Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern Terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani(Studi masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat)

(1)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI MODERN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTRAAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT PETANI

(Studi masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat)

SKRIPSI Diajukan Oleh :

TEGUH M BOANGMANALU 060901058

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAAR SERJANA

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2011


(2)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini di setujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Teguh Manahan Boangmanalu

NIM : 060901058

Departemen : Sosiologi

Judul : PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI MODERN

TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTRAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PETANI

(Studi Masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU

(Drs. Henry Sitorus, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si) NIP. 196602281990031001 NIP.196603181989032001

DEKAN FISIP

(Prof. Dr. Badaruddin, MSi) NIP. 196805251992031002


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan melihat sejauh mana Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Boangmanalu. Penelitian menggunakan teori-teori yang dianggap relevan seperti teori modernisasi, perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan metode uji uji t-test, yaitu untuk pengaruh penggunaan teknologi pertanian terhadap peningkatan kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 petani, Teknik penarikan sampel menggunakan secara random sampling secara undian. Pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik penelitian lapangan yakni penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara dimana peneliti mendampingi responden pada saat pengisisn kuesioner dan penelitian ke perpustakaan yakni menghimpun data dari buku-buku sebagai bahan rujukan yang sesuai dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tabel tunggal, tabel silang, dan analisis uji ttest.

Dari hasil penelitian ini diperoleh thitung = 6,121, jika thitung (6,121) > ttabel (1,960), berarti terima Ha. Dengan demikian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah penggunaan teknologi modern terhadap peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi petani di Desa Boangmannalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat. Untuk meningkatkan kesejahteraan para petani, diharapkan dukungan pemerintah daerah dalam penambahan jetor, dan frekuensi penyuluhan secara berkala. Selain itu, pengurus Kelompok Tani berperan aktif dengan memberikan kemudahan-kemudahan (penyewaanjetordengan biaya murah).


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tri Tunggal maha kudus, karena penyertaan-Nya dan begitu besar rahmat, kasih dan karunia Nya sehingga penulis dapat mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan juga menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar serjana (S-1) bagi mahasiswa/i Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara dengan judul Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani (Studi Masyarakat Petani Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat).

Skripsi ini Penulis persembahkan kepada Kedua orang tua penulis, Bapak Elkana Boangmanalu dan Ibu Resmilen Padang. Atas kasih sayang yang begitu besar, pengorbanan yang begitu tulus, dukungan yang tak henti-hentinya, semangat dan doa yang begitu suci dan tulus. Skripsi ini juga dipersembahkan kepada abang saya Hekdiianto Boangmanalu dan Appen Boangmanalu. Turang saya Senteria Boangmanalu, Resliana Boangmanalu dan adik saya Santo Boangmanalu. Skripsi ini juga dipersembahkan untuk keluarga besar K.Boangmanalu dan keluarga besar R. Padang dan juga mpung saya.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, kritikan, masukan, saran, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam moril dan materiil untuk menyelesaikan skripsi ini, dengan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada.


(5)

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih :

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M,Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Henry Sitorus. Msi selaku dosen pembimbing yang selalu menyediakan waktu dan memberikan bimbingan, saran serta sumbangan pemikiran dan ide-ide dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak, Ibu Dosen yang ada di FISIP USU, khususnya dosen saya yang mengajarkan mata kuliah Sosiologi atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

5. Kak Feni dan kak Betty selaku staf administrasi dan pendidikan untuk Departemen Sosiologi Fisip USU.

6. Kepada Bapak Kepala Desa dan seluruh pegawai Kepala Desa yang Memberikan izin bagi penulis dalam meneliti di Desa Boangmanalu.

7. Kepada Seluruh Informan yang telah memberikan waktu dengan baik menerima penulis dalam meneliti di Desa Boangmanalu.

8. Kepada ayahanda dan ibunda tercinta Elkana Boangmanalu dan Resmilen Padang yang selalu dan tak pernah putus memberi dorongan, dari yang bersifat material, mental, dan juga spiritual, juga selalu mendoakan kebaikan bagi saya dan memberikan dukungan dalam bentuk apapun demi kelancaran studi saya. 9. Kepada sahabat terdekat dan terbaik dalam hidup penulis Marini Silaen, special

thanks buat kamu karena telah memberikan semangat yang berarti dalam bentuk apapun dan selalu ada dalam suka duka penulis. Semoga apa yang kita cita-citakan tercapai dan direstui oleh Tuhan.Amin


(6)

10. Buat Puhun, Nantua, Namberu, Mamberu J. Berutu, abang Sepupu saya Pak Dama Boangmanalu, Pak Dewi Boangmanalu, Pak Anderson Boangmanalu, Trima kasih atas dorongannya yang setiap kesempatan selalu menanyakan kapan penulis wisuda. Trimakasih juga sedikit banyak membantu penulis dalam betntuk apapun itu.

11. Kepada kawan-kawan Departemen Sosiologi yang tak terlupakan kenangannya selama penulis masih tahap perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini yaitu (06), Irma ZuLfadli (06), Ryandiko (06), Prabu Tamba (06), Esha (06), Nalon Ginting(06) yang sangat membantu penulis saat ke lapangan, bang Fridolin (05) , Jefri (07), Andre (07) Evi (07) dan yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Trimakasih atas pertemanan kalian semua.

12. Kepada kawan-kawan Terbaikku di kost, Roy Simamora, vit zen Simamora, Berman Berutu, Jamalum Berutu, Suriyadi Tumangger, Hanafi Angkat, Bambang Boangmanalu Trimakasih atas dukungan dan motivasinya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih penuh dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Dengan kerendahan hati penulis selalu mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Medan, Maret 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

1.5 Kegunaan Penelitian... 9

1.6 Hipotesis Penelitian... 11

1.7 Definisi Konsep... 12

1.8 Definisi Operasional... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13

2.1 Revolusi Hijau... 13

2.2 Modernisasi dan Pembangunan... 19

2.2.2 Modernisasi Pertanian dan Perubahan Sosial Masyarakat... 18

2.2.2 Teori Modernisasi... 21

2.3 Teknologi... 24

2.3.1 Definisi Teknologi... 24

2.3.2 Faktor-faktor dalam Memilih Teknologi... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

3.1 Jenis Penelitian... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel ... 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Teknik Analisa Data... 28

3.6 Jadwal Kegiatan ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.2 Keadaan Penduduk... 32

4.2.1 Karakteristik penduduk berdasarkan suku bangsa. 32 4.2.2 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Umur ... 33

4.2.3 Karakteristfik Penduduk Berdasarkan Agama ... 34 4.2.4 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pendidikan . 35


(8)

4.2.5 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata

Pencaharian... 36

4.2.6 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Sarana Ibadah 38 4.2.7 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Sarana Pendidikan ... 38

4.2.8 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan... 39

4.3 Karakteristik Responden ... 40

4.4 Teknik Analisa Data... 43

4.4.1 Analisa Tabel Tunggal... 41

4.4.2 Tabulasi Silang Pendidikan Responden terhadap Penghasilan... 64

4.5 Uji Hipotesis... 65

BAB IV PENUTUP... 68

5.1 Kesimpulan... 68

5.2 Saran... 70 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 33

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasrkan Umur... 34

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasrkan Agama ... 35

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 36

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 37

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Ibadah ... 38

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Pendidikan ... 39

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan ... 40

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 41

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 41

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota ... 42

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 42

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 43

Tabel 4.14 Pengetahuan responden terhadap penggunaan teknologi modern 44 Tabel 4.15 Responden melakukan pengolahan lahan pertanian setiap tahun . 45 Tabel 4.16 Responden menggunakan irigasi dalam bertani ... 45

Tabel 4.17 Pengetahuan responden tentang manfaat benih unggul ... 46

Tabel 4.18 Sumber bibit unggul bersertifikat dari Kelompok Tani ... 47

Tabel 4.19 Pengetahuan responden tentang penggunaan pestisida berlebihan 47 Tabel 4.20 Tindakan responden menggunakan pestisida dengan memakai alat pelindung diri ... 48

Tabel 4.21 Pengetahuan responden tentang manfaat penggunaan pupuk... 49

Tabel 4.22 Pengetahuan responden tentang waktu pemupukan ... 49

Tabel 4.23 Sumber memperoleh pupuk dari Kelompok Tani ... 50

Tabel 4.24 Responden menggunakan jenis pupuk ... 51

Tabel 4.25 Responden menggunakanJetordalam pengolahan lahan ... 52

Tabel 4.26 Sistem penggunaanjetor... 52

Tabel 4.27 Responden memperolehjetordari Kelompok Tani ... 53

Tabel 4.28 Pengetahuan responden dalam menggunakanJetor ... 54

Tabel 4.29 Responden menggunakanJetorpada seluruh areal sawah ... 54

Tabel 4.30 Responden memperoleh penyuluhan dari Dinas Pertanian ... 55

Tabel 4.31 Responden memperoleh manfaat dari penyuluhan ... 56

Tabel 4.32 Dampak penggunaan teknologi pertanian bagi responden ... 46

Tabel 4.33 Responden memiliki luas lahan sawah ... 57

Tabel 4.34 Kepemilikan Lahan Pertanian ... 58

Tabel 4.35 Frekuensi panen dalam satu tahun ... 58

Tabel 4.36 Penghasilan responden sebelum menggunakan teknologi pertanian 59 Tabel 4.37 Penghasilan responden setelah menggunakan teknologi pertanian 60 Tabel 4.38 Responden memiliki pekerjaan selain bertani ... 61


(10)

Tabel 4.40 Tempat pelayanan kesehatan responden ... 62

Tabel 4.41 Kepemilikan rumah yang layak huni ... 63

Tabel 4.42 Kebutuhan biaya pendidikan anak ... 63

Tabel 4.43 Ketersediaan barang mewah ... 64

Tabel 4.44 Proporsi penghasilan setelah menggunakan teknologi pertanian .. 64

Tabel 4.45 Bentuk simpanan yang dimiliki responden ... 65

Tabel 4.46 Tabulasi silang pendidikan dengan penghasilan responden ... 66


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan melihat sejauh mana Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Boangmanalu. Penelitian menggunakan teori-teori yang dianggap relevan seperti teori modernisasi, perubahan sosial. Penelitian ini menggunakan metode uji uji t-test, yaitu untuk pengaruh penggunaan teknologi pertanian terhadap peningkatan kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 petani, Teknik penarikan sampel menggunakan secara random sampling secara undian. Pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik penelitian lapangan yakni penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara dimana peneliti mendampingi responden pada saat pengisisn kuesioner dan penelitian ke perpustakaan yakni menghimpun data dari buku-buku sebagai bahan rujukan yang sesuai dengan penelitian ini. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tabel tunggal, tabel silang, dan analisis uji ttest.

Dari hasil penelitian ini diperoleh thitung = 6,121, jika thitung (6,121) > ttabel (1,960), berarti terima Ha. Dengan demikian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sebelum dan sesudah penggunaan teknologi modern terhadap peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi petani di Desa Boangmannalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat. Untuk meningkatkan kesejahteraan para petani, diharapkan dukungan pemerintah daerah dalam penambahan jetor, dan frekuensi penyuluhan secara berkala. Selain itu, pengurus Kelompok Tani berperan aktif dengan memberikan kemudahan-kemudahan (penyewaanjetordengan biaya murah).


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara agraris yang memeiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai Negara agraris. Dengan sebagaian besar masyarakat bermukim di pedesaan dan bermata pencaharian di sektor pertanian. maka sumberdaya fisik utama yang paling penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan tersebut adalah tanah atau lahan pertanian salah satu fungsi utama sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Indonesia adalah melakukan berbagai macam kegiatan produksi terutama di sektor pertanian dengan orientasi hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik di tingkat desa itu sendiri maupun di tingkat lain yang lebih luas. Dengan demikian mudahlah di mengerti apabila sebagian besar warga masyarakat pedesaan melakukan kegiatan utamanya dalam kegiatan pengolahan dan pemanfaatan lahan pertanian (Tulus;2003).

Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi. pembangunan pertanian akan memperkuat dan menyumbang ekonomi secara menyeluruh. Oleh karena itu sektor pertanian perlu mendapat perhatian karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup pada sektor ini dan kontribusinya sangat tingi dalam pembentukan Pendapat Belanja Daerah (PBD), penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, penurunan kemiskinan, dan penyediaan bahan baku dalam sektor-sektor industri.


(13)

Untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila atau untuk mencapai masyarakat yang memiliki industri yang kuat harus di dasari dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh sehingga perekonomian nasional akan menjadi tangguh, dengan memperkuat sektor pertanian ini menunjukkan bahwa perekoniomian nasional berupaya untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat banyak dan ini watak ekonomi kerakyatan yang harus tercermin dalam keseluruhan kegiatan dan pelaksanaan ekonomi (Soekartawi,1999).

Kebijaksanaan pembangunan pertanian, berorientasi pada peningkatan produksi melalui penggunaan teknologi padat modal. Tujuan akhir yang diharapkan pemerintah adalah meningkatnya pangan dalam negeri melalui pencapaian swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan pangan terhadap negara luar. Untuk mencapai tujuan di atas, pelaksanaan pembangunan melalui progam-progamnya dilaksanakan dengan penerapan kebijaksanaan menyeluruh yang direncanakan dan disusun secaratop down.

Dalam hal ini pemerintah harus menyelesaikan kebijaksanaan pusat dengan kondisi wilayah setempat. Selain itu, untuk mempercepat pertumbuhan pertanian dilakukan pembangunan sub sektor dengan pendekatan yang berbeda tetapi sasaran sama. Tidak jarang unsur politis dan birokrasi turut bermain mewarnai pelaksanaan kebijakan pembangunan pertanian guna menyukseskan progam-progam nasional yang dilaksanakan di daerah. Konsepsi mengenai keberhasilan pencapaian kesejahteraan masyarakat diukur dari pertumbuhan ekonomi nasional.

Kesejahteraan masyarakat yang diukur dari pertumbuhan ekonomi nasional merupakan anggapan yang keliru. karena dalam perekonomiaan nasional,


(14)

kesejahteran sosial belum tentu tercapai. Selain itu, kesejahteraan sosial tidak dapat disamakan dengan kesejahteran ekonomi. komponen kesejahteraan sosial hanya dapat dicapai dengan perubahan struktur, keorganisasian, pertanian, dan budaya masyarakat pertanian setempat yang melatarbelakanginya. (http://repository.usu.ac.id/bitstream modernisasi dan perubahan sosial/ diakses 27 september 2010).

Di samping itu, penyehatan aspek sosio-budaya harus dipandang sebagai faktor penggerak utamanya. Kebijakan pembangunan pertanian dengan pola top down dengan orientasi produksi melalui penggunaan teknologi modern yang sangat teknis mekanistis, telah menimbulkan masalah-masalah dan perubahan-perubahan, baik pemerintah daerah yang mengimplementasikan kebijaksanaan pusat maupun masyarakat petani sebagai obyek dari pembangunan. Masalah masalah umum yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan pembangunan pertanian antara lain:

1. Menumbuhkan ketergantungan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan, sehingga sering tidak sesuai dengan kondisi wilayah dan sosial budaya masyarakat.

2. Menimbulkan ego sub sektoral dalam pelaksanaan progam-program pembangunan pertanian, karena lemahnya kordinasi dan integrasi antara sub sektor.

3. Merosotnya nilai-nilai tradisional dan norma-norma kekeluargaan yang saling membutuhkan dan ketergantungan yang hidup di pedesaan.

4. Melahirkan ketergantungan petani terhadap pemerintah dalam pembangunan, sebagai akibat pendekatan pelaksanaan program melalui bantuan subsidi.


(15)

Selain faktor-faktor eksternal, modernisasi pembangunan pertanian yang telah diuraikan di atas mengakibatkan perubahan sosial dalam masyarakat (dalam arti negatif). Tidak sedikit pula faktor-faktor internal yang ikut mempengaruhi proses pembangunan dan modernisasi pertanian. menguraikan beberapa karakteristik mental manusia Indonesia yang merupakan penghambat pembangunan dan proses modernisasi, antara lain:

1. Pandangan terhadap sesama lebih didasarkan pada prinsip gotong royong lebih baik, tetapi apabila keberhasilan seseorang dianggap sombong atau meremehkan mutu, selain itu munculnya sikap konformisme.

2. Pandangan hidup yang berorentasi pada waktu masa lalu.

3. Mentalitas yang suka menerbas, atau mentalitas mencari jalan pintas. Mentalitas muncul menerbas akibat dari mentalitas meremehkan mutu.

4. Tidak percaya pada diri sendiri, dan

5. Orientasi nilai budaya yang terlampau mementingkan konsep ketergantungan pada atasan atau kepada sesama manusia dalam melakukan segala sesuatu (Koentjaraningrat 1985:37-49).

Modernisasi di bidang pertanian di Indonesia ditandai dengan perubahan yang mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain dalam pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, penggunaan sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu panen. Pengenalan terhadap pola yang baru dilakukan dengan pembenahan terhadap kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti, kelompok Tani, KUD, PPL dan sebagainya.


(16)

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatra Utara. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km terdiri dari 8 kecamatan, yakni Kecamatan Salak, Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe, Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Pergeteng-geteng Sengkut, Kecamatan Siempat Rube, dan Kecamatan Tinada. Berdasarkan keadaan alam dan tepografi Kabupaten Pakpak Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil pendapatan rumah tangga Sensus pertama 2008, terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat. Mencakup kegiatan bertani dan berkebun. Dari sejumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan horikultura (BPS. Kab. Pakpak Bharat Dalam Angka, 2008).

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Agustus 2010 di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Lae Tarondi, Sosor, Kuta Payung, Kuta Tengah dan Amborgang. Selanjunya data penduduk 2889 jiwa dengan jumlah 467 kepala keluarga. Mata pencarian masyarakat terbanyak sebagai petani 382 KK, pegawai/ABRI 33 jiwa, wiraswasta 41 orang dan peternak 11 orang. Untuk memenuhi kebutuhan para petani, Desa Moangmanalu memiliki 4 kelompok tani yaitu Sabahta, Mbrasmo Page, Tani Maju dan Sada Kata.

Berbicara tentang teknologi pertanian yang diterapkan oleh penduduk Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan dan cara-cara lama yang sudah menjadi pegangan mereka ketika mengerjakan sawahnya. Kebiasaan cara-cara lama tersebut seperti dalam hal


(17)

mencangkul, membersihkan rumput ataupun menuai padi. Secara umum tingkat pendapatan penduduk desa ini memang hanya cukup sekedar untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari saja. Mereka belum mampu untuk hidup seperti layaknya orang-orang di perkotaan. Dengan kehidupan yang sekarang dijalani saja sudah merasa bersyukur, sekalipun hati mereka sebenarnya ada keinginan untuk hidup layak sebagaimana kehidupan orang di kota. Kehidupan yang demikian ini sangat erat kaitannya dengan teknologi pertanian yang diterapkan dalam pengolahan pertanian. mereka mempunyai keinginan untuk menggunakan teknologi pertanian yang modern yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahtraan ekonomi masyarakat petani. Kebiasaan dan cara-cara lama seperti disebutkan diatas menyebapkan ada hambatan didalam penerapan teknologi pertanian.

Penggunaan jetor dalam mengolah tanah, maupun penanaman bibit unggul serta penggunaan pupuk sekarang ini sudah bukan merupakan hal yang baru bagi penduduk Desa Boangmanalu perubahan ini berjalan mulai tahun 2007. Sebelumnya penduduk Desa Boangmanalu dalam mengerjakan sawahnya masih menggunakan cara-cara lama yang tradisional baik dalam hal peralatan maupun penggunaan tenaga kerjanya.

Sebelum masyarakat Desa Boangmanalu mengenal jetor sebagai alat untuk smengolah tanah pertanian sawah, pekerjaan awal tersebut kerjakan oleh tenaga manusia. Mereka mengerjakan atau mengolah tanah persawahan dengan gotong-royong atau dengan istilah abin-abin/rimpah-rimpah. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan pekerjaan pengolahan tanah antara pemilik sawah yang satu dengan yang lain diadakan musyawarah agar dalam pekerjaan mengolah sawah tersebut dapat dilakukan secara bergiliran. Hal ini menyangkut masalah tenaga kerja.


(18)

Pekerjaan mengolah tanah dapat dilaksanakan apabila disepakati oleh masyarakat. Mengenai banyaknya jumlah tenaga kerja yang akan dipergunakan, tergantung kepada sempit luasnya tanah yang akan digarap. Kalau seorang penduduk memiliki tanah yang luas, maka penggunaan tenaga kerja juga akan besar. Sebaliknya bagi mereka yang tanahnya sempit tentunya jumlah tenaga kerjanya juga sedikit. Untuk mengolah sawah mereka masih menggunakan peralatan tradisional, yaitu cangkul dan sabit. Peralatan tersebut pada umumnya dimiliki setiap kepala keluarga petani. Dengan peralatan itu mereka bekerja di sawah atau di kebun.

Masa panen merupakan suatu kebahagian bagi setiap petani karena pada kesempatan ini para petani tangah menantikan hasil panen yang melimpah. Jika hasil panen yang berlimpah, rasa leleh pada waktu mengolah, menanam sampai panen sirna. Kebahagiaan yang demikian dirasakan oleh petani di Desa Boangmanalu. Masa panen biasanya dilakukan apabila umur padi telah mencapai enam bulan. Musim panen di Desa Boangmanalu ini Setahun dua kali. Pemotongan padi di sawah secara umum masyarakat Desa Boangmanalu menggunakan sabit. Sebelum Desa Boangmanalu menggunakan mesin penggiling padi dalam memproses padi menjadi beras, para petani menggunakan cara tradisional yang pada dasarnya dikenal oleh seluruh masyrakat.

Untuk memperoleh hasil beras mulai dari padi menjadi beras, mula-mula padi dilepas dari tangkainya dengan cara diinjak-injak dengan kaki dan dengan cara memukul ke sebuah bambu yang telah dirancang yang biasanya disebut maspas. Selanjutnya apabila mereka membutuhkan beras untuk makan mereka harus mengolahnya lagi yaitu dengan menumbuknya. Alat untuk menumbuk padi tersebut


(19)

lesung dengan alat penumbuknya disebut alu. Lesung adalah sebatang kayu bulat panjang yang di lubangi ditengahnya sebagai tempat menumbuk padi sedangkan alu adalah kayu berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih dua setengah meter. Pada saat sekarang cara-cara tradisional tersebut tidak seluruhnya dikerjakan oleh masyarakat, karena ketersediaan teknologi baru yaitu mesin penggiling padi.

Sebagaimana hasil penelitian Santoso, dkk (2005) menjelaskan analisis usaha tani sawah dengan benih sertifikasi dan non sertifikasi di Desa Karang Sari Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon bahwa rata-rata pendapatan per ha usaha tani padi yang menggunakan benih sertifikasi dan non sertifikasi berbeda nyata. Usaha tani padi yang menggunakan benih sertifikasi Rp. 1.186.558 dan tidak menggunakan benih sertifikasi Rp. 940.545 dengan selisih Rp. 246.013.

Mengacu hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan produksi padi dengan menggunakan alat pertanian yang modern (benih sertifikasi) yang merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan atau kesejaheraan petani.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Pengaruh Penggunaan Teknologi Modern terhadap Peningkatan Kesejahtraan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :


(20)

2. Untuk mengetahui kondisi kesejahtraan sosial ekonomi petani Desa Boangmanalu sebelum menggunakan teknologi

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan teknologi pertanian terhadap peningkatan kesejahtraan sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah

1. Sebagai data yang mendeskripsikan berbagai pengaruh penggunaan teknologi pertanian di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat serta untuk strategi pembangunan masyarakat pertanian yang aplikatif. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan studi dan kegiatan

yang berkaitan dengan penelitian yang berfokus terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat pertanian.

1.5. Kerangka Teori

Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas serta perubahan-perubahan yang lambat sekali, dan ada juga yang berjalan dengan cepat. Pada masyarakat desa, proses perubahan sosial tidak dirasakan dan tidak mencolok. Perubahan sosial dapat dilihat dari berbagai pendekatan evolisioner melihat perubahan sosial merupakan suatu proses dari masyarakat tradisional menuju ke


(21)

masyarakat modern. Teori pembangunan yang diutarakan oleh Rostow pun dianggap merupakan bagian dari perubahan sosial yang bersifat evolisioner (Ibrahim, 2003: 123).

Pendapat lain dinyatakan oleh Wilbert Moore yang mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Selanjutnya Selosemarjan menambahkan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat termasuk didalamnya nilai, nilai sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok didalam masyarakat.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, susunan lembaga kemasyarakatan, status dan peran, lapisan, lapisan masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial dan lain sebagainya. Pada dewasa ini proses-proses perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu antara lain :

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena masyarakat mengalami perubahan yang terjdi secara lambat atau secara cepat

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyrakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya menyebabkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada didalam proses penyusaian diri

4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang pada kebendaan atau bidang sepritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.


(22)

Pada dasarnya perubahan sosial dalam suatu masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal (dari dalam masyarakat) dan faktor eksternal (dari luar masyarakat). Faktor internal mencakup faktor manifest (disengaja), faktor internal laten (tidak disengaja dan merupakan potensi yang selalu ada dalam setiap masyarakat), dan faktor perubahan kependudukan. Faktor internal manifes juga masih terbagi menjadi dua yaitu tingkat kolektif (dilakukan bersama oleh aggota-anggota masyarakat) dan tingkat individu (hanya dilakukan oleh individu-individu tertentu). Beberapa faktor internal yang dapat menyebabkan perubahan sosial antara lain: penemuan baru bisa berupa inovasi. Inovasi merupakan penemuan baru yang diciptakan berdasarkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah ada, Gerakan sosial, suatu usaha kolektif yang terus menerus untuk meningkatkan suatu perbaikan dalam suatu masyarakat atau kelompok dimana mereka berada (Ibrahim, 2003; 129).

1.6. Hipotesis Penelitian

Hopotesis adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang dapat diterima sebagai kebenaran bilamana diuji ternyata fakta-fakta atau kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut. Dalam penelitian ini hipotesis adalah : Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan teknologi modern terhadap peningkatan

kesejahtraan sosial ekonomi petani di Desa Boangmannalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Ha : Ada pengaruh penggunaan teknologi modern terhadap peningkatan kesejahtraan sosial ekonomi petani di Desa Boangmannalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat.


(23)

1.7. Definisi Konsep

Definisi konsep adalah abstrak mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas generalisasi dari sejumlah karakter, kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu. Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi. Dalam hal ini akibat yang ditimbulkan oleh modernisasi teknologi agraris terhadap kesejahteraan sosial ekonomi petani

2. Pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan.

3. Modernisasi pertanian adalah suatu perubahan pengelolaan usaha tani dari tradisional ke pertanian yang lebih maju dengan penggunaan teknologi-teknologi baru.

4. Kesejahtraan sosial adalah sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan.

5. Teknologi adalah suatu peroses perubahan, pembentukan, pengadaan, perbaikan dan penyempurnaan yang terarah dari sistim tradisional menuju pemakaian mesin-mesin atas dasar penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru.

1.8. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Variabel-variabel penelitian terdiri dari variabel


(24)

bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu nilai tertentu yang dapat mengubah nilai-nilai lainnya atau variabel yang memberikan pengaruh kepada variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel terpengaruh yang hanya muncul sebagai akibat adanya variabel bebas (Singarimbun, 1989;46).

1. Variabel bebas (X) penggunaan teknologi pertanian, yang diukur dengan indikator berupa

a. Pengetahuan

b. Metode produksi dan pemeliharaan saat ini

 Mekanisasi alat pertanian

 Pemeliharaan bahan-bahan pendukung : pupuk dan pestisida c. Waktu produksi

2. Variabel terikat (Y) yaitu kesejahtraan sosial ekonomi petani Desa Boangmananalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, yang diukur dengan indikator :

a. Tingkat produksi b. Tingkatan pendapatan

c. Tingkat pemenuhan kebutuhan rumah tangga : pangan, sandang, perumahan, kesehatan.

d. Investasi

 Pendidikan

 Tabungan


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Revolusi Hijau

Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang. Keadaan tersebut harus diiringi/didukung oleh peningkatan kebutuhan akan pangan. menurut apa yang dinyatakan Thomas Robert Malthus, bahwa perkembangan manusia akan selalu lebih cepat dibandingkan dengen kecepatan produksi bahan makanan. Oleh karena itu, kata Maltus, pada suatu waktu akan tiba saatnya, manusia kekurangan bahan makanan, jika tidak diimbangi oleh kemampuan mengatasinya. Kemampuan sumber daya alam sebagai penghasil pangan adalah sangat terbatas. Untuk itu perlu diupayakan pengembangan sumber daya alam yang pada akhirnya ditujukan bagi pengembangan produksi pangan.

Secara harafiah Revolusi Hijau (Green Revolution) adalah perubahan secara cepat dalam memproduksi bahan makanan. Asumsinya berangkat dari hipotesa produksi bahan makanan tidak akan mencukupi yang dibutuhkan manusia jika hanya mengandalkan cara berproduksi tradisional.

Revolusi hijau merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Peningkatan tersebut dengan cara mengubah dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern, yakni pertanian dengan memanfaatkan atau menggunakan teknologi lebih maju dari waktu sebelumnya. Jadi revolusi hijau terletak pada pemanfaatan hasil penemuan teknologi up to date.

Revolusi hijau dikenal juga sebagai Revolusi Agraria. Dengan Revolusi ini para petani ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada


(26)

cuaca dan alam karena meningkatnya peran ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Jenis bahan makanan yang mendapat prioritas adalah jenis bahan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia, seperti gandum, jagung dan padi.

Terdapat dua metode untuk meningkatkan produksi bahan makanan, yakni metode ekstensifikasi dan intensifikasi. Metode Ekstensifikasi dilakukan dengan cara memperluas lahan pertanian dalam meningkatkan produksi bahan makanan. Denga metode ini maka akan dibuka lahan-lahan baru untuk ditanami, seperti dengan membuka hutan, mengubah lahan tandus menjadi lahan produktif. Sedangkan metode Intensifikasi adalah dengan cara meng-intensif-kan lahan pertanian yang ada, supaya produktivitas lahan terus meningkat. Metode yang kedua ini dengan cara menggunakan :

1. Bibit unggul

2. Memakai pupuk kimia / buatan 3. Saluran irigasi yang baik.

4. Pengobatan atau pemakaian pestisida, insektisida dan fungisida. 5. Kegiatan penyuluhan pertanian.

6. Lancarnya transportasi dan komunikasi. 7. Kegiatan pemasaran yang baik.

Ciri-ciri Revolusi Hijau :

1. Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau istilah lainnya MONOKULTUR. Teknik ini dilakukan dikarenakan perhitungan pragmatis, bahwa jika tanaman yang sama, maka kebutuhan akan obat dan pupuk juga akan sama. Jadi mempermudah merawatnya


(27)

2. Penggunaan bibit yang unggul yang tahan terhadap penyalkit tertentu dan juga hanya cocok ditanam dilahan tertentu. Kemajuan teknologi dengan teknik kultur jaringan, memungkinkan memperoleh varietas tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Dan dengan penelitian terus menerus, maka semakin hari umur tanaman makin pendek.

3. Pemanfaatan teknologi maju, misalnya bajak oleh binatang yang digantikan oleh mesin jetor. Dampaknya adalah semakin hemat tenaga kerja, tetapi akan memerlukan modal yang besar.

Revolusi hijau di Indonesia dilakukan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi dengan perluasan areal, seperti membuka hutan untuk lahan pertanian baru. Terbatasnya areal menyebabkan pengembangan lebih banyak pada intensifikasi. Intensifikasi dilakukan melalui Panca Usaha Tani, yaitu:

1. Teknik pengolahan lahan pertanian 2. Pengaturan irigasi

3. Pemupukan

4. Pemberantasan hama 5. Penggunaan bibit unggul

Pada tahun 70-an dikenal dengan Revolusi Hijau Indonesia, yaitu Bimas. Penguasa pun mati-matian berusaha mensukseskan program. Ada program subsidi terhadap pupuk, kredit pertanian, penetapan harga dasar gabah, diberdirikannya Bulog, pembangunan irigasi dari pinjaman luar negeri, penanaman bibit yang seragam, hingga penyuluhan.

Setelah Bimas dianggap gagal memacu pertumbuhan di sektor pertanian tanaman pangan, pemerintah memperkenalkan Inmas. Dengan tambahan program


(28)

penanggulangan hama dan penyakit tanaman dalam Inmas, sebenarnya Inmas ini tidak jauh berbeda dengan Bimas.

Jika dilihat dari paradigma yang dipakai = pertumbuhan ekonomi, maka pelaksanaan Bimas maupun Inmas bisa dikatakan berhasil. Di tahun 80-an produktivitas pertanian padi meningkat mencapai dua kali lipat dibanding tahun 60-an. Bahkan pada tahun 1985, Indonesia bisa mewujudkan swasembada beras selama empat tahun. Setelah itu negeri ini kembali menjadi pengimpor beras terbesar hingga saat ini.

Namun keberhasilan tersebut bukan tanpa resiko. Pengorbanan untuk sebuah "swasembada" sangat mahal. Keinginan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi telah membuat penguasa bertindak sangat kejam terhadap masyarakat lemah. Di satu sisi harus diakui bahwa Bimas dan Inmas sebagai bentuk Revolusi Hijau di Indonesia telah melepaskan petani dari pertanian tradisional. Namun itu tidak berarti telah mensejahterakan petani.

Petani yang memiliki lahan luas program Inmas dan Bimas memang dapat meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi bagi petani gurem (mayoritas petani), program-program tersebut justru telah menjerat ke dalam ketergantungan yang semakin dalam yang pada akhirnya memperpanjang proses pemiskinan. Dengan paket yang ada dalam Bimas maupun Inmas, petani harus mengikuti pola produksi yang telah ditetapkan. Pupuk kimia, pola tanam yang seragam, penggunaan bibit yang terkadang dengan merk tertentu, dan biasanya dibuat oleh pabrik tertentu, serta pestisida atau obat-obat pertanian lainnya yang juga telah distandarkan. Semua itu membuat petani tergantung pada industri bibit, pupuk dan pestisida kepada produsen tertentu.


(29)

Keragaman bibit lokal yang dimiliki petani secara turun temurun selama ini, kini telah beralih tangan. Hal ini menjadi dilema, sebab keragaman bibit lokal yang dimiliki petani secara turun temurun, kini telah beralih tangan. Saat ini bibit padi lokal yang masih tersisa di Indonesia sekitar 25 jenis. Sebelum Revolusi Hijau, kita memiliki hampir 10.000 macam jenis bibit padi lokal. Semuanya tersimpan dalam IRRI (International Rice Research Institute) di Filipina dan menjadi milik AS.

Kearifan petanipun telah beralih fungsi menjadi penyeragaman. Kemandirian digantikan dengan ketergantungan. Keseimbangan lingkungan dan sosial terganggu akibat penggunaan bahan-bahan kimia non organik tinggi seperti pupuk buatan, insektisida, pestisida, fungisida dan herbisida. Demi mengejar pertumbuhan tadi, pemakaian bahan-bahan kimia tadi dilevel petani dipergunakan secara serampangan. Berpuluh-puluh tahun petani hanya mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh penguasa melalui penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan penyuluh pertanian spesial (PPS). Petani hanya menjadi pelaksana program ditanahnya sendiri.

Kepemimpinan lokal yang biasa tumbuh diantara petani pelan tapi pasti akhirnya termusnahkan. Begitu pula proses belajar mengajar di antara mereka. Struktur organisasi tradisional dirusak dan dibuat seragam. Dibentuk dari atas secara sentralistik dan bukan lahir atas kesadaran sendiri dan sesuai kebutuhan mereka. Berpuluh tahun petani menjadi kelompok masyarakat bisu yang hanya bisa mendengar tetapi tidak bisa bersuara. Situasi itu berlangsung hingga saat ini. Petani selalu dalam posisi paling pinggir dan dipinggirkan. Bahkan untuk meminta pemerintah memenuhi janjinya yang dinyatakan sendiri dalam Instruksi Presiden tentang harga dasar gabah saja petani tidak mampu.


(30)

Tidak hanya itu, paket Revolusi Hijau yg menggunakan teknologi dan sarana produksi dari negara barat pada dasarnya mengabaikan keberadaan perempuan disektor pertanian. Diperkenalkannya bibit baru telah meniadakan peran perempuan sebagai penyeleksi benih di usaha tani keluarganya. Begitu pula saat panen. Tidak lagi dilakukan dengan ani-ani tetapi dengan sabit. Peran perempuan dengan sendirinya telah digantikan. Juga dalam proses-proses pasca panen selanjutnya.

2.2. Modernisasi dan Pembangunan

Modernisasi maupun pembangunan merupakan perubahan sosial yang direncanakan namun sesungguhnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Modernisasi diartikan perubahan dari kehidupan bersama yang tradisional dalam arti teknologi (material dan organisasi sosial) kearah kehidupan bersama yang modern. Modernisasi adalah proses perombakan pola pikir dan tata kerja yang tidak akhliyah menggantinya dengan pola pikir dan tata kerja baru yang akhliyah rasional.

Pengertian modernisasi ditangkap beraneka ragam pola pikir masyarakat. Ada yang menganggap modernisasi sama dengan westernisasi. Penganut ini beranggapan bahwa teknologi dan nilai-nilai barat diterima tanpa mempersoalkan kondisi masyarakat setempat (modernisasi merupakan ekspensi budaya). Kelompok yang kedua menganggap modernisasi sama dengan pembangunan. Modernisasi dan pembangunan disini berorientasi pada penerapan teknologi yang diadopsi akan tersalur ke lapisan masyarakat bawah (Ibrahim 2003:138).

2.2.1. Modernisasi Pertanian dan Perubahan Sosial Masyarakat

Modernisasi pertanian adalah suatu perubahan pengelolaan usaha tani dari tradisional ke pertanian yang lebih maju dengan penggunaan teknologi-teknologi


(31)

baru. Modernisasi dapat diartikan sebagai transformasi yaitu perubahan. Dalam arti yang lebih luas transformasi tidak hanya mencakup perubahan yang terjadi pada bentuk luar, namun pada hakekatnya meliputi bentuk dasar, fungsi, struktur, atau karakteristik suatu kegiatan usaha ekonomi masyarakat. Modernisasi dapat diartikan sebagai bentuk, ciri, struktur dan kemampuan system kegiatan agribisnis dalam menggairahkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pelakunya (Pranadji, 2000: 38).

Modernisasi suatu masyarakat adalah suatu proses transformasi, yaitu suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek aspeknya. Perubahan sosial adalah terjadinya perbedaan dalam aspek kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu. Aspek-aspek kehidupan masyarakat itu telah disistematiskan pada stuktur proses sosial. Dimana perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada struktur (kebudayan dan kelembagaan) pada pola proses sosial.

Menurut Parson dalam Rusidi (2000), dinamika masyarakat berhubungan dengan perubahan masyarakat. Kemudian terdapat beberapa unsur yang berinteraksi satu sama lain. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Orientasi manusia terhadap situasi yang melibatkan orang lain. 2. Pelaku yang mengadakan kegiatan dalam masyarakat.

3. Kegiatan sebagai hasil orientasi dan pengolahan pemikiran pelaku tentang bagaimana mencapai cita-cita.

4. Lambang dan sistem perlambangan yang mewujudkan komunikasi dalam mencapai tujuan. Sehubungan dengan itu sistem sosial merupakan hasil individu, yang terjadi dalam lingkungan fisik dan sosial (Rusidi, 2000 : 41).


(32)

2.2.2. Teori Modernisasi

Teori pembagian kerja secara internasional, yang didasarkan pada teori keuntungan komparatif yang dimiliki oleh setiap negara, mengakibatkan terjadinya spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang mereka miliki. Oleh karena itu, secara umum di dunia ini terdapat dua kelompok negara: pertama, negara yang memproduksi hasil pertanian dan yang kedua adalah negara yang memproduksi barang industri. Antara kedua ke lompok negara ini terjadi hubungan dagang, dan keduanya, saling diuntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, terlihat bahwa negara-negara pertanian semakin tertinggal. Neraca perdagangan antara kedua jenis negara ini selalu menguntungkan negara-negara yang mengkhususkan diri pada produksi barang industri (Budiman, 2000;17-18).

Rostow adalah seorang ahli ekonomi, tetapi perhatiannya tidak terbatas pada masalah ekonomi dalam arti sempit. Perhatiannya meluas sampai pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow pembangunan merupakan peroses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang kemasyarakat yang maju. Proses ini dengan berbagai variasinya, pada dasarnya berlangsung sama, dimanapun dan kapanpun juga. Variasi yang ada bukanlah merupakan perubahan yang mendasar, melainkan hanya berlangsung dipermukaan saja. Rostow membagi proses pembangunan ini menjadi lima tahap yaitu:

1. Masyarakat tradisional

Ilmu pengetahuan pada masyarakat masih belum banyak dikuasai. Karena itu, masyarakat semacam masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan diluar kekeuasaan manusia. Manusia dengan


(33)

tunduk kepada alam, belum bisa menguasai alam. Akibatnya, produksi masih sangat terbatas, masyarakat ini cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi.

2. Prakondisi untuk lepas landas

Masyarakat tradisional, meskipun sangat lambat, terus bergerak. Pada suatu titik, dia mencapai posisi prakondisi untuk lepas landas. Biasanya, keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat yang sudah maju. Perubahan ini tidak datang karena faktor-faktor internal masyarakat tersebut, karena pada dasarny masyarakat tradisional tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri. Campur tangan dari luar ini menggoncangkan masyarakat tradisional, dimana di dalamnya mulai berkembang ide pembaharuan.

3. Lepas landas

Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan merupakan sesuatu yang berjalan wajar, tanpa adanya hambatan yang berarti seperti ketika pada periode prakondisi untuk lepas landas. Pada periode ini, tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10% dari pendapatan nasional atau lebih. Juga, industri-industri baru mulai berkembang dengan sangat pesat. Keuntungannya sebagai besar ditanamkan kembali ke pabrik yang baru. Dengan demikian sektor modern dari perekonomian jadi berkembang.


(34)

4. Bergerak kedewasaan

Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut. Antara 10% sampai 20% dari pendapatan nasional selalu diinvestasikan kembali, supaya bisa mengatasi persoalan pertambahan penduduk.

5. Zaman konsumsi massal yang tinggi

Kenaikan pendapatan masyarakat menyebabkan konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri juga berubah, dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada priode ini, investasi untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Sesudah taraf kedewasan dicapai, surplus ekonomi akibat proses politik yang terjadi dialokasikan untuk kesejahtaan sosial dan penambahan dana sosial. Pada titik ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus, seperti teori-teori modernisasi lainnya, didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Titik terpenting dalam gerak kemajuan dari masyarakat yang satu ke yang lainnya adalah periode lepas landas (Budiman, 2000:25).


(35)

2.3. Teknologi

2.3.1. Definisi Teknologi

Teknologi adalah merupakan aplikasi ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah manusia atau merupakan sekumpulan proses, peralatan, metode, prosedur dan perkakas yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa.

Ada 3 (tiga) tingkatan teknologi ditinjau dari atas dasar keterlibatan manusia di dalam menjalankan suatu teknologi yaitu :

a. Pekerjaan tangan (hand made) dimana manusia merupakan sumber tenaga dan pengendali bagi alat-alat yang digunakan, di tandai dengan karyawan bekerja secara manual namun memiliki dampak lingkungan minimal.

b. Bekerja mesin (machine made), dimana mesin menyediakan tenaga, tetapi manusia masih menggerakkan dan mengendalikannya dengan tingkat keterlibatan yang tinggi.

c. Proses otomatisasi, mesin merupakan sumber tenaga sepenuhnya manusia sebagai pengawas dan pengendali.

2.3.2. Faktor-faktor dalam Memilih Teknologi

Dalam menentukan jenis teknologi yang baik dalam dunia usaha hendaknya teknologi yang akan dipakai memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan baku yang digunakan. b. Keberhasilan pengguna jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki

modernisasi yang terjadi pada sektor pertanian adalah tersosialisasikannya (diterapkannya) unsur-unsur teknologi baru (modern) kepada masyarakat berbudaya tradisional.


(36)

Penerapan teknologi hendaknya menyadari perlunya sifat responsive dan dinamik dari usaha yang di tempuh. Responsive dan dinamis disini adalah bahwa bentuk usaha yang ditempuh haruslah mempunyai pengetahuan tentang:

a. Derajat sifat tanggap masyarakat terhadap perubahan-perubahan dalam kehidupannya.

b. Kendala teknis teknologi yang akan digunakan di dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang akan mengguanakannya.

c. Kelayakan ekonomik teknologi yang hendak difungsikan dalam lingkungan kehidupan masyarakat yang akan menggunakannya (Prisma, 1995: 54).


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Setiap penyusunan karya ilmiah selalu memerlukan metode penelitian, dimana metode merupakan suatu cara tahapan ataupun aturan yang digunakan sebagai suatu pedoman dalam penulisan suatu karangan atau karya ilmiah lainnya. Adapun jenis penelitiaan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi Eksplanasi. Studi Eksplanasi adalah penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Sugiyono, 2009: 19).

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena Desa Boangmanalu merupakan salah satu desa yang menggantungkan kehidupan sosial di sektor pertanian yang menggunakan teknologi pertanian bantuan pemerintah daerah Kabupaten Pakpak Bharat.

3.3. Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai-nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995;141).


(38)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang ada di Desa Boangmanalu kecamatan salak Kabupaten Pakpak Bharat yang menggunakan teknologi modern sebanyak 382 kepala keluarga.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut diatas, maka digunakan rumus Taroyamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90 % (Nawawi. 1995;144): 1 (d) N N n 2  

Keterangan : n = Sampel

N = jumlah populasi d = presisi 10% atau 0,1

Berdasarkan data yang ada maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak: 1 (d) N N n 2   1 (0.1) 82 3 382 n 2   82 , 4382 n

n = 79, 25 (dibulatkan 80 kepala keluarga)

Jadi jumlah sampel sebanyak 80 kepala keluarga yang diambil secara random sampling secara undian.


(39)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah 1. Data primer

a. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat kejadian yang berkaitan dengan penelitian.

b. Kuesioner

Teknik pengumpulan dengan metode kuesioner di gunakan untuk menjawab perumusan masalah bagaimana pengaruh modernisasi teknologi pertanian terhadap kesejahtraan sosial ekonomi petani.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku atau refrensi, dokumen, foto, majalah, jurnal, artikel dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Analisa Data

Untuk melihat bagaimana deskripsi pervariabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat maka digunakan distribusi frekuensi dengan rumus:


(40)

Keterangan :

N : Jumlah kejadiaan fx : Frekuensi individu

Analisa data dalam penelitian menggunakan uji t-test. Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sebelum dan sesudah penggunaan teknologi modern terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Sebelum dilakukan uji t-test terlebih dahulu dihitung koefisien korelasinya dengan rumus :

r

xy

=

r : Koefisien korelasi x : Variabel bebas Y : Variabel terikat n : Jumlah populasi

Kemudian koefisien korelasi disubstitusi ke dalam uji t-test dengan rumus (Sugiyono, 2009:122)

t =

Keterangan:

= Rata-rata sampel 1 = Rata-rata sampel 2


(41)

= Simpangan baku sampel 2 = varians sampel 1

= Varinans sampel 2 r = korelasi antara dua sampel

3.6. Jadwal Kegiatan

No. Kegitan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra observasi 2 ACC observasi 3 Penyusunan Proposal 4 Seminar Proposal Penelitan 5 Revisi Proposal Penelitan 6 Penelitian ke Lapangan

7 Pengumpulan Dan AnalisisData

8 Bimbingan

9 Penulisan Laporan Akhir 10 Sidang Meja Hijau


(42)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Salak adalah desa Boangmanalu dengan luas berkisar 375 Ha dan terdiri dari 5 dusun yaitu Lae Tarondi, Sosor, Kuta Payung, Kuta Tengah, dan Amborgang. Jumlah penduduknya sekitar 2889 orang dengan mayoritas penduduknya bertani. Adapun batasan-batasan wilayah Desa Boangmanalu adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Siempat Rube/Teraju. b. Sebelah Selatan berbtasan dengan Desa Binangaboang. c. Sebelah Timur berbatasan Dengan Jambu.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Salak I.

Berdasarkan topografi kemiringan tanah Desa Boangmanalu berada pada dataran tinggi sehingga menyebabkan masyarakat desanya cenderung menjadi petani.

Luas wilayah Desa Boangmanalu menurut penggunaannya dapat dibagi atas: a. Luas pemukiman 100 Ha.

b. Luas sawah 100 Ha. c. Luas Ladang 75 Ha. d. Luas hutan rakyat 50 Ha.


(43)

4.2. Keadaan Penduduk

Masalah kependudukan merupakan isu umum yang terdapat dalam suatu daerah atau wilayah. Walaupun penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, namun jika tidak diimbangi dengan kemampuan dan keterampilan yang memadai akan menimbulkan kendala dalam proses pembangunan itu sendiri. Desa Boangmanalu memiliki ciri tersendiri tentang gambaraan keadaan kependudukannya.

4.2.1. Karakteristik penduduk berdasarkan suku bangsa

Secara umum Desa Boangmanalu terdiri dari suku Pakpak dan sebagian kecil suku Batak toba, suku Kar, suku Nias dan Jawa yang hidup rukun dan damai diikat oleh rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang kokoh. Tidak pernah terjadi gesekan antar etnis dari dulu hingga sekarang. Pada umumnya masyarakat desa Boangmanalu menganut agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam.

Hal ini di karenakan yang pertama menempati daerah desa Boangmanalu ini adalah suku Pakpak. Akan tetapi ada sesuatu yang menarik di desa Boangmanalu ini. Walaupun masyarakatnya mayoritas adalah suku Pakpak tapi pada umumnya masyarakatnya fasih menggunakan bahasa Batak Toba. Hal ini dikarenakan kabupaten Pakpak Bharat ini berdekatan dengan kabupaten yang mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba seperti Kabupaten Dairi.


(44)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Jumlah (Orang) Persentase

1. Pakpak 2612 90,4

2 Batak Toba 240 8,3

3 Batak Karo 20 0,7

4 Jawa 7 0,2

5 Nias 10 0,3

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel di atas 4.1. diperoleh bahwa suku bangsa yang terdapat di Desa Boangmanalu paling banyak penduduknya adalah suku Pakpak sebanyak 2612 orang (90,4%). Dan kemudian diikuti dengan suku Batak Toba sebanyak 240 orang (8,3%), Batak Karo dengan jumlah 20 orang (0,7%), suku Nias 10 orang (0,3%) dan Jawa 7 orang (0,2%).

4.2.2. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Umur

Dengan memperhatikan data yang diperoleh peneliti dari data statistik dari lapangan (kantor kepala desa Boangmanalu), maka distribusi penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut.


(45)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasrkan Umur

No Umur Jumlah (Orang) Persentase

1. Balita 334 11,6

2. Anak 561 19,4

3. Remaja 708 24,5

3 Dewasa 1178 40,8

4 Lansia 108 3,7

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel di atas 4.2. diperoleh gambaran bahwa umur yang terdapat di Desa Boangmanalu paling banyak berusia dewasa (20-59 tahun) sebanyak 1178 orang (40,8%). Dan kemudian diikuti dengan usia remaja sebanyak 708 orang (24,5%), anak-naka 561 orang (19,4%), balita 334 orang (11,6%) dan paling sedikit penduduknya lanjut usia (lansia) (di atas 60 tahun) sebanyak 108 orang (3,7%).

4.2.3 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama

Sejak jaman dahulu pertama sekali suku Pakpak menempati daerah Desa Boangmanalu ini sudah menganut agama Kristen. Yang kemudian ada sebagian warga yang menganut agama lain. Seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(46)

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berdasrkan Agama

No Agama Jumlah (Orang) Persentase

1. Islam 448 15,5

2 Kristen Protestan 1563 54,1

3 Kristen Khatolik 878 30,4

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel di atas 4.3. diperoleh gambaran bahwa penduduk Desa Boangmanalu berdasarkan agama didominasi oleh agama Kristen, dengan rincian Kristen Protestan 1563 orang (54,1%) dan Kristen Khatolik 878 orang (30,4%) yang merupakan mayoritas suku Pakpak. Sedangkan responden yang memeluk agama Islam 448 orang (15,5%). Di Desa Boangmanalu terdapat empat sarana ibadah, diantaranya 1 (satu) mesjid dan 4 (empat) gereja. Mesjid terletak di Dusun Sosor, gereja Katolik dan Gereja Methodis Indonesia (GMI) terletak di Dusun Lae Tarondi, Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD) dan Gereja Kristen Krismatik Indonesia (GKKI) terletak di Dusun Kuta Payung.

4.2.4 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Untuk melihat komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dapat di lihat melalui tabel di bawah ini :


(47)

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

1. Tidak/ belum sekolah 398 13,8

2 Tidak tamat SD 49 1,7

3 SD 559 19,3

4 SLTP 1049 36,3

5 SMA 790 27,3

6 Perguruan tinggi 11 0,4

7 Lain-lain 33 1,1

Total 2889 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel di atas 4.4. diperoleh gambaran bahwa latar belakang pendidikan penduduk yang terdapat di Desa Boangmanalu paling banyak tingkat pendidikan SMP sebanyak 1049 orang (36,3%). Dan kemudian diikuti dengan pendikan SMA 790 orang (27,3%), pendidikan SD sebanyak 559 orang (19,3%), tidak/belum sekolah 398 orang (13,8%), tidak tamat sekolah 49 orang (1,7%) dan perguruan tinggi 11 orang (0,4%). Di lihat dari tabel di atas, komposisi penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Boangmanalu dapat di lihat bahwa tingkat pendidikan masih rendah. Masyarakat Desa Boangmanalu kebanyakan hanya tamat SMP dan warga masyarakt yang mengecap perguruan tinggi dapat dihitung dengan jari. Letak Sarana Pendidikan SMA berada di Dusun Sosor, pendidikan SD terletak di Dusun Boangmanalu dan saran pendidikan SMP berada di kecamatan.


(48)

4.2.5. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk Desa Boangmanalu menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian. Selain dari pada bertani sebagian masyarakat juga ada yang hidupnya di sektor jasa seperti pegawai dan pedagang. Walaupun ada banyak mata pencaharian yang ada di desa Boangmanalu ini tapi yang menjadi penghasilan utama adalah di sektor pertanian. Ini terbukti dari adanya masyarakat yang bekerja sebagai pegawai tapi juga sekaligus bertani. Selain bertani, masyarakat Boangmanalu juga ada yang beternak. Kebanyakan masyarakat Boangmanalu adalah beternak babi, ayam, bebek, kambing dan kerbau. Biasanya masyarakat boangmanalu menjual peternakannya ke agen-agen. Cara beternak unggus seperti ayam, bebek, kambing dan kerbau biasanya dilakukan dengan sistem semi kandang yaitu pada siang hari hewan peliharaan di lepas untuk mencari makanannya dan sore harinya dimasukkan ke dalam kandang, kecuali hewan peliharaan babi dengan sistem kandang.

Untuk lebih mengetahui mata pencaharian penduduk desa Boangmanalu dapat di lihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase

1. Petani 265 80,8

2 PNS 9 2,7

3 Peternak 33 10,1

4 TNI 4 1,2

5 Polri 5 1,5

6 Usaha Dagang 12 3,7

Total 382 100


(49)

Dari tabel di atas 4.5. diperoleh gambaran bahwa mata pencaharian masyarakat di Desa Boangmanalu paling banyak bertani sebanyak 265 orang (80,8%). Dan kemudian beternak sebanyak 33 orang (10,1%), usaha dagang 12 orang (3,7%), PNS sebanyk 9 orang (2,7%), Polri sebanyak 5 orang (1,5%), dan paling sedikit TNI sebanyak 4 orang (1,2%).

4.2.6. Infrastruktur Berdasarkan Sarana Ibadah

Dilihat dari hubungan antara manusia dengan penciptanya, maka setiap daerah tentunya punya sarana ibadah seperti gereja dan mesjid. Adapun sarana ibadah yang ada di desa Boangmanalu adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah (Unit) Persentase

1. Mesjid 1 25

2 Mushola -

-3 Gereja Protestan 3 50

4 Gereja Khatolik 1 25

Total 5 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel 4.6 di atas dapat di ketahui bahwa jumlah sarana ibadah yang paling banyak adalah sarana ibadah agama Kristen Protestan yaitu Gereja Protestan 3 unit (50%). Hal ini di karenakan mayoritas penduduk desa Boangmanalu menganut agama Kristen Protestan. Sedangkan untuk sarana ibadah agama Khatolik dan Islam masing-masing 1 unti (25%).


(50)

4.2.7. Infrastruktur Berdasarkan Sarana Pendidikan

Sebagai sebuah desa, Desa Boangmanalu mempunyai sarana pendidikan yang bisa dibilang cukup, seperti Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) Negeri No. 030426 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Salak. Sedangkan Sekolah Menangah Pertama (SMP) Negeri I Salak berada di kecamatan. Infrastruktur sarana pendidikan memiliki kondisi bangunan yang baik, karena setiap tiga tahun sekali dilakukan perbaikan yang bersumber dari bantuan luar (BOS) dan pemerintah daerah. Untuk sarana pedidikan SMP dan SMA memiliki ruang perpustakaan dan ruang bahasa dan didukung oleh lapangan olahraga seperti badminton, bola volly, tenis meja dan lapangan bola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Pendidikan No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase

1. TK 1 33,3

2 SD 1 33,3

3 SMA 1 33,4

Total 3 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel 4.7 di atas dapat di ketahui bahwa sarana pendidikan TK Boangmanalu, SDN Lae Tarondi Nomor 030426 dan SMA Negeri Salak masing-masing berjumlah 1 unit (33,3%). Sedangkan SMP Negeri Boangmanalu terletak di kota kecamatan. Jika dilihat dari proporsi jumlah anak sekolah sudah dapat memenuhi kebutuhan anak didik di Desa Boangmanalu. Namun demikian, ada juga


(51)

sebagian kecil petani membekali anak dengan ilmu pengetahuan dengan bersekolah di kecamatan.

4.2.8 Infrastruktur Sarana Kesehatan

Jika dilihat dari tingkat kesehatannya, maka masyarakat Desa Boangmanalu dapat dikatakan sebagai masyarakat yang peduli akan kesehatan. Ketersediaan rumah sakit di Desa Boangmanalu menunjukkan pelayanan kesehatan sudah baik. Rumah Sakit Umum Salak berada di Dusun Kuta Tengah, Posyandu terletak di Dusun Sosor dan Kuta Payung. Sedangkan Klinik Bersalin terletak di Dusun Kuta Payung. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase

1. Rumah Sakit 1 25,0

2 Posyandu 2 50,0

3 Klinik bersalin 2 25,0

Total 3 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Boangmanalu 2011

Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang tersedia di Desa Boangmanalu terdiri dari rumah sakit 1 unit (25%) yang terletak dan Posyandu 2 unit (50%) yang dilaksanakan sebulan sekali. Untuk ibu-ibu hamil yang memerlukan tempat bersalin tersedia 2 unit (25%). Sedangkan Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berada di kecamatan.


(52)

4.3. Karakteristik Responden

Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan data-data responden. Berdasarkan hasil pengumpulan data, maka dperoleh karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4.9

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Kelompok Umur F %

1. 20 - 30 tahun 8 10.0

2 31 - 40 tahun 21 26.2

3. 41 - 50 tahun 48 60.0

4. 51 - 60 tahun 3 3.8

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruh kelompok umur responden termasuk usia produktif, Respnden terbanyak pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 48 orang (60%), diikuti kelompok umur 31-40 tahun 21 orang (26,3%), dan kelompok umur termuda (20-30 tahun) 8 orang (10%). Sedangkan kelompok umur 51-60 tahun 3 orang (3,8%).

Tabel 4.10

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan F %

1. SD 18 22.5

2 SMP 33 41.3

3. SMA 25 31.2

4. Perguruan tinggi 4 5.0

Total 80 100


(53)

Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak tingkat pendidikan SMP 33 orang (41,3%), dilanjukan tingkat pendidikan SMA 25 orang (31,3%), berpendidikan SD 18 orang (22,5%) dan 4 orang (5%) berpendidikan perguruan tinggi.

Tabel 4.11

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota

No Anggota Keluarga F %

1. < 5 orang 6 7,5

2 5 7 orang 39 48,8

3. > 7 orang 35 43,8

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa keluarga responden jarang menjadi keluarga berencana yang terdiri dari bapak, ibu dan dua orang anak. Paling banyak keluarga memiliki jumlah anggota keluarga 5-7 orang (48,8%), selanjutnya 35 orang (43,8%) memiliki anggota keluarga >7 orang. selebihnya jumlah anggota keluarga <5 orang sebanyak 6 orang (7,5%) diantaranya 2 keluarga mengikuti memiliki jumlah anak hanya 2 orang saja.

Tabel 4.12

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama F %

1. Kristen Protestan 50 66.7

2 Kristen Khatolik 18 24.0

3. Islam 7 9.3

Total 80 100


(54)

Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa agama yang dianut responden adalah Kristen Protestan, Khatolik dan Islam. Agama yang dianut responden paling banyak Kristen Protestan 50 orang (66,7%), kemudian Kristen Khatolik 18 orang (24%) dan paling sedikit beragama Islam 7 orang (9,3%). Jika ditinjau dari masuknya agama di desa Boangmanalu, pertam kali agama yang dianut adalah Agama Kristen Protestan, kemudian Khatolik dan diikuti agama Islam.

Tabel 4.13

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa F %

1. Batak Pakpak 64 80.0

2. Batak Toba 10 12.5

2 Karo 3 3.8

3. Jawa 1 1.3

4. Nias 2 2.5

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa suku bangsa di desa Boangmanalu paling banyak suku Batak Pakpak 68 orang (91,9%), suku Karo 3 orang (4,1%) suku Nias 2 orang (2,7%) dan 1 orang (1,4%) suku Jawa. Kebanyak responden yang ditelti adalah suku Pakpak karena mayoritas penduduknya suku Pakpak.


(55)

4.4. Teknik Analisa Data 4.4.1 Analisa Tabel Tunggal

Distribusi jawaban responden yang terdiri dari 36 pertanyaan tentang penggunaan terknologi modern terhadap peningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi petani di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak, akan penulis uraikan di bawah.

Tabel 4.14

Pengetahuan responden terhadap penggunaan teknologi modern

No Pengetahuan F %

1. Mengetahui 74 92.5

2 Tidak tahu 6 7.5

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 74 orang (92,5%) mengetahui penggunaan alat modern pertanian, responden yang menjawab tidak tahu sebanyak 6 orang (7,5%). Dari tiap-tiap responden yang dijumpai sudah mengetahui tentang penggunaan alat modern pertaniaan dapat mempercepat proses pengolahan lahan pertanian. Teknologi modern yang dimaksud adalah pengelolaan tanah menggunakan jetor (traktor tangan), bibit unggul, pupuk, dan pestisida yang dianjurkan untuk meminimalisasi hama dan penyakit tanaman.


(56)

Tabel 4.15

Responden melakukan pengolahan lahan pertanian setiap tahun

No Pengolahan lahan F %

2 2 kali 79 98,8

3. 1 kali 1 1,3

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 79 orang (98,8%) responden mengolah lahan pertanian 2 kali dalam setahun. Hanya 1 orang (1,3%) responden yang menjawab 1 kali dalam setahun. Dari tiap-tiap responden yang dijumpai mayoritas mengolah lahan pertanian 2 kali setiap tahun, disamping itu, responden memiliki pekerjaan lainnya seperti beternak dan berkebun tanaman lainnya seperti kopi robusta, kopi arabika dan kopi coklat. Kebanyakan jenis kopi tersebut diminati oleh masyarakat dan memiliki pangsa pasar yang baik.

Tabel 4.16

Responden menggunakan irigasi dalam bertani

No Irigasi F %

1. Ya 80 0

2 Tidak 0 0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa keseluruhan responden 80 orang (100%) menjawab menggunakan irigasi dalam bertani. Irigasi yang dimaksud adalah


(57)

irigasi sekunder yang menggunakan parit-parit kecil untuk mengairi air dari sawah ke sawah lainnya.

Tabel 4.17

Pengetahuan responden tentang manfaat benih unggul

No Manfaat benih unggul F %

1. Ya 41 51,2

2 Tidak 39 48.8

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 41 orang (51,3%) responden mengetahui manfaat benih unggul bersertifikat. Sisanya 39 orang (48,8%) menjawab tidak tahu. Walaupun responden mengetahui benih unggul dapat meningkatkan produksi padi, namun responden cenderung lebih menyukai tanaman padi lokal yang rasanya lebih enak dan nikmat untuk dikonsumsi. Menurut pendapat responden kebanyakan benih unggul yang digunakan adalah Siharang. Namun tidak sedikit yang masih menggunakan varitas lokal seperti Sipongkalen, Siramos, dan Sipase, dengan alasan selain mudah pengelolaannya dan sudah terbiasa mengonsumsi jenis pada ini. Bibit unggul Siharang dapat menghasilkan padi berkisar ± 240 kg/ rante. Sedangkan varitas lokal berkisar ± 210 kg/rante.


(58)

Tabel 4.18

Sumber bibit unggul bersertifikat dari Kelompok Tani

No Manfaat benih unggul F %

1. Ya 63 78.8

2 Tidak 17 21.3

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa jawaban responden memperoleh bibit unggul bersertifikat dari kelompok tani yang berdominisi di Desa Boangmanalu sebanyak 63 orang (78,8%), namun sebagian responden tidak memperoleh dari kelompok tani sebanyak 17 orang (21,2%). Untuk meningkatkan produksi padi, telah tersedia kelompok-kelompok tani sebagai wadah menyedia kebutuhan para petani. Berbagai bibit unggul padi dapat diperoleh dari kelompok tani tersebut, walaupun sebagian responden menggunakan benih sendiri dari hasil panen yang lalu.

Tabel 4.19

Pengetahuan responden tentang penggunaan pestisida berlebihan

No Penggunaan pestisida F %

1. Ya 24 30.0

2 Tidak 56 70.0

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penggunaan pestisida berlebihan dapat mencemari lingkungan paling banyak


(59)

menjawab tidak tahu 56 orang (70%), dan 24 orang (30%) yang mengetahui dampak penggunaan pestisida dapat mencemari lingkungan. Jenis pestisida yang sering digunakan petani adalah jenis Brusman, Kiltop dan Basa bertujuan untuk memberantas hama pada tanaman padi, jagung, kopi dan lain-lain.

Tabel 4.20

Tindakan responden menggunakan pestisida dengan memakai alat pelindung diri

No Penggunaan pelindung diri F %

1. Ya 19 23.8

3. Kadang-kadang 34 42.5

2 Tidak 27 33.7

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa tindakan responden menggunakan alat pelindung diri sewaktu memakai pestisida paling banyak menjawab kadang-kadang 34 orang (42,5%), dan 27 orang (33,7%) tidak menggunakan alat pelindung diri, sedangkan yang menggunakan sedikit hanya 19 orang (23,8%). Pestisida sebagai bahan kimia berfungsi untuk memberantas hama penyakit tanaman yang mengandung toksin. Namun jika terpapar dapat menimbulkan berbagai penyakit. Kebiasaan penduduk yang tidak menggunakan penutup muka, sarung tangan dan sepatu bot perlu diubah agar keterpaparan pestisida dapat dihindari seminimal mungkin.


(60)

Tabel 4.21

Pengetahuan responden tentang manfaat penggunaan pupuk

No Penggunaan pupuk F %

1. Tahu 33 62.3

3. Ragu-ragu 17 32.1

2 Tidak tahu 3 5.7

Total 80 100

Sumber : Data Penelitian lapangan 2011

Dari tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa responden telah mengetahui manfaat menggunakan pupuk dalam bercocok tanaman 33 orang (62,3%), 17 orang (32,1%) ragu-ragu dalam menjawab dan responden yang tidak tahu hanya 3 orang (5,7%). Walaupun sebagian besar responden telah mengetahui manfaat pupuk bagi tanaman, namun masih ada yang menjawab ragu-ragu dan tidak tahu. Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang rendah menyebabkan responden tidak sesuai menggunakan pupuk yang dianjurkan.

Tabel 4.22

Pengetahuan responden tentang waktu pemupukan

No Waktu pemupukan F %

1. 3 kali 1 1.3

3. 2 kali 77 96.3

2 1 kali 2 2.5

Total 80 100


(1)

14. Apakah di rumah bapak/ibu ada fasilitas barang seperti : kendaraan roda dua atau

mobil:

a. Ada

b. Tidak ada

15. Menurut bapak/ibu, apakah dengan menggunakan teknologi pertanian dapat

menambah pendapat rumah tangga anda?

a. Menambah

b. Kurang menambah

c. Tidak menambah

16. Dengan adanya penghasilan bapak/ibu dengan menggunakan teknologi pertanian,

apakah bapak/ ibu memiliki simpanan seperti tabungan, depositi atau simpanan

lainnya?

a. Ya

b. Tidak

Jenis simpanan lainnya :...

Terimakasih kepada bapak/ibu yang telah meluangkan waktu untuk

Mengisi kuesioner sesuia dengan keadaan bapak/ibu sehingga dapat


(2)

MATRIKS

HASIL WAWANCARA TEKNOLOGI PERTANIAN

Nama Kelompok

Tani

Anggota

Jumlah

Jumlah Teknologi

Pertanian (Unit)

Manfaat teknologi bagi Petani

Kepala Desa

- Sebagai alat pemersatu para

masyarakat petani

-

Mempermudah dalam penyampaian

informasi

- Meningkatkan pendapatan para

petani

Ketua Kelompok

Tani

- Timbulnya sikap kebersamaan

-

Mempercepat proses produksi padi

1. Sabahta

82

2

- Menambah pendapatan masyarakat

- Terpenuhinya kebutuhan alat-alat

pertanian

- Dapat meningkatkan

- Terpenuhi kebutuhan sandang

pangan

2. Mberasma Page

69

2

- Dapat menabung untuk masa depan

anak

- Kesejatheraan para petani meningkat

- Derajat kesehatan meningkat

- Asupan gizi keluarga terpenuhi


(3)

3. Tani Maju

71

2

- Terbinanya kerukunan hidup para

petani

- Timbulnya budaya individual dalam

pengolahan lahan sawah

- Terpenuhi kebutuhan sekunder

- Mudah menerima teknologi modern

4. Sada Kata

43

2

- Mengurangi tenaga kerja

- Pengeluaran berkurang

- Masa produksi cepat

- Menambah hasil produksi

Manfaat Kelompok Tani

- Menerima pupuk subsidi harus

melalui kelompok tani

- Mudahnya menerima bantuan dari

pemerintah daerah

- Membuat proposal kepada

pemerindah daerah

- Hubungan sosial antar anggota

kelompok tani dengan pengurus dan

sesama kelompok tani sangat kuat

- Kerjasama dengan PPL


(4)

Data Induk

PENGGUNAAN TEKNOLOGI MODERN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETAN

Pendapat Sebelum (X) (Rp.

000)\ Bulan

Pendapat Sesudah (Y) (Rp.

000)\ Bulan X - Y

Selisih Pendapat

(1 tahun) X

2 Y2 XY

950 1200 250 3000 902500 1440000 1140000

950 1150 200 2400 902500 1322500 1092500

950 1100 150 1800 902500 1210000 1045000

950 1350 400 4800 902500 1822500 1282500

2500 3500 1000 12000 6250000 12250000 8750000

1000 1700 700 8400 1000000 2890000 1700000

950 1250 300 3600 902500 1562500 1187500

1200 1300 100 1200 1440000 1690000 1560000

1000 1100 100 1200 1000000 1210000 1100000

800 950 150 1800 640000 902500 760000

900 1300 400 4800 810000 1690000 1170000

950 1500 550 6600 902500 2250000 1425000

900 1500 600 7200 810000 2250000 1350000

2500 3200 700 8400 6250000 10240000 8000000

900 1300 400 4800 810000 1690000 1170000

850 950 100 1200 722500 902500 807500

1000 1150 150 1800 1000000 1322500 1150000

2250 3500 1250 15000 5062500 12250000 7875000

800 950 150 1800 640000 902500 760000

1100 1300 200 2400 1210000 1690000 1430000

2050 3500 1450 17400 4202500 12250000 7175000

1200 1500 300 3600 1440000 2250000 1800000

900 1400 500 6000 810000 1960000 1260000

2500 3000 500 6000 6250000 9000000 7500000

850 950 100 1200 722500 902500 807500

2000 3000 1000 12000 4000000 9000000 6000000

1200 2900 1700 20400 1440000 8410000 3480000

800 950 150 1800 640000 902500 760000

1250 1000 -250 -3000 1562500 1000000 1250000

2500 3500 1000 12000 6250000 12250000 8750000

1500 1900 400 4800 2250000 3610000 2850000

900 950 50 600 810000 902500 855000

1000 1250 250 3000 1000000 1562500 1250000

1500 3000 1500 18000 2250000 9000000 4500000

950 1200 250 3000 902500 1440000 1140000


(5)

1500 1600 100 1200 2250000 2560000 2400000

900 1500 600 7200 810000 2250000 1350000

2500 2800 300 3600 6250000 7840000 7000000

2000 3400 1400 16800 4000000 11560000 6800000

1500 1700 200 2400 2250000 2890000 2550000

900 1350 450 5400 810000 1822500 1215000

950 950 0 0 902500 902500 902500

1250 1500 250 3000 1562500 2250000 1875000

900 950 50 600 810000 902500 855000

1500 3000 1500 18000 2250000 9000000 4500000

1500 2000 500 6000 2250000 4000000 3000000

750 950 200 2400 562500 902500 712500

2250 2500 250 3000 5062500 6250000 5625000

950 1350 400 4800 902500 1822500 1282500

950 1350 400 4800 902500 1822500 1282500

1500 1700 200 2400 2250000 2890000 2550000

950 1100 150 1800 902500 1210000 1045000

1500 1000 -500 -6000 2250000 1000000 1500000

800 950 150 1800 640000 902500 760000

2000 2500 500 6000 4000000 6250000 5000000

900 1500 600 7200 810000 2250000 1350000

1500 3500 2000 24000 2250000 12250000 5250000

850 1000 150 1800 722500 1000000 850000

950 1100 150 1800 902500 1210000 1045000

800 950 150 1800 640000 902500 760000

1700 1500 -200 -2400 2890000 2250000 2550000

950 1250 300 3600 902500 1562500 1187500

1200 1500 300 3600 1440000 2250000 1800000

950 1250 300 3600 902500 1562500 1187500

900 1500 600 7200 810000 2250000 1350000

950 1450 500 6000 902500 2102500 1377500

1400 1800 400 4800 1960000 3240000 2520000

2000 2800 800 9600 4000000 7840000 5600000

1900 2000 100 1200 3610000 4000000 3800000

900 1300 400 4800 810000 1690000 1170000

1500 2500 1000 12000 2250000 6250000 3750000

2250 2800 550 6600 5062500 7840000 6300000

900 1250 350 4200 810000 1562500 1125000

1500 2500 1000 12000 2250000 6250000 3750000


(6)

900 950 50 600 810000 902500 855000

2250 2500 250 3000 5062500 6250000 5625000

1300 1700 400 4800 1690000 2890000 2210000

950 2000 1050 12600 902500 4000000 1900000

104400 140200 35800 429600 158750000 296400000 211515000

1305.00 1752.50 447.50 5370.00 1984375.00 3705000.00 2643937.50