi DIY.
HASIL PENELITIAN
Menurut Bappeda DIY (2008), berdasarkan Survey Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2008 dan Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Provinsi DIY Tahun 2008, diperoleh data Rumah Tangga Miskin per Kabupaten/Kota di Provinsi DIY seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 2. Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2, nampak jumlah RTM untuk kategori hampir miskin terbanyak di Kabupaten Gunung Kidul (46.300), kategori miskin terbanyak di Kabupaten Bantul (35.697), dan kategori fakir miskin terbanyak di Kabupaten Gunung Kidul (16.980). Apabila dilihat pada Tabel 3, nampak penduduk di Provinsi DIY dalam kategori miskin merupakan jumlah terbesar terbesar karena 46,85% (hampir 50%) RTM di Provinsi DIY merupakan kategori miskin.
Berdasarkan data pada Tabel 3 tentang Rincian Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Kulon Progo, Sleman, Gunung Kidul, Bantul dan Kota Yogyakarta Provinsi DIY, maka dapat dilakukan analisis statistik ANOVA untuk menguji hipotesis beda lebih dari 2 rata- rata populasi. Penggunaan analisis statistik ANOVA tersebut meliputi ANOVA 1 arah (menggunakan satu
Kabupaten/ Desa/
Kategori
Kota Kelurahan Hampir
Kulon Progo
52.976 Gunung Kidul
10.789 54,82% 410 2,08% 19.681 Provinsi DIY
Sumber : Bappeda (2008), data diolah.
Tabel 3 Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten/Kota Provinsi DIY, Tahun 2008
JEB, Vol. 6, No. 1, Maret 2012: 47-61
hampir miskin
fakir miskin
Gambar 2
Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten/Kota Provinsi DIY, Tahun 2008 o n l
Sumber ema
: Bappeda (2008), data diolah. ntu ka
Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten/Kota Provinsi DIY, Tahun 2008
Sumber: Bappeda (2008), data diolah.
treatement ). Penggunaan ANOVA 1 arah untuk menguji masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi DIY (H3). apakah ada perbedaan jumlah kriteria hampir miskin di
Berdasarkan Tabel 3 tentang Rincian Rumah Tangga masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi DIY (H1),
Miskin di Kabupaten Kulon Progo, Sleman, Gunung apakah ada perbedaan jumlah kriteria miskin di masing-
Kidul, Bantul dan Kota Yogyakarta Provinsi DIY, maka masing Kabupaten/Kota di Provinsi DIY (H2), dan
dapat dilakukan uji statistik ANOVA 1 arah yang apakah ada perbedaan jumlah kriteria fakir miskin di
hasilnya disajikan sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Uji Anova 1 Arah, Untuk Jumlah Kriteria Hampir Miskin
di Masing-Masing Kabupaten/Kota Provinsi DIY
Anova: Single Factor
Source of Variation SS
df MS
F P-value
F crit
1.15979E-14 2.47901547 Within Groups
Between Groups
Sumber: Tabel 3. Data diolah.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI ..................... (Wasiaturrahma dan Rudy Badrudin)
Tabel 5 Hasil Uji Anova 1 Arah, Untuk Jumlah Kriteria Miskin di Masing-Masing Kabupaten/Kota Provinsi DIY
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count
Source of Variation SS
df MS
F P-value
F crit
Between Groups 22292284.71
1.86029E-06 2.47901547 Within Groups
Sumber: Tabel 3. Data diolah.
Tabel 6 Hasil Uji Anova 1 Arah, Untuk Jumlah Kriteria Fakir Miskin di Masing-Masing Kabupaten/Kota Provinsi DIY
Anova: Single Factor