Tinjauan Hukum Islam tentang harta gono-gini
Menurut Ismuha, mestinya pembahasan harta bersama masuk dalam bab ru’bu muamalah tetapi secara khusus tidak dibicarakannya.
9
Hal tersebut dimungkinkan, karena pada umumnya pengarang kitab-kitab tersebut adalah
orang Arab, sedangkan adat Arab sendiri tidak mengenal mengenai harta gono- gini, tetapi disana dibicarakan mengenai masalah perkongsian yang dalam bahasa
Arab disebut syirkah atau syarikah. Oleh karena itu masalah pencaharian bersama suami isteri ini adalah
termasuk perkongsian atau syirkah, maka untuk mengetahui hukumnya, perlu kita membahas dahulu pengertian perkongsiaan atau syirkah dan macam-macam
perkongsian serta hukumnya menurut empat imam mazhab. Syirkah menurut bahasa adalah percampuran harta dengan harta lain
sehingga tidak dapat dibdakan lagi satu dari yang lain.
10
Sedangkan menurut istilah hukum Islam syirkah ialah adanya hak dua orang atau lebih terhadap
sesuatu. Adapun dasar hukum syirkah adalah hadis qudsi yang diriwayatkan Abu Daud dan hakim.
11
ص ﷲا لﻮﺳر لﺎ ﷲا ﻰﺿر ةﺮ ﺮه ﻰﺑا ﻦ .
م ﷲا لﺎ
نﺎ ادﺎﻓ ﺣﺎﺻ ﺎﻤهﺪﺣا ﻦ ﻢﻟﺎ ﻦﻴﻜ ﺮﺸﻟا ﻟﺎ ﺎ ا ﻰﻟﺎ ﺎﻤﻬ ﻴﺑ ﻦ ﺟﺮ
ﻢآﺎ ﻟا ﺻو دواد ﻮﺑا اور
9
Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Isteri di IndonesiaJakarta:Bulan Bintang, 1978, h. 8o.
10
Hasbi Ash. Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 46.
11
Asmuni A. Rahman, Qa’idah-Qa’idah Fiqih Qawa’idul Fiqhiyyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, h. 88.
Aritnya:”Dari abu hurrairah ra. Berkata Rasullullah saw bersabda: Allah SWT berfirman:”ku anggota dari orang yang bersyarikah selama keduanya
tidak berkhianat. Apabila salah seorang anggota syarikah ini mengkhianati temannya, maka aku keluar dari syarikah itu “riwayat
Abu Daud dan dishaihkan oleh Al-Hakim.
Dari hadis qudsi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perkongsian pada umumnya menurut hukum Islam bukan hanya sekedar boleh melainkan
lebih dari itu disukai sehingga penjelasan yang menganalogikan pembagian harta bersama sebagai bentuk syirkah kalau meruju pada hadist di atas maka hukumnya
boleh saja selama dalam perkongsian itu tidak ada tipu muslihat. Adapun macam dengan keuntungan dibagi sesuai dengan perjanjian yang
masing-masing mempunyai modal dan sama-sama bekerja menjalankan usaha perkongsian perkongsian antara dua orang atau lebih. Untuk lebih mengetahui dan
mecapai sasaran pembahasan, akan di dikemukakan definisi syirkah menurut para ulama serta macam-macamnya, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa syirkah
mana yang digolongkan kepada harta bersama. Adapun macam-macam syirkah menurut para ulama imam mazhab ada
lima antara lain: 1.
Syirkah Inan perkongsian terbatas
Yaitu perjanjian antara dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai modal dan sama-sama bekerja menjalankan usaha perkongsian dengan
keuntungan dibagi sesuai dengan perjanjian waktu perkongsian dibentuk, juga adanya saling tanggung jawab antara mereka. Mengenai macam syirkah ini
para ulama empat sependapat tentang bolehnya.
2.
Syirkah Mufawwadlah perkongsiaan tak terbatas
Yaitu perkongsiaan dua orang atau lebih untuk berniaga dengan modal dari para peserta dengan ketentuan bahwa masing-masing akan dapat keuntungan
dengan banyaknya modal dan masing-masing anggota perkongsian mberikan hak penuh kepada anggoata perkongsian untuk bertindak dalam rangka
menjalankan perkongsian seperti membeli atau menjual barang-baranag, hukum syirkah ini boleh menurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali tetapi
tidak menurut Syafei. Hanya beda antara tiga mazhab yaitu menurut mazhab Hanafi disyaratkan bahwa modal para peserta perkongsian harus sama banyak
sedangkan mazhab Hambali tidak mensyaratkan.
3.
Syirkah Abdan perkongsian tenaga
Yaitu beberapa orang tukang atau pekerja perkongsian melakukan pekerjaan dengan keuntungan dibagi menurut perjanjian. Hukum syirkah ini boleh
menurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Hambali, tetapi tidak boleh menurut mazhab Syafei. Hanya beda antara tiga mazhab yang membolehkan itu
bahawa mazhab Maliki mensyaratkan supaya pekerjaan yang mereka lakukan itu harus sejenis dan setempat sedangkan mazhab Hanfi, Hambali tidak
menyaratkan itu;
4.
Syirkah Wujuh perkongsian kepercayaan
Yaitu perkongsian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih tanpa modal melainkan mendapat kepercayaan orang untuk membeli barang-barang apa
saja dengan cara keridit, kemudian menjual lagi dengan medapat keuntungan dan keuntungan itu dibagi menurut perjanjiaan waktu perkongsian itu
dibentuk. Disepakati bolehnya kecuali mazhab Syafei.
5.
Syirkah Mudharabah perkongsian orang yang memiliki modal dan yang
tidak. Yaitu perkongsian yang diadakan antara orang yang mempunyai modal dan
orang yang tidak mempunyai modal untuk berusaha atau berdagang. Disepakati tentang bolehnya syirkah ini oleh mazhab Malikiyah dan
Hamabaliyah, karena terdapat syirkah dalam laba keuntungan, sedangkan mazhab Syaf’i dan Hanfiyah tidak menggolongkan ke dalam syirkah karena
pekerjaan ini tidak dinamakan syirkah.
12
Dari macam-macam syirkah serta adanya perbedaan pendapat dari para Imam madzhab dan melihat praktek gono-gini dalam masyarakat Indonesia dapat
disimpulkan bahwa harta gono-gini termasuk dalam syirkah abdan atau mufawadhah
. Praktek gono-gini dikatakan syirkah abdan karena kenyataan bahwa sebagian besar dari suami isteri dalam masyarakat Indonesia sama-sama bekerja
membanting tulang berusaha mendapatkan nafkah hidup keluarga sehari-hari dan sekedar harta simpanan untuk masa tua mereka, kalau keadaan memungkinkan
12
Ismail Muhamad, h. 294-295.
juga untuk meninggalkan kepada anak-anak mereka sesudah mereka meninggal dunia. Suami isteri di Indonesia sama-sama bekerja mencari nafkah hidup. Hanya
saja karena fisik isteri berbeda dengan fisik suami maka dalam pembagian pekerjaan disesuaikan dengan keadaan fisik mereka.
Selanjutnya dikatakan syirkah mufawadhah karena memang perkongsian suami isteri itu tidak terbatas. Apa saja yang mereka hasilkan selama dalam masa
perkawinan mereka termasuk harta bersama, kecuali yang mereka terima sebagai warisan atau pemberian khusus untuk salah seorang diantara mereka berdua.
13
Pada perkongsian gono-gini tidak ada penipuan, meskipun barangkali pada perkongsian tenaga dan syirkah mufawadlah terdapat kemungkinan terjadi
penipuan. Sebab perkongsian antara suami isteri, jauh berbeda sifatnya dengan perkongsian lain. Waktu dilakukan ijab qobul akad nikah, perkawinan itu
dimaksudkan untuk selamanya. Perkongsian suami isteri tidak hanya mengenai kebendaan tetapi juga meliputi jiwa dan keturunan.
14
Perkongsian yang menurut ulama tidak diperbolehkan yaitu yang mengandung penipuan. Dalam kaitannya dengan harta kekayaan disyari’atkan
peraturan mengenai muamalat. Karena harta bersama atau gono-gini hanya dikenal dalam masyarakat yang adatnya mengenal percampuran harta kekayaan
maka untuk menggali hukum mengenai harta bersama digunakan qaidah kulliyah
13
Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Isteri di IndonesiaJakarta:Bulan Bintang, 1978, h. 78-79
14
Ibid,. h. 102-103
tÉ µlÊÜ5ß4
¢É }GÅNÎÞX³s
}GËRÎÙ{µ «ÉoÝÎ5ß4´
ةﺮ ﻟا 2
: 233
Artinya: “Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut”
Dalam ayat itu Allah menyerahkan kepada urf penentuan jumlah sandang pangan yang wajib diberikan oleh ayah kepada isteri yang mempunyai anaknya.
Qaidah Al-‘Adatu Mukhakkamah dapat digunakan dengan syarat-syarat tertentu. 1.
Adat kebiasaan dapat diterima oleh perasaan sehat dan diakui oleh pendapat umum.
2. Berulang kali terjadi dan sudah umum dalam masyarakat.
3. Kebiasaan itu sudah berjalan atau sedang berjalan, tidak boleh adat yang
akan berlaku. 4.
Tidak ada persetujuan lain kedua belah pihak, yang berlainan dengan kebiasaan.
5. Tidak bertentangan dengan nash al-quran dan as-sunah.
16
Dapat dismipulkan bahwa dalam hukum Islam atau Qur’an tidak ada memerintahkan dan tidak pula melarang harta bersama itu dipisahkan atau
dipersatukan. Jadi, dalam hal ini hukum Qur’an memberi kesempatan kepada
16
Hasbi Ash. Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 477.
masyarakat manusia itu sendiri untuk mengaturnya. Apakah peraturan itu akan berlaku untuk seluruh masyarakat atau hanya sebagai perjanjian saja antara dua
orang bakal suami isteri sebelum diadakan perkawinan. Tentu saja isi dan maksud peraturan atau perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan Qur’an dan
Hadits.
17
Masalah harta bersama ini merupakan masalah Ijtihadiyah karena belum ada pada saat madzhab-madzhab terbentuk. Berbagai sikap dalam menghadapi
tantangan ini telah dilontarkan. Satu pihak berpegang pada tradisi dan penafsiran ulama mujtahid terdahulu, sedang pihak lain perpegang pada penafsiran lama
yang tidak cukup untuk menghadapi perubahan sosial yang ada sehingga masalah harta bersama ini perlu dibahas dalam KHI dan UU No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan agar umat Islam di Indonesia mempunyai pedoman fiqh yang seragam dan telah menjadi hukum positif yang wajib dipatuhi, sehingga terjadi
keseragaman dalam memutuskan perkara di Pengadilan. Pengadilan Agama dalam dalam menetapkan porsi harta bersama untuk
suami isteri menggunakan kebiasaan yang berlaku di lingkungan setempat atau yang disebut ketentuan adat yang membagi harta bersama dengan perbandingan
dua banding satu atau membagi dua harta bersama sehingga dari kebiasaan atau ketentuan adat tersebut terdapat penetapan yang membagi dua harta bersama.
17
Abdoerraoef, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum Sebuah Studi Perbandingan Jakarta: Bulan Bintang, 1986, h. 113.