Intervensi Adaptasi Berbasis Masyarakat

6. Intervensi Adaptasi Berbasis Masyarakat

6.1 Prioritas Masyarakat untuk

Strategi pembangunan pertanian memiliki

Masa Depan

sasaran ganda. Salah satu sasaran yang penting adalah untuk mengembangkan arena baru dengan prospek

Aspirasi masyarakat yang muncul selama latihan yang menguntungkan untuk ditawarkan bagi kaum melihat masa depan dikelompokkan ke dalam

muda sebagai alternatif yang menarik daripada klaster-klaster strategi. Anggota masyarakat Setulang

bermigrasi ke kota. Menanam lebih banyak jenis kemudian mengurutkannya sesuai prioritas intervensi

tanaman di luar padi dan singkong, dimaksudkan yang dapat mulai mereka implementasikan dengan

untuk memperkuat penghidupan dan ketahanan memanfaatkan aset dan sumber daya desa yang ada.

pangan di bawah ancaman kekeringan dan banjir. Tiga klaster strategi didiskusikan: (1) pembangunan

Pengembangan produksi karet, buah-buahan, kopi pertanian (agricultural development/AD); (2)

dan kakao melalui sistem wanatani diharapkan untuk pengelolaan wilayah desa (village area management/

meningkatkan ketahanan dan kelestarian secara VAM); dan (3) pengelolaan Tane’ Olen dan

keseluruhan karena kondisi perubahan iklim. diversiikasi mata pencaharian (management of Tane’ Olen and livelihood diversiication/TOM) (Tabel 6).

Tabel 6. Strategi prioritas berbasiskan aset masyarakat Intervensi

Kegiatan lanjutan

AD.1 Pengembangan sawah Mendapatkan bantuan untuk negosiasi sewa lahan sawah dari pemilik lahan/ beririgasi.

desa-desa lain. Mendapatkan bantuan untuk peralatan (misalnya, traktor, mesin perontok,

bajak). Meminta jasa penyuluhan tentang teknik-teknik irigasi. Membangun jaringan irigasi dari sungai dengan tabung/pipa irigasi. Membangun jalan ke sawah.

AD.2 Pengembangan Menerapkan pengetahuan wanatani (misalnya, tanaman apa yang tahan wanatani karet.

kekeringan dan banjir) dan meminta jasa penyuluhan dari dinas perkebunan jika dibutuhkan.

Mengembangkan lokasi percontohan dan mengukur kelayakan berbagai pilihan yang berbeda.

AD.3 Pengembangan kebun Meminta jasa penyuluhan tentang penanganan hama dan penyakit. buah-buahan, kopi dan Menerapkan pengelolaan yang lebih intensif (misalnya, dengan pupuk) untuk kakao.

meningkatkan hasil panen buah.

VAM.1 Pembangunan rumah Mengombinasikan dengan wilayah hidup untuk menciptakan ruang yang adat yang baru.

terpadu. Merencanakan desain. Mengumpulkan bahan: kayu ulin, kapur dan meranti. Mendapatkan bantuan (misalnya, dari Gerdema) untuk membeli atau menyewa

traktor dan alat-alat lain yang dibutuhkan. Membangun, mengukir dan mengecat.

VAM.2 Pembangunan jaringan Mendapatkan bantuan (misalnya, dari Gerdema) untuk membeli atau menyewa

jalan yang menuju Tane’ traktor dan alat-alat lain yang dibutuhkan. Olen.

34 Emilia Pramova, Bruno Locatelli, Andreas Mench, Edy Marbyanto, Karlina Kartika dan Hangga Prihatmaja

Karet mendapatkan penekanan khusus karena beberapa penduduk Desa Setulang telah mengamati hasil ekonomi yang menguntungkan di desa lain dari menjual lateks. Masyarakat mengatakan bahwa mereka akan mudah menjual karet, karena sebelumnya telah ada pembeli yang datang. Kegiatan ini juga dianggap menguntungkan yang akan menarik bagi kaum muda.

Strategi yang dirancang untuk meningkatkan pengelolaan desa juga memiliki sasaran dan manfaat ganda yang diharapkan. Pembentukan ruang adat yang baru di rumah panjang di atas lahan yang lebih tinggi akan bermanfaat ketika terjadi banjir, menyediakan tempat berlindung bagi masyarakat yang rumahnya terendam air. Pada saat yang lain, rumah adat berfungsi sebagai pusat untuk kegiatan- kegiatan budaya dan sebagai fasilitas akomodasi bagi pengunjung. Selain itu, melekatkan ruang hidup pada bangunan adat akan mengembalikan tradisi Dayak yaitu Lamin Adat, yang menggunakan rumah panjang, tempat 20-30 keluarga dapat tinggal bersama dengan tetap memungkinkan interaksi maupun privasi. Semua bahan bangunan tersedia secara lokal dan tukang kayu berpengelaman di Setulang dapat mengukir dan melukisnya dengan desain-desain Dayak.

Klaster strategi terakhir yang dibahas adalah pengelolaan Tane’ Olen, yang mencakup program- program pariwisata, pengelolaan sumber daya dan mata pencaharian alternatif. Masyarakat berharap untuk meningkatkan hasil ekonomi dari mengelola Tane’ Olen secara berkelanjutan, sembari melindungi keanekaragaman hayati dan praktik-praktik adat.

Membangun ekoturisme dipandang sebagai sebuah langkah penting dalam mencapai tujuan ini. Untuk itu, fasilitas pariwisata perlu dibangun atau ditingkatkan dan kemampuan berbahasa Inggris penduduk desa harus ditingkatkan. Wisata berburu merupakan pilihan lain, berdasarkan praktik-praktik tradisional Dayak untuk perburuan babi hutan dan daging satwa liar lainnya. Materi informasi dapat dibuat bersamaan dengan inventarisasi sumber daya menyeluruh yang sedang berlangsung dengan bantuan GIZ. Inventarisasi ini dirancang untuk mendukung pengelolaan HHBK yang lebih baik dan lebih berkelanjutan; suatu kelompok kerja dapat ditetapkan untuk masing-masing HHBK.

Salah satu HHBK yang penting adalah rotan, yang digunakan masyarakat Setulang untuk membuat kerajinan tangan tradisional dan barang-barang rumah tangga, seperti tikar dan keranjang. Kerajinan tangan itu sendiri merupakan daya tarik bagi para turis karena Dayak Kenyah memiliki pola-pola yang khas dan indah. Sebuah pasar kerajinan tangan dapat dibangun untuk menciptakan sumber pemasukan alternatif dan untuk menginformasikan pengunjung tentang budaya Dayak. Saat ini, kerajinan tangan rotan hanya dibuat untuk penggunaan rumah tangga saja.