Strategi BMT Al-Fath dalam menjaring dana pihak ketiga.

pihak ketiga adalah dengan memperluas jaringan kerjasama saling menguntungkan simbiosis mutualisme dengan berbagai pihak, sepanjang tidak mengingkari prinsip- prinsip syariah yang sejak awal ditetapkan sebagai landasan utama usaha BMT Al- Fath. Kerjasama ini dimungkinkan sebagai upaya BMT semakin kukuh di masyarakat, karena mengalirnya dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dapat mempercepat BMT AL fath dalam menjaring dana pihak ketiga, kerjasama yang dilakukan BMT Al-Fath antara lain dengan ; a. Para Aghniya yaitu orang-orang muslim yang memiliki kelebihan harta surplus unit . b. Pengusaha muslim yang jujur dan memiliki komitmen kuat terhadap pemberdayaan ekonomi umat. c. Perbankan Syariah, lokal maupun nasional, lembaga-lembaga mikro keuangan syariah lainnya. Selain itu dana dari pihak ketiga BMT al Fath juga didapat dari berbgai macam simpanan dari para mitra-mitra BMT AL-Fath yang berupa: Simpanan 1 Al- Wadiah Yadh Adhomanah Simpanan dengan model titipan untuk anggota yang kemudian bisa di ambil sewaktu-waktu dengan adanya bonus sesuai dengan pendapatan BMT. keuntungannya; mendapat bonus dan otomatis akan ditambahkan pada saldo simpanan pada tiap bulannya. 2 Mudharabah Simpanan yang menggunakan akad mudharabah dengan ketentuan penabung statusnya menjadi shahibul maal dengan menempatkan dana di BMT dan akan dipergunakan untuk usaha produktif kepada anggota pembiayaan. Hasil usaha ini akan dibagikan berdasarkan nisbah yang disepakati bila bank menggunakannya untuk melakukan pembiayaan Mudharabah. 3 a. Simpanan Pendidikan. b. Simpanan Qurban. c. Simpanan Walimah. d. Simpanan HajiUmrah. 3 Mudharabah Berjangka Simpanan berdasarkan prinsip mudharabah Muthlaqah Investasi Tidak Terikat. Dengan prinsip ini penyimpan diperlakukan sebagai orang pihak ketiga shahibul mall yakni dana investasi dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat pengusaha kecil dan menengah perseorangan maupun lembaga secara profesional dan memenuhi aspek syariah, yang kemudian laba dari keuntungan dibagi antara shahibul maal dengan BMT sesuai porsi yang ditetapkan oleh pihak Manajemen BMT Al-fath. Dengan pilihan berjangka 3, 6 dan 12 bulan. 4 Mudharabah Muqoyyadah Simpanan berdasarkan prinsip mudharabah muqoyyadah InvestasiTerikat. Dengan Prinsip ini shahibul Maal pemilik dana diperlakukan sebagai simpanan piha kedua yakni dana investasi dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada anggota dan memenuhi aspek syariah, yang kemudian laba dari keuntungan dibagi antara shahibul maal dengan BMT. 3 Heri sudarsono, Bank dan lembaga keuangan Syariah Jakarta: Ekonisia,2007 , h.57 Dibawah ini adalah tabel jumlah penghimpunan dana yang didapat BMT Al- Fath IKMI Tahun 2008-2009. Tabel 4.1 Penghimpunan Dana Dalam Jut aan Jenis Produk 2008 2009 Selisih Prosentase Kenaikan Wadiah 2.505,6 3.616,3 1.110,7 44.33 Pendidikan 114,4 151,1 36.7 32.10 Idul Fitri 24,1 62,6 38.5 159.75 Qurban 16,1 25,0 8.9 55.28 Haji 1,9 21,2 19.3 1.015,79 Tabah 3 Bulan 182 316,8 134.8 74.07 Tabah 6 Bulan 15.5 159,1 143.6 926.45 Tabah 12 Bulan 62.9 182,1 119.2 189.51 Sumber: laporan Tahunan BMT Al-Fath Tahun 2009 Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 itu menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT Al-Fath IKMI sangat tinggi, sehingga apabila BMT Al- Fath IKMI sudah di percaya masyarakat akan dapat meningkatkan peluang BMT Al- Fath IKMI dalam memperoleh dana pihak ketiga. B . Strategi BMT Al-Fath dalam memanfaatkan dana pihak ketiga. Pemanfaatan dana pihak ketiga merupakan salah satu dari tujuan yang dilakukan oleh BMT Al-Fath. Dana yang dihimpun dari mitra BMT Al-Fath harus segerah digunakan ke bidang usaha yang produktif agar BMT al-Fath terus bisa berkembang, selain itu adanya tuntutan bagi hasil dari dana – dana para mitra yang di titipkan ke BMT Al-Fath yang membuat BMT AL-Fath harus jeli dalam membaca peluang usaha. pembiayaan yang di lakukan oleh BMT Al-Fath di antaranya: 1 Pembiayaan Mudharabah Adalah Pembiayaan modal usaha dimana BMT Al-Fath menyediakan 100 modal yang dibutuhkan anggota. Selanjutnya bagi hasil dilakukan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama. 2 Pembiayaan Musyarakah Adalah Pembiayaan dalam bentuk kerjasama usaha. Anggota beserta BMT sepakat menyediakan modal sesuai proporsi 40;60,50;50…, pembagian hasil dilakukan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama berdasarkan pada proporsi pendapatan revenue sharing 3 Pembiayaan Murabahah Adalah Pembiayan dengan sistem jual beli. BMT menyediakan barang sesuai dengan permintaan anggota kemudian menjual kepada anggota dengan harga yang telah disepakati bersama untuk jangka waktu tertentu. 4 Pembiayaan Ijarah Adalah Pembiayan dengan sistem sewa. BMT menyediakan barang sesuai dengan permintaan anggota selanjutnya disewakan kepada anggota Setiap bualan, anggota mengangsur sesuai kesepakatan selama waktu yang juga disepakati, di akhir masa sewa, barang akan menjadi milik anggota sepenuhnya. 5 Pembiayaan Al-Qardh Adalah Suatu pinjaman kebajikan yang diberikan atas dasar kewajiban social semata dimana si peminjam tidak dibebani bagi hasil dan pengembalian hanya pokoknya saja dengan hanya dibebani biaya administrasi saja Akan tetapi dalam memanfaatkan dananya BMT Al-Fath lebih cenderung memanfaatkan dananya di sektor pembiayaan Murabahah, karena sektor ini dianggap paling produktif dalam mendapatkan keuntunga, itu semua dapat dilihat dari jumlah pembiayaan yang disalurkan BMT AL-Fath IKMI pada tahun 2009 terdiri dari: Tabel 4.2 Pennyaluran Dana Dalam Jutaan Jenis Pembiayaan 2009 Prosentase Murabahah 5.436 82.72 Mudharabah 26 0.40 Musyarakah 9,6 0.16 Ijarah 1.099 16.72 Total 6.572 100 Sumber: laporan Tahunan BMT Al-Fath Tahun 2009 Dari tabel 4.2 di atas dapat simpulakan bahwa pembiayaan murabahah paling diminati oleh nasabah dengan prosentase sebesar 82.72 , Ijarah sebesar 16 , Musyarakah 0.16 dan Mudharabah sebesar 0.4 Adapun syarat umum pengajuan pembiayaan adalah: 1 Memiliki identitas sah KTPSIM. 2 Mempunyai usaha atau karyawan atau professional. 3 Lama usaha minimal 3 bulan sedangkan karyawan selama 6 bulan, lokasi di wilayah Ciputat. 4 Jujur, amanah dan bertanggung jawab. 5 Mengisi formulir pengajuan pembiayaan. 6 Bersedia dilakukan survei ke tempat usaha atau ke tempat tinggal. Dalam memberikan pembiayaan BMT AL-Fath tidak begitu saja memberikan pembiayaan kepada nasabanya, akan tetapi dengan menetapkan syarat peminjam juga harus membuka rekening di BMT AL-Fath yang menjadi sumber dana. Selain itu BMT AL-Fath tetap akan melakukan analisis melalui prinsip 5 C, guna meminimalkan risiko bermasalahnya atau tidak kembalinya Pembiayaan. Kelima prinsip tersebut meliputi : 1. Character Keyakinan pihak BMT bahwa si peminjam mempunyai moral, watak, ataupun sifat-sifat pribadi yang positip dan koperatip dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dari kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. 2. Capacity Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan Pembiayaan dari BMT. Jadi jelaslah maksud dari penilaian terhadap capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. 3. Capital Penilaian terhadap jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh mitra BMT AL-Fath . Hal ini kelihatannya kontradiktip dengan tujuan Pembiayaan yang berfungsi sebagai penyedia dana. Namun memang demikianlah halnya dalam kaitan bisnis murni, semakin kaya seseorang ia akan dipercaya untuk memperoleh Pembiayaan. 4. Collateral Suatu penilaian terhadap barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur sebagai jaminan atas Pembiayaan yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengamanan apabila uasaha yang dibiayai dengan Pembiayaan tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi Pembiayaannya dari hasil usahanya yang normal. 5. Condition of economy Condition of economy yaitu adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi kondisi perekonomian pada suatu saat.

C. Peluang dan tantangan.

Peluang BMT dalam menjaring dana pihak ke tiga ini sangat terbuka lebar itu karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam dan lebih kurang 40 juta UKM yang perlu dilayani dalam pembiayaan permodalan untuk pengembangan usahanya. Di samping itu sistem bunga masih dalam perdebatan khilafiyah, banyak kaum muslim yang tidak menyimpan uangnya di perbankan karena tidak mau dengan sistem bunga. karena kedua alasan tersebutlah yang menjadikan peluang BMT Al- Fath dalam menjaring dana pihak ketiga sangat terbuka lebar. Sementara peluang dalam penyaluran pembiayaan bagi BMT Al-Fath juga terbuka lebar itu dikarenakan banyaknya usaha kecil menengah yang masih menggunakan jasa rentenir dalam memenuhi kebutuhan mereka baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk tambahan modal usaha, padahal sistem yang di gunakan para rentenir ini jelas-jelas merugikan masyarakat dengan tingginya tambahan yang di berikan oleh pihak rentenir kepada sipeminja, apalagi bunga yang di tetapkan bersifat berlipat-lipat apabila peminjam tidak mampu membayar tepat pada waktunya. Oleh karana itu BMT Al-Fath berusaha memanfaatkan kondisi tersebut untuk menjalankan tujuannya yaitu penyaluran pembiayaan dengan system syariah yang diharapkan masyarakat mau untuk beralih dalam melakukan pinjaman dari rentenir ke BMT Al-Fath. Tantangan yang dihadapi oleh BMT Al-fath yaitu Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sistem syariah BMT adalah kesiapan masyarakat dalam menerima dan memahaminya sebab masih ada masyarakat yang menganggap pola syariah identik dengan zakat-infak atau gratis sebab bernuansa keagamaan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kejujuran nasabah dalam memberi data keuangan atau keuntungannya setiap bulan dalam rangka menentukan bagi hasil keuntungan tersebut.Demi menghindari bagi hasil kadangkala seharusnya untung dilaporkan rugi sehingga dapat membuat BMT Al-Fath mendapat keuntungan yang tidak sebenarnya atau bahkan merugi. Selain itu pelayanan sangat cepat dan mudah para rentenir merupakan tantangan bagi BMT guna memenangkan persaingan. BMT merupakan alternatif sumber permodalan yang harus dikembangkan di tengah-tengah masyarakat muslim pada khususnya guna ketenangan berusaha bagi UKM pada umumnya. Untuk itu perlu langkah-langkah strategis untuk mencapai hal tersebut antara lain:

a. Perlu sosialisasi kepada ummat muslim oleh ustad atau petugas BMT Al-Fath

melalui majelis taklim atau pengajian secara intensif sehingga sistem bagi hasil benar-benar dipahami masyarakatditerima dan dipercaya masyarakat. b. Hendaknya setiap mesjid, para jamaahnya mampu membentuk BMT guna membiayai UKM yang merupakan jamaahnya sehingga fungsi masjid tidak hanya dibuat ibadah saja tapi berfungsi dalam melayani kepentingan ekonomi ummat.

c. BMT Al-Fath perlu melayani nasabah dengan meniru cara para rentenir

memberi pelayanan yaitu mendatangi para UKM di pasar-pasar tradisional dengan memakai identitas BMT Al-Fath yang jelas demi merebut hati para UKM. UKM dikelompok berdasarkan domisili dan diadakan pengajian dan majelis taklim antar nasabah sehingga kepentingan dunia dibarengi dengan kepentingan akhirat d. BMT Al-Fath dapat memanfaatkan lulusan madrasah, pondok pesantren, sarjana ekonomi syariah sebagai petugas lapangan atau salesman BMT sekaligus sebagai penceramah agama pada majelis taklim atau pengajian nasabah BMT. perkembangan BMT tergantung kepada masyarakat muslim pada khususnya, dengan merubah pola pikir dan tindakan nyata di lapangan dalam melayani kebutuhan UKM sehingga manfaat BMT dirasakan UKM dengan prinsip sederhana, mudah, murah dan cepat dan tepat.

D. Strategi SWOT

Dalam menghadapi persaingan usaha yang begitu keras BMT AL-Fath selalu berupaya menerapkan strategi baru dan baik guna terus dapat bersaing dengan para pesaingnya. BMT AL-Fath menerapkan strategi SWOT dalam menjalankan usahanya, strategi ini sangat penting dalam setiap usaha, karena strategi ini secara tidak langsung dapat memaksimalkan kekuatan Strengths dan peluang