34 peluang keuntungan yang tinggi, namun memberikan potensi risiko yang
tinggi pula.
d. Reksadana campuran
Reksadana campuran membentuk diversifikasi portofolio dengan mengkombinasikan pengalokasian aset pada saham, sekuritas pendapatan
tetap, dan efek pasar uang. Komposisi pengalokasian aset diantara ketiganya berbeda – beda tergantung pada kebijakan masing – masing. Manajer
Investasi, dan biasanya kebijakan investasi ini tercantum pada masing – masing prospektus reksadana.
2.1.4.4 Berdasarkan Tujuan Investasi
Klasifikasi reksadana berdasarkan tujuan investasinya terbagi atas :
a. Growth Fund
Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana, sehingga biasanya reksadana ini mengalokasikan dananya pada
saham.
b. Income Fund
Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mendapatkan pendapatan yang konstan, sehingga reksadana jenis ini mengalokasikan dananya pada
obligasi atau surat hutang.
c. Safety Fund
Reksadana jenis
ini lebih
mengutamakan keamanan
daripada pertumbuhan. Pengalokasian dananya lebih ditempatkan pada instrumen –
35 instrumen di pasar uang saperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
surat utang jangka pendek.
2.1.4.5 Berdasarkan Hukum
Karena penelitian ini ingin membandingkan kinerja reksadana konvensional dengan reksadana berbasis syariah, maka penulis menambahkan
teori pengklasifikasian reksadana berdasarkan hukum. Klasifikasi reksadana berdasarkan hukum terbagi atas :
a. Reksadana Konvensional
Reksadana Konvensional merupakan suatu instrumen reksadana yang keberadaannya tidak berlandaskan pada prinsip – prinsip syariah atau syariat
islam. Unsur – unsur yang dikandung oleh reksadana konvensional yang tidak sesuai dengan syariat islam antara lain dalam segi akad, operasi, investasi,
transaksi dan pembagian keuntungannya. Reksadana konvensional bebas berinvestasi di berbagai instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
– perusahaan dari berbagai bidang usaha termasuk bidang perjudian, pelacuran, pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga keuangan
ribawi, dan lain – lain yang tentunya tidak sesuai dengan prinsip – prinsip syariah. Meskipun demikian, sebenarnya dalam reksadana konvensional berisi
akad muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil mudharabah musyarakah. Dan disana terdapat banyak maslahat, seperti
memajukan perekonomian, saling memberikan keuntungan diantara para pelakunya, meminimalkan risiko dalam pasar modal dan sebagainya.
36
b. Reksadana Syariah
Pada dasarnya, reksadana syariah merupakan islamisasi dari reksadana konvensional. Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana shabul mal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer
Investasi sebagai wakil shahibul mal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam.
Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah reksadana syariah memiliki kebijaksanaaan investasi yang berbasis instrumen
investasi pada portofolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan
usaha – usaha yang bertentangan dengan prinsip – prinsip Islam seperti yang dijelaskan sebelumnya. Disamping itu dalam pengelolaan dana reksadana ini
tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan
diantara para investor dan Manajer Investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki.
Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa No. 20DSN- MUIVI2001. Fatwa tersebut memuat antara lain Permata,Wulan : 2007 :
1 Pada reksadana konvensional, masih terdapat unsur – unsur yang bertentangan dengan syariah, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi,
maupun dari segi pembagian keuntungan.
37 2 Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha,
penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat hutang yang sesuai dengan syariah.
3 Jenis usaha Emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan
ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang –barang atau jasa – jasa yang
merusak moral dan membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati – hatian dan tidak
boleh ada unsur yang tidak jelas gharar. Diantaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki,
insider trading-menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan bertransaksi yang dilarang, serta
melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih dominan dari modalnya.
4 Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksadana syariah jika struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembayaran
hutang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba. Emiten memiliki Nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82
hutang 45, modal 55, manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami.
38 5 Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari : Wakalah antara
Manajer Investasi dan pemodal; serta mudharabah antara Manajer Investasi dengan pengguna investasi.
6 Karakteristik mudharabah
adalah sebagai
berikut: 1
pembagian keuntungan antara pemodal yang diwakili oleh Manajer Investasi dan
pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi
tertentu kepada si pemodal, 2 pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan, 3 Manajer Investasi sebagai wakil pemodal tidak
menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.
7 Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana syariah adalah:
a Penghasilan dari saham dapat berupa 1 dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba, baik yang dibayarkan
dalam bentuk saham, 2 Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten,3 capital gain yang
merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal.
b Penghasilan obligasi yang sesuai dengan syariah : bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten.
c Penghasilan dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan syariah : bagi hasil yang diterima oleh Issuer.
39 d Penghasilan dari deposito dapat berupa : bagi hasil yang diterima dari
bank – bank syariah.
2.1.5 Pengelola Reksa Dana
Pengelolaan reksadana dilakukan oleh perusahaan Manajemen Investasi yang telah mendapatkan izin dari BAPEPAM. Perusahaan Manajemen Investasi
yang mengelola reksadana ini dapat berupa perusahaan yang secara khusus bergerak sebagai perusahaan investasi invesment management company
ataupun perusahaan efek yang pada umumnya membentuk divisi tersendiri yang khusus menangani reksadana.
Selain perusahaan
manajemen investasi
yang berfungsi sebagai
pengelola reksadana, pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan reksadana adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian memiliki wewenang dan tanggung
jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan maupun penjualan kembali suatu reksadana sesuai
dengan kontrak yang telah ditetapkan bersama Manajer Investasi. Undang – undang Pasar Modal menyebutkan bahwa Manajer Investasi
tidak boleh memegang langsung kekayaan reksadana. Kekayaan reksadana tersebut wajib disimpan pada Bank Kustodian yang tidak memiliki afiliasi
dengan Manajer Investasi untuk menghindari adanya kecurangan atau benturan kepentingan dalam pengelolaan kekayaan tersebut.
40
2.1.6 Teori Distribusi Normal
Distribusi normal distribusi Gauss adalah distribusi profitabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal
baku adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku satu. Distribusi ini juga dijuluki kurs lonceng bell curve karena grafik fungsi
kepekatan profitabilitasnya mirip dengan bentuk lonceng. Dalam distribusi normal, profitabilitas untuk suatu interval nilai variabel
digambarkan sebagai
suatu luas
wilayah. Sehingga
untuk keperluan
profitabilitas, luas seluruh wilayah di bawah kurva harus sama dengan satu tahun 100. Karena kurva simetris, maka luas wilayah di sebelah kanan garis
tegak lurus di atas rata-rata sama dengan 0,5 50 dan di sebelah kirinya juga sama dengan 0,5 50.
σ µ
x
Untuk mencari profitabilitas suatu interval dari variabel random kontinyu, dapat dipermudah dengan bantuan distribusi normal standar Z.
Rumus untuk
memperoleh variabel
normal standar
Z adalah
Mulyono,Sri,2003:
Z= x-µ σ
Dimana : x = nilai variabel random
41 µ = rata-rata variabel random
σ = deviasi standar variabel random
2.2 Penelitian Terdahulu
Ahmad Mujahid 2007 meneliti tentang analisis perbandingan kinerja reksadana syariah terhadap kinerja reksadana konvensional studi kasus pada
jenis reksadana campuran dengan periode penelitian selama tahun 2004 – 2006 dengan menggunakan metode Sharpe Excess return to variability , Treynor
Excess return to beta , Jensen Differential return dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan :
1. Reksadana Syariah memperlihatkan hasil return yang kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional dan tolak ukur IHSG dan SBI. Dan juga
dengan tolak ukurnya JII dan SWBI masih lebih kecil dari segi return-nya. 2. Reksadana Syriah memperlihatkan hasil variance dan standar deviasi
unsystematic risk, Beta systematic risk yang tinggi dibandingkan dengan reksadana konvensional dengan tolak ukur IHSG dan SBI. Dan
juga dengan tolak ukurnya yakni JII dan SBI masih lebih tinggi dari segi risikonya.
3. Reksadana Syariah memperlihatkan hasil return dan risk yang tidak baik dibandingkan dengan reksadana konvensional, IHSG dan SBI dari segi
risk adjusted return-nya. Dan juga bila dengan investasi pembanding reksadana syariah memiliki hasil yang tidak baik dari JII dan SWBI.
4. Berdasarkan hasil uji paired sample t test menunjukkan bahwa kinerja reksadana
syariah terdapat
perbedaan dengan
kinerja reksadana
42 konvensional, dengan menggunakan perbedaan model Sharpe, Jensen, dan
Treynor sehingga antar sampel tidak terdapat hubungan yang erat. 5. Reksadana Syariah masih belum mengalami kemajuan baik. Maka
diperlukan upaya dari semua pihak untuk memajukan reksadana syariah, yakni diberi kemudahan oleh pemerintah semoga reksadana syariah makin
diminati investor. Penelitian untuk membandingkan kinerja reksadana syariah terhadap
reksadana konvensional juga pernah dilakukan oleh Sofyan S. Harahap 2002. Dalam jurnalnya mengenai “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah
Terhadap Reksadana Konvensional Periode Tahun 1997 – 2001”. Beliau menggunakan
sampel penelitian
yakni Dana
Reksa Mawar
reksadana konvensional dibawah naungan satu manajemen investasi dengan PT. Danareksa
Invesment Management. Evaluasi performa didasarkan pada perbandingan langsung, metode sharpe, Treynor dan Jensen.
Dalam penelitiannya tersebut menghasilkan bahwa selama penelitian dengan menggunakan metode pembanding langsung, kinerja reksadana syariah
dana reksa syariah lebih baik jika dibandingkan dengan reksadana konvensional Dana Reksa Mawar. Kinerjanya berdasarkan tolok ukur, dalam hal ini 20 SBI
1 bulan dan 80 IHSG, kinerja reksadana syariah dan konvensional lebih rendah. Dengan metode Sharpe, hasil yang didapat bahwa kinerja reksadana syariah lebih
baik jika dibandingkan dengan reksadana konvensional. Dalam metode Treynor, hasil yang disimpulkan yakni : kinerja reksadana syariah lebih rendah jika
dibandingkan dengan reksadana konvensional. Namun, kinerja masing – masing
43 reksadana lebih rendah jika dibandingkan dengan tolok ukur. Sedangkan dengan
metode Jensen analisa kinerja reksadana syariah lebih baik jika dibandingkan dengan
reksadana konvensional.
Namun kinerja
reksadana konvensional
Reksadana Mawar lebih rendah jika dibandingkan dengan tolok ukur. Dalam perkembangan terakhir sejak awal tahun 2003, Danareksa Invesment Management
menutup dan melikuidasi reksadana syariah. Hal ini disebabkan dengan membaiknya iklim investasi di pasar modal yang ditandai naiknya IHSG secara
drastis, ternyata return yang diberikan reksadana syariah lebih rendah jika dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Perbandingan kinerja reksadana juga pernah diteliti oleh Setyaningsih 2000 dengan judul jurnal “Perbandingan Kinerja Reksadana di Indonesia
Periode 1997 – 1999”. Dalam penelitiannya terhadap 34 reksadana pendapatan tetap, 21 reksadana saham, 20 reksadana campuran, 5 reksadana pasar uang,
dengan mencari perbandingan dengan alat ukur NAB, Return dan variance didapat hasil perhitungan nilai F hitung ANOVA didapatkan F hitung sebesar 2,55
dengan probabilitas kapasitas sebesar 6,3 , tingkat kesalahan tersebut lebih kecil dari 5 maka hipotesis nihil diterima sedangkan hipotesis alternatifnya ditolak.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan antara jenis reksadana pasar uang, reksadana saham, reksadana pendapatan tetap
dan reksadana campuran di Indonesia. Dengan level kesalahan 5 hipotesis pertama terbukti kebenarannya. Jika
level of significancy 10 maka hipotesis nihil ditolak sedangkan hipotesis alternatifnya diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaaan kinerja
44 yang signifikan antara reksadana jenis pasar uang, saham, obligasi dan campuran
di Indonesia. Dengan level kesalahan 10 hipotesis pertama telah dapat dibuktikan kebenarannya. Hasil perbandingan kinerja reksadana diperoleh
reksadana saham mempunyai kinerja lebih baik jika dibandingkan dengan tiga reksadana lainnya, sehingga hipotesis keempat dapat dibuktikan kebenarannya.
2.3 KERANGKA PEMIKIRAN