Skenario dengan Adaptasi dan Pengelolaan yang Berkelanjutan

7.3 Skenario dengan Adaptasi dan Pengelolaan yang Berkelanjutan

Strategi adaptasi berbasis masyarakat seperti wanatani karet dan bisnis kerajinan tangan akan bermanfaat bagi hutan maupun masyarakat hanya jika mereka mencapai sasarannya dan penduduk mengelola tantangan dan potensi dari konsekuensi yang tidak diharapkan dengan tepat.

Tantangan pertama untuk diatasi adalah konlik sosial dan kebutuhan untuk menjernihkan tenurial lahan. Seperti digambarkan pada Bab 4.1 dan 4.2, konlik dan ketidakpastian tenurial merupakan hambatan utama bagi pengembangan pertanian lokal. Namun demikian, apabila masyarakat memiliki insentif yang lebih besar untuk investasi dalam pengelolaan sumber daya dan pertanian dan strategi diversiikasi seperti wanatani karet dan penjualan kerajinan tangan rotan, mata pencaharian mereka akan diperkuat dan menjadi lebih tangguh, seperti halnya ekosistem hutan di sekitar mereka. Insentif ini akan berkontribusi bagi penurunan deforestasi, khususnya pada kasus ketika perladangan berpindah dapat menjadi masalah atau ketika anggota masyarakat yang lebih muda cenderung untuk memperbolehkan eksploitasi industri untuk memperoleh kompensasi sebagai timbal baliknya.

Proyek-proyek adaptasi dapat berdampak positif secara tidak langsung pada kegiatan-kegiatan REDD+ apabila mereka mencegah perpindahan kegiatan dan deforestasi yang ditimbulkan. Contohnya, jika intervensi adaptasi pertanian

mendukung produktivitas tanaman dan penghidupan serta mengurangi pembukaan hutan untuk perluasan pertanian (Locatelli 2011). Walaupun bukti dari kaitan ini dalam literatur perubahan iklim masih langka, beberapa studi mengamati hubungan antara praktik-praktik seperti wanatani dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat (yang relevan untuk adaptasi) dan pengurangan deforestasi (relevan untuk REDD+) di luar perdebatan perubahan iklim.

Potensi wanatani untuk meningkatkan pendapatan perdesaan, meningkatkan ketahanan terhadap bencana iklim dan mengembalikan lahan kritis telah didokumentasikan dengan baik (Verchot dkk. 2007; Garrity dkk, 2010; Pramova dkk. 2012). Namun, wanatani juga dapat memiliki efek langsung dan tidak langsung pada mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon dan pengurangan deforestasi. Program Alternatif Perladangan Berpindah mencatat potensi penyerapan dan penyimpanan karbon pada berbagai sistem wanatani (Verchot dkk. 2007). Konversi tanaman baris atau lahan peternakan menjadi sistem wanatani dapat sangat meningkatkan jumlah karbon yang disimpan dalam biomasa di atas tanah karena sistem wanatani memiliki 50-75 mg/ha karbon, sementara tanaman baris memiliki kurang dari 10 mg/ha karbon. Tumpangsari dengan pohon buah-buahan dan sistem wanatani yang lain juga telah diyakini lebih menguntungkan dibandindingkan monokultur dengan masa bera yang pendek dan tanaman baris, yang merupakan fokus khas dari program-program intensiikasi pertanian (Gockowski dkk. 2001).

Namun demikian, pemerintah di banyak negara tropis telah mendorong intensiikasi pertanian sebagai pengganti sistem pertanian-ekologis dan perladangan berpindah yang lebih sederhana dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pangan, meningkatkan pendapatan petani dan melindungi hutan dari pembukaan yang ekstensif (Lin dkk. 2008; van Vliet dkk. 2012). Tren ini berkontribusi pada keyakinan yang tersebar luas bahwa pohon berdampak negatif pada tanaman pangan karena kompetisi untuk air dan hara. Namun, penelitian menunjukkan bahwa intensiikasi yang direncanakan secara buruk sebenarnya memperparah kerentanan terhadap perubahan iklim (Lin dkk. 2008) dan dapat menyebabkan deforestasi tetap dengan akibat yang parah bagi jasa ekosistem dan kesuburan tanah (van Vliet dkk. 2012). Di bawah pendekatan alternatif untuk intensiikasi wanatani, intensiikasi pertanian terjadi dalam kaitannya dengan pohon,

Mengintegrasikan Adaptasi ke dalam REDD+ 45

dengan sasaran melestarikan jasa ekosistem dan lahan untuk konsesi. Namun, ini hanya mungkin meningkatkan pendapatan petani (Stefan-Dewenter

jika tersedia pasar untuk menjual rotan mentah, yang dkk. 2007).

dalam kenyataannya sangat terbatas di Malinau. Membuat dan menjual produk rotan membutuhkan

Sistem wanatani dapat bermanfaat untuk waktu meski tidak mengurangi peran penting mereka keanekaragaman hayati dan adaptasi hutan karena

dalam strategi diversiikasi mata pencaharian. berfungsi sebagai koridor biologis dan mengurangi tekanan manusia atas hutan alam (Schroth 2004;

Keberadaan aset yang lebih banyak dan lebih Bhagwat 2008). Hal ini menunjukkan bahwa sistem

beragam (termasuk aset alami, isik, inansial, wanatani merupakan rumah bagi lebih banyak spesies

manusia dan sosial) menguatkan kapasitas dibandingkan sistem monokultur (Bhagwat 2008).