Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Fath IKMI

19941995 setelah bank muamalat, dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat jadi masyarakat kurang begitu tahu menahu tentang BMT. Dalam kendala tersebut, strategi kita terdiri dari berbagai unsur seperti pegawai, guru, pedagang. Nah dari unsur pedagang inilah mereka mempunyai hubungan dengan teman-teman pedagang diantara pasar ciputat khususnya. 2 Sehingga ketika kami menawarkan program BMT ini tidak mengalami kesulitan kepada teman-teman pedagang. Nah dari situlah kita terus mengembangkan sosialisasi mereka kepada masyarakat dan dari mitra BMT yang sudah bergabung dengan BMT ikut tertular dari mulut ke mulut sehingga tersebar informasi BMT dan baru pada tahun 2000 keatas sudah mulai cukup bagus.

B. Visi, Misi dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI

BMT AL-FATH IKMI memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi : Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allah Subhanahu Wa Taala. Misi : Menerapkan prinsip-prinsip syariat dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa orang mampu kepada dhuafaa kurang mampu secara terpola dan berkesinambungan. 2 Profil BMT Al-Fath IKMI Fungsi : Menjalin Ukhuwah Islamiyah Persaudaraan Islam melalui pemungutan dan penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan menunjang pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhuafaa. Tujuan : 1. Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar daya saing anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui kegiatan pendukung lainnya. Budaya Kerja : a. Kerja ikhlas, Kerja Cerdas dan Kerja Keras b. Menjungjung tinggi sifat Amanah, Sidiq, Tabligh dan Fathonah c. Selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. d. Memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan professional. 2. Menjaukan massyarakat dari praktek yang non syari’ah,terutama dari para rentenir di mana keberadaannya yang makin merajalela akan tetapi sistem yang digunakan sangat merugian masyarakat.Dengan tambahan yang di tetepkan sangat tidak wajar maka rentenir selalu di katakan identik dengan riba,sedangkan riba sangat di larang dalam islam karena riba sering dikaitkan dengan al-bathil tertulis dalam Al-quran Surat An-Nisa : 29.                           Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“ Selain itu juga tertulis dalam surat Ali Imran:130               Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Q.S. Ali Imran: 130. Dan juga dalam surat Al Baqarah: 278-279.                                  