Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

(1)

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PETANI PASCA PERALIHAN JENIS TANAMAN DARI KOPI KE JERUK

(Studi Deskriptif Pada Masyarakat Petani di Kelurahan Panji Dabutar, Kec. Sitinjo, Kab. Dairi)

SKRIPSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

DESMIRA KHAIRAT GUCI 100901002

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ABSTRACT

Research, entitled "Socio-Economic Conditions Community Farmers Post-Transition Type Plants From Coffee to Orange", originated from the author's interest to farmers who make the switch plant species that exist in the Village Panji Dabutar, Kab. Dairi. Dairi is one area that has the potential of agriculture were quite spacious and very large result, so the main livelihood is agriculture. The lives of most people in the Dairi Regency is located in the plantation sector and before coffee plants serve as economic support by the majority of society. Dairi is one of the best coffee producer in the province of North Sumatra, special because it grows in the volcanic highlands. Not surprisingly, once the coffee commodity to be excellent farmers in this region. But as the economic development of the coffee plants which have become his trade mark Dairi Sidikalang precisely in the city began to shift its position by coffee plants from Aceh which Gayo coffee. This is because the quality of coffee from Sidikalang compete with the quality of Gayo coffee which currently has a better quality. Causing the farming communities make the transition to the type of plants, especially citrus and coffee prices decreased so that the farming community began to feel concern about their coffee farms. For the farming community make the transition type of plant to plant citrus. The method used in this research is descriptive research with qualitative approach. Document collection techniques is done by observation, interview, and literature study. As for the unit of analysis and informants in this study was a community of farmers in Panji Dabutar plant species that make the switch from coffee to orange. Interpretation of the document is done by using the data obtained from the observation, in-depth interviews, and interpreted based on a literature review support so it can be concluded. The results show that it can be said there is a change in the socio-economic conditions of the farming community especially after doing the transition of plants and in the Village Panji Dabutar an increase in the income of farmers when farmers have decided to switch from coffee plant to plant citrus. Farming community located in the Village Panji Dabutar Dairi of said most of the people who are able to meet their social life and the economics of the said society into the middle and upper. From an economic perspective, the community has also been said to be capable of income since they have already meet the needs of their everyday lives and they are also able to send their children to schools outside the city such as lectures and social aspects can be inferred based on interviews of researchers rising incomes farmers automatically elevate the social class of the community farmers in Panji Dabutar.


(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk”, berawal dari ketertarikan penulis terhadap petani yang melakukan peralihan jenis tanaman yang yang ada di Kerurahan Panji Dabutar, Kab. Dairi. Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pertanian yang cukup luas dan sangat besar hasilnya, sehingga mata pencaharian penduduk yang utama adalah pertanian. Kehidupan sebagian besar masyarakat di Kabupaten Dairi terletak di sektor perkebunan dan sebelumnya tanaman kopi dijadikan sebagai tumpuan ekonomi oleh sebagian besar masyarakat. Kabupaten Dairi merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di Provinsi Sumatera Utara, istimewa karena tumbuh di dataran tinggi vulkanis. Tak heran bila dulunya komoditas kopi menjadi primadona para petani di wilayah ini. Namun seiring perkembangan ekonomi tanaman kopi yang selama ini jadi trade mark-nya Kabupaten Dairi tepatnya di kota Sidikalang mulai bergeser posisinya oleh tanaman kopi yang berasal dari Aceh yaitu kopi gayo. Hal ini disebabkan karena kualitas kopi dari Sidikalang bersaing dengan kualitas kopi dari Gayo yang saat ini memiliki kualitas yang lebih baik. Sehingga menyebabkan masyarakat petani melakukan peralihan jenis tanaman terutama ke tanaman jeruk dan harga kopi semakin menurun sehingga masyarakat petani mulai merasakan kekhawatiran terhadap pertanian kopi mereka. Untuk itu masyarakat petani melakukan peralihan jenis tanaman ke tanaman jeruk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah Masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar yang melakukan peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara mendalam, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dikatakan terjadi suatu perubahan kondisi sosial ekonomi khususnya masyarakat petani pasca melakukan peralihan jenis tanaman dan di Kelurahan Panji Dabutar adanya peningkatan pendapatan petani ketika petani sudah memutuskan beralih dari menanam kopi ke tanaman jeruk. Masyarakat petani yang berada di Kelurahan Panji Dabutar Kabupaten Dairi termaksud sebagian besar masyarakat yang sudah mampu dalam memenuhi kehidupan sosial eknomi mereka dan termaksud kedalam masyarakat menengah keatas. Dari segi ekonomi, masyarakat juga sudah dikatakan mampu berhubung pendapatan yang mereka miliki sudah memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan mereka juga mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai sekolah ke luar kota seperti kuliah dan segi sosial dapat disimpulkan berdasarkan hasil wawancara peneliti meningkatnya pendapatan masyarakat petani secara otomatis mengangkat status sosial yang ada pada masyarakat petani yang ada di Kelurahan Panji Dabutar.


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk”, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, Kab. Dairi pasca peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Nasrul Guci dan Ibunda Mariaty Br.Berutu yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti ananda.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi serta selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

3. Paling teristimewa penulis ucapkan salam sayang terhangat dan terima kasih bahkan tak terucap rasa bangga penulis kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibundaku tercinta yang telah membesarkan saya dengan mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya.

4. Secara khusus dan istimewa buat kakak-kakak tersayang saya Gusnawenty Famitri Guci, S.Pd, Mutiarahmaini Guci, S,Pdi, Nurhelma Guci, S.Pd dan adek tersayang saya Mhd. Arif Husein Guci. Tidak lupa juga abang ipar saya Joni Rianto Siregar, S.P dan keponakan-keponakan saya Farhan Siregar, Rafli Siregar, Ferdy Siregar dan Syifa Siregar yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

5. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang bisa mengerti dan menerima penulis baik dalam keadaan suka maupun duka yang sangat penulis sayangi, terkhusus buat Nurmawati, Yohana, Rohana, Lia, Mbak Uty dan sahabat-sahabat teman PKL Kuala Begumit yang selalu bersama-sama disaat senang maupun sedih selama penulisan skripsi ini dan teman-teman sosiologi Stambuk 2010. Terimakasih atas doa, dukungan, dan perhatiannya. Terima kasih atas segala support, semangat, bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis bangga mempunyai sahabat seperti kalian.

6. Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Maret 2015 (Penulis)

NIM : 100901002 Desmira Khairat Guci


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penulisan ... 9

1.4 Manfaat Penulisan ... 9

1.5 Defenisi Konsep ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Perubahan Sosial Di Pedesaan ... 13

2.1.1 Perubahan Sistem Dan Pola Tanam... 15

2.1.2 Perkembangan Teknologi ... 17

2.2 Tindakan Rasional Petani ... 19

2.3 Pergeseran Ekonomi Petani ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23


(8)

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 24

3.3.1 Unit Analisis ... 24

3.3.2 Informan ... 24

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 25

3.5 Interpretasi Data ... 27

3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 27

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 28

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 30

4.1 Deskripsi Kelurahan Panji Dabutar ... 30

4.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan ... 33

4.1.2 Sarana Dan Prasarana Kelurahan ... 34

4.1.3 Kondisi Sosial ekonomi Penduduk ... 36

4.1.4 Penduduk ... 37

4.1.5 Tataguna Lahan Berdasarkan Jenis Tanaman ... 40

4.2 Profil Informan ... 43

4.3 Rekapitilasi Pendidikan. Pendapatan Dan Luas Lahan Milik Petani Yang Melakukan Peralihan ... 79

4.4 Latar Belakang Penyebab Petani Melakukan Peralihan ... 80

4.4.1 Kondisi Geografis ... 80

4.4.2 Ekonomi ... 81

4.4.3 Keberanian Petani Untuk Melakukan Peralihan .... 83

4.4.4 Pemasaran Lebih Mudah ... 87


(9)

4.6 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Di Kelurahan

Panji Dabutar Sebelum Melakukan Peralihan Jenis Tanaman .. 90

4.6.1. Kondisi Ekonomi ... 90

4.6.1.1 Tempat Tinggal ... 90

4.6.1.2 Penghasilan ... 91

4.6.1.3 Kemampuan Menabung ... 91

4.6.1.4 Keuntungan ... 92

4.6.2 Kondisi Sosial ... 93

4.6.2.1 Pendidikan Anak ... 93

4.6.2.2 Rumah ... 93

4.6.2.3 Status Sosial ... 93

4.6.2.4Interaksi Dengan Keluarga ... 94

4.6.2.5 Aspek Lokasi Waktu ... 94

4.6.2.6 Solidaritas Petani... 94

4.6.2.7 Keberadaan Kelompok Tani ... 94

4.7 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Di Kelurahan Panji Dabutar Pasca Melakukan Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi Ke Jeruk... 95

4.7.1. Kondisi Ekonomi ... 95

4.7.1.1 Tempat Tinggal ... 95

4.7.1.2 Penghasilan ... 95

4.7.1.3 Kemampuan Menabung ... 96


(10)

4.7.2 Kondisi Sosial ... 97

4.7.2.1 Pendidikan Anak ... 97

4.7.2.2 Rumah ... 97

4.7.2.3 Status Sosial ... 98

4.7.2.4 Interaksi Dengan Keluarga ... 98

4.7.2.5 Aspek Lokasi Waktu ... 99

4.7.2.6 Solidaritas Petani... 99

4.7.2.7 Keberadaan Kelompok Tani ... 102

4.8 Peran Penyuluh Pertanian ... 102

BAB V PENUTUP ... 107

5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Lahan Kopi Di Kabupaten Dairi Dari Tahun 2008-2012 ... 4

Tabel 2 Luas Lahan Kopi Di Kelurahan Panji Dabutar Dari Tahun 2008-2012 ... 6

Tabel 3 Luas Lahan Jeruk Di Kelurahan Panji Dabutar Dari Tahun 2009-2012 ... 7

Tabel 4 Nama-Nama Kelompok Tani Kelurahan Panji Dabutar ... 32

Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 37

Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 38

Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 39

Tabel 8 Data Luas Areal Tanaman Pangan Kelurahan Panji Dabutar ... 40

Tabel 9 Data Luas Areal Tanaman Holtikultural Kelurahan Panji Dabutar .... 40

Tabel 10 Data Luas Areal Tanaman Buah-Buahan Kelurahan Panji Dabutar ... 41

Tabel 11 Data Populasi Ternak Kelurahan Panji Dabutar ... 42

Tabel 12 Data Luas Areal Tanaman Perkebunan ... 42

Tabel 13 Rekapitulasi Pendidikan, Pendapatan Dan Luas lahan Milik Petani Yang Melakukan Peralihan ... 79


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi alam yang melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai Negara agraris. Dengan sebagian besar masyarakatnya bermukiman di pedesaan dan mata pencaharian di sektor pertanian. Dan salah satu fungsi utama sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Indonesia adalah melakukan berbagai macam kegiatan produksi terutama di sektor pertanian dengan orientasi hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik di tingkat desa maupun ditingkat lain yang lebih luas. Seperti yang diketahui masyarakat pedesaan sering diidentikkan sebagai masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang kegiatan ekonominya terpusat pada pertanian.

Dengan berusaha disektor pertanian masyarakat pedesaan berusaha meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Namun sektor pertanian sangat tergantung pada tingkat kesuburan tanah, iklim, curah hujan dan lainnya. Tetapi ini bukan suatu keadaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memperoleh hasil penelitian. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat pedesaan ataupun masyarakat petani mengalihkan kegiatan ekonominya seperti melakukan peralihan jenis tanaman. Sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat itu sendiri.


(13)

Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pertanian yang cukup luas dan sangat besar hasilnya, sehingga mata pencaharian penduduk yang utama adalah pertanian. Potensi areal/lahan bagi usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura terdiri dari areal sawah seluas 10.170 Ha dan lahan kering 181.455 Ha. Daerah Kabupaten Dairi mempunyai luas 191.625 Ha yaitu sekitar 2,68 % dari luas Propinsi Sumatera Utara 97.160.000 Ha (BPS 2013). Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Dairi maka sektor pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah bertani/berkebun, sebagian besar sumber mata pencaharian penduduk yang utama adalah padi, jagung, kopi, sayuran, buah-buahan, dan tanaman perkebunan.

Kehidupan sebagian besar masyarakat di Kabupaten Dairi terletak di sektor perkebunan dan tanaman kopi dijadikan sebagai tumpuan ekonomi oleh sebagian besar masyarakat. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani saat itu sejahtera terutama petani kopi karena tanaman kopi sangat dikenal dengan cita rasanya dan aromanya yang asli. Kabupaten Dairi merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di Provinsi Sumatera Utara, istimewa karena tumbuh di dataran tinggi vulkanis. Secara geografis, daerah yang dikenal sebagai penghasil kopi robusta ini berada pada ketinggian 1.066 meter di atas permukaan laut, didukung dengan tofografi yang berbukit-bukit sehingga, rata-rata iklim lembab tetap terjaga sepanjang musim. Tak heran bila dulunya komoditas kopi menjadi primadona para petani di wilayah ini.

Tanaman kopi tidak hanya berakar pada sendi ekonomi, tetapi juga menyentuh sendi sosial dan budaya masyarakat khususnya di Kabupaten Dairi.


(14)

Menurut pemikiran Francis Fukuyama , nyaris tak ada suatu bentuk aktivitas ekonomi yang tidak membutuhkan kolaborasi sosial dari umat manusia. Pekerjaan sebagai petani kopi pun tidak hanya mendorong mereka untuk memuaskan kehidupan ekonomi secara individual, tetapi lebih jauh dari itu mata pencaharian tersebut telah mendorong mereka untuk keluar dari kehidupan privat menuju dunia sosial yang lebih luas dan lebih bai

Di Kabupaten Dairi, orang-orang menjadikan budaya minum kopi sebagai sarana sosialisasi baik di rumah, kedai, kantor, dan sebagainya. Namun seiring perkembangan ekonomi tanaman kopi yang selama ini jadi trade mark-nya Kabupaten Dairi tepatnya di kota Sidikalang mulai bergeser posisinya oleh tanaman kopi yang berasal dari Aceh yaitu kopi gayo. Hal ini disebabkan karena kualitas kopi dari Sidikalang bersaing dengan kualitas kopi dari Gayo yang saat ini memiliki kualitas yang lebih baik. Sehingga menyebabkan masyarakat petani melakukan peralihan jenis tanaman terutama ke tanaman jeruk. Belakangan ini, selain buah durian dari Parongil yang biasa membanjiri pasar durian di kota Medan, jeruk dari Sidikalang juga sudah mulai diminati. Rasanya yang manis, buahnya yang seragam dan tekstur kulit buah yang bersih dikhawatirkan akan menggeser posisi jeruk Berastagi yang selama ini dikenal oleh banyak kalangan memiliki keunggulan tersendiri.

Hal ini terjadi sejak tahun 2005, harga kopi di pasaran dunia kian terpuruk terutama di Kabupaten Dairi dikarenakan semakin banyaknya pesaing tanaman kopi yang lebih berkualitas dan bagus. Padahal, Kabupaten Dairi kopi Sidikalangnya pernah menorehkan masa keemasan. Dimana masyarakat petani


(15)

sebagian besar masyarakat petani menggantungkan kehidupan sosial ekonominya untuk menanam kopi. Namun, ketika harga kopi semakin menurun masyarakat petani mulai merasakan kekhawatiran terhadap pertanian kopi mereka. Untuk itu masyarakat petani melakukan peralihan jenis tanaman ke tanaman jeruk. Dampak dari terjadinya peralihan ini dari tanaman kopi ke tanaman jeruk dapat di lihat pada tabel 1, dimana pada tahun 2009 mengakibatkan terjadinya penurunan luas tanaman kopi di Kabupaten Dairi. Alasan petani memilih tanaman jeruk karena selain kondisi lingkungan sangat mendukung untuk menanam jeruk. Sehingga petani lebih dominan menanam jeruk, harga jeruk saat itu cukup tinggi dan lebih menguntungkan.

Akibat dari keadaan ini, petani kopi banyak yang mencoba beralih ke tanaman jeruk. Mereka yakin karena topografi kabupaten ini tidak jauh beda dengan kabupaten Karo. Dengan adanya peralihan jenis tanaman kopi ke jeruk terjadi penurunan dalam luas tanaman kopi di Kabupaten Dairi dapat dijabarkan melalui tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1

Luas Lahan Kopi di Kabupaten Dairi Dari Tahun 2008-2012

TAHUN LUAS TANAMAN / Area (Ha)

2008 19.409,20

2009 19.677,20

2010 19.228,20


(16)

2012 18.406 Sumber Data: Dairi Dalam Angka 2013 (BPS)

Berdasarkan data tabel 1, terlihat bahwa terjadinya penurunan dalam luas penanaman kopi untuk setiap tahunnya. Mulai penurunan luas tanaman kopi terjadi pada tahun 2009 dan penurunan yang drastis terjadi pada tahun 2010. Terjadinya penurunan dalam luas penanaman kopi di Kabupaten Dairi karena permintaan dari luar dan minat masyarakat terhadap kopi semakin berkurang. Berhubungan dengan itu kurangnya permintaan dari luar, disebabkan karena kualitas kopi dari sidikalang bersaing dengan kopi dari Gayo yang saat ini kualitasnya lebih bagus.

Terkait dengan masalah ini, hal tersebut juga di rasakan oleh masyarakat petani khususnya di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi. Di banding dengan Kelurahan lain peneliti melihat, Kelurahan Panji Dabutar hampir semua petaninya melakukan peralihan jenis tanaman kopi ke tanaman jeruk. Sebagaimana di sampaikan oleh Bapak Sarudin Sagala sebagai Bapak Lurah di Kelurahan Panji Dabutar, beliau mengatakan “untuk tujuh tahun belakangan ini sudah 60% petani di Kelurahan Panji Dabutar melakukan peralihan jenis tanaman kopi ke tanaman jeruk.”

Kabupaten Dairi di Kecamatan Sitinjo sebagian besar masyarakatnya bekerja disektor pertanian khususnya di Kelurahan Panji Dabutar. Pertanian memegang peranan penting dalam menopang kehidupan masyarakat yang ada Kelurahan Panji Dabutar. Hampir 80% lahan di Kelurahan Panji Dabutar merupakan lahan pertanian, dimana lahan pertanian itu terdiri dari kopi, sayuran


(17)

dan buah-buahan. Dimana yang dulunya komoditi Kelurahan Panji Dabutar adalah kopi, namun luas lahan pertanian kopi sebagai komoditi utama setiap tahunnya mengalami pengurangan.

Terkait dari masalah ini, masyarakat petani di Kabupaten Dairi khususnya di Kecamatan Sitinjo, Kelurahan Panji Dabutar untuk sepuluh tahun terakhir ini mulai pada tahun 2005 sudah mulai melakukan peralihan tanaman kopi ke tanaman jeruk. Setelah mencoba untuk menanam jeruk dan memperoleh hasil yang baik, maka secara tidak langsung mempengaruhi petani lain untuk menanam jeruk dibandingkan menanam kopi yang secara ekonomisnya kurang menguntungkan. Alasan kuat petani memilih menanam jeruk karena cara menanam dan merawat jeruk lebih mudah dibanding kopi. Selain itu, pada saat panen atau menikmati hasil, tanaman kopi lebih membutuhkan waktu mulai dari tahap menjemur, mengupas dan menjemur lagi sampai kering lalu bisa dipasarkan, jauh berbeda dengan jeruk yang dipetik langsung biasa dijual dan dipasarkan.

Penurunan luas lahan kopi di Kelurahan Panji Dabutar dari tahun 2008-2012 juga dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:

Table 2

Luas Lahan Kopi di Kelurahan Panji Dabutar Dari Data Tahun 2008-2012

TAHUN LUAS TANAMAN / Area (Ha)

2008 401

2009 389


(18)

2011 87

2012 87

Sumber Data: Dikutip dari Kantor Kelurahan Panji Dabutar

Pada tabel 2 juga terlihat terjadinya penurunan dalam luas lahan tanaman kopi, dimana sejak dari tahun 2008 sampai tahun 2012 adanya penurunan luas lahan tanaman kopi. Akibat turunnya harga kopi pada saat itu, menimbulkan kerisauan pada masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar sehingga menyebabkan banyak masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar mulai melakukan peralihan ke tanaman jeruk.

Dengan turunnya harga kopi pada saat itu, sehingga sebagian besar masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar sudah mulai melakukan adanya peralihan jenis tanaman khususnya ke tanaman jeruk. Berhubungan dengan itu, juga terlihat pada tabel 3, dimana berdasarkan data BPS Kelurahan Panji Dabutar tahun 2009-2012, luas lahan jeruk semakin meningkat. Dapat dilihat pada tabel 3, yaitu :

Tabel 3

Luas Lahan Jeruk di Kelurahan Panji Dabutar Dari Data Tahun 2009-2012

TAHUN LUAS TANAMAN / Area (Ha)

2009 135 Ha

2010 178 Ha

2011 200 Ha

2012 220 Ha


(19)

Berdasarkan tabel 3, luas tanaman jeruk untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan. Terlihat pada tahun 2009 masyarakat petani mulai beralih menanam jeruk, sehingga luas lahan jeruk semakin bertambah di Kelurahan Panji Dabutar. Dengan adanya peralihan ini, masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar menjadi lebih teliti dalam mengambil tindakan secara rasional untuk menyusun perencanaan terhadap pertanian mereka. Dimana masyarakat petani tidak hanya berfokus pada masalah kondisi lingkungan saja tetapi melihat aspek ketidakberesan yang kemungkinan pada pembudidayaannya. Sebab, banyak aspek yang harus diperhatikan oleh petani, mulai dari pengolahan tanah, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan.

Dengan memperhatikan aspek tersebut secara rasional petani harus pandai memilih jenis tanaman yang akan ditanam sesuai dengan kondisi lingkungan. Berhubungan dengan ini secara rasional ketika petani mengalami persoalan baik dari alam, masyarakat dan iptek, satu hal yang khas adalah bahwa yang dilakukan oleh para petani yang bercocok-tanam itu adalah berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupannya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar.

Dan yang menjadi pertanyaan tersendiri bagi peneliti, bagaimana masyarakat petani di kelurahan Panji Dabutar mampu menopang kehidupan sosial ekonomi mereka di saat usaha tani mereka terus mengalami pergantian jenis tanaman selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini. Hal semacam ini tentunya tidak memakan waktu dan biaya yang sedikit. Adanya peralihan jenis tanaman ini secara tidak langsung terjadi pergeseran dalam sistem sosial dan ekonomi masyarakat Kelurahan Panji Dabutar, sehingga berpengaruh terhadap


(20)

kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah yang dapat dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pasca peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pasca peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi.

2. Untuk mengkaji tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pasca peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoritis


(21)

1.4.1.1Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan mengembangkan Sosiologi khususnya dalam bidang kajian Sosiologi Pedesaan.

1.4.1.2Menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa Sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1Menjadi sumbangan pemikiran terhadap Pemerintah dan Aparat Kelurahan setempat, mengenai bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pasca peralihan jenis tanaman kopi ke jeruk di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi.

1.4.2.2Selain menjadi sumbangan pemikiran juga dapat memberikan informasi sehingga menambah pengetahuan bagi masyarakat Kelurahan, khususnya bagi masyarakat petani Kelurahan Panji Dabutar.


(22)

1.5 Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu penghasil pemaknaan di dalam intektual manusia yang merujuk ke kenyataan nyata dan bukan merupakan refleksi sempurna. Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan di observasi (Suyanto, 2005: 49). Defenisi konsep adalah rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti nantinya. Adapun yang menjadi konsep-konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Perubahan sosial, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat (Kingsley, 2011).

2. Pilihan rasional adalah proses berfikir untuk mengambil suatu keputusan atau sikap, yang dilalui dengan berbagai pertimbangan dan alternative secara sadar dan logis untuk mencapai hal yang diinginkan sebelumnya. Pilihan rasional dalam penelitian ini dilakukan oleh petani, dimana petani melakukan peralihan jenis tanaman.

3. Masyarakat petani, yaitu sekumpulan individu yang menempati suatu wilayah yang memiliki tujuan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Agrimedia, 2005)


(23)

4. Peralihan jenis tanaman, yaitu adanya suatu pergantian dari jenis tanaman ke tanaman lain. Dalam penelitian ini, peralihan jenis tanaman yang akan diteliti yaitu semua jenis tenaman yang di tanam oleh petani. Seperti kopi, buah-buahan, sayuran dan palawija.

5. Sosial ekonomi, yaitu diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Dimana sosial juga mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sedangkan ekonomi memiliki artian sebagai ilmu yang berhubungan dengan asas produksi, distribusi, pemakaian barang serta kekayaan. Sosial dan ekonomi sangat berkaitan erat karena jika keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat dampak sosial yang terjadi didalam kehidupan masyarakat. Sehingga sosial ekonomi mengandung arti segala sesuatu hal yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti sandang, pangan dan papan. 6. Penggunaan teknologi, yaitu teknologi memegang peranan penting

dalam pengembangan potensi sumberdaya tanaman pangan, sumberdaya peternakan dan sumberdaya perikanan dan merupakan segala sesuatu yang berfungsi untuk meringankan atau membantu pekerjaan atau aktifitas manusia.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan

Setiap individu atau masyarakat tentunya mengalami suatu perubahan. Lambat atau cepat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau tingkah laku dari anggota masyarakat yang bersangkutan, dimana individu atau kelompok saling berkaitan dengan sesama anggota kelompok atau dengan kelompok lainnya. Begitu juga dengan cara berfikir individu atau kelompok bisa berubah.

Seorang sosiolog Indonesia Selo Soemardjan (2011:610), mengatakan bahwa : “perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosial termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola prilaku antara kelompok didalam masyarakat.”

Gillin dan Gillin (dalam Nanang martono,2012:4) mengartikan perubahan sosial sebagai, suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang


(25)

disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideology maupun adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut.

Berhubungan dengan perubahan sosial, masyarakat pedesaan juga mengalami suatu perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi di pedesaan juga dapat dilihat dari cara masyarakat pedesaan untuk bertani. Beberapa waktu yang lalu kebanyakan petani di desa masih mengerjakan sawah ladangnya dengan bantuan hewan dan anggota keluarganya. Berbeda dengan sekarang ini, masyarakat petani di pedesaan mulai mengenal teknologi sehingga mempermudah untuk mengerjakan lahan mereka. Sehingga orientasi para petani di pedesaan mengalami perubahan. Lahan usaha tani semula semula dikembangkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupq sehari-hari, dialihkan menjadi lahan usaha yang bersifat komersial.

“Sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Iqbal (2000) dalam penelitiannya. Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan bekerja. Manusia disamping itu selalu senantiasa untuk berusaha memperbaiki nasibnya dan mendapatkan pekerjaan yang layak baginya. Paling tidak untuk mempertahankan kehidupannya.”

Perubahan yang terjadi pada masyarakat senantiasa karena keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, seperti sosial, ekonomi, budaya, tekhnologi dan lain-lain. Adapun penyebab dari perubahan tersebut adalah:

1. Innovation (inovasi) merupakan penemuan baru dan pembaharuan yang mempengaruhi kondisi individu maupun kelompok.


(26)

3. Adoption (adopsi) yaitu penggunaan dari penemuan baru dalam bidang tekhnologi yang memudahkan manusia dalam kehudupan sehari-hari. Perubahan sosial pada masyarakat pedesaan begitu cepat. Perkembangan teknologi pertanian membawa perubahan pada sistem produksi bahan makanan dan serat. Perubahan sistem tersebut telah membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan masyarakat pedesaan sebagai petani atau orang yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian di pedesaan.

Seperti yang terjadi pada masyarakat petani yang berada di Kelurahan Panji Dabutar, ketika teknologi berupa pupuk pestisida yang dulunya tidak pernah ada dan masyarakat hanya mengandal dengan temuan-temuan mitos untuk menanggulangi hama yang menyerang tanaman mereka, namun kini terlihat bahwa setelah penemuan teknologi dan menghasilkan produk. Masyarakat petani menjadi lebih berani dalam mengambil resiko dengan melakukan peralihan jenis tanamana seperti dari menanam kopi beralih menanam tanaman jeruk karena saat ini petani sudah pandai mengatasi hal-hal buruk yang akan terjadi. Sehingga hal ini sangat berdampak terhadap perubahan yang terjadi pada masyarakat petani.

Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial, sehingga perubahan sosial merupakan gejala sosial yang normal. Perubahan sosial tidak dapat dipandang hanya dari satu sisi, sebab perubahan mengakibatkan perubahan disektor-sektor lain. Perubahan sosial, berarti adanya perbedaan sesuatu yang diamati melalui periode tertentu. Sedangkan kata sosial, berarti manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi perubahan sosial adalah proses berkelanjutan melalui periode waktu, dimana perbedaan dalam hubungan antar manusia terjadi.


(27)

2.1.1 Perubahan sistem dan pola tanam

Sejarah pertanian telah mencatat bahwa sistem dan pola pertanian masyarakat petani pada awalnya adalah pertanian yang bersifat subsistem, Dimana tanaman yang ditanam hanya sekedar dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sistem seperti ini juga terjadi di wilayah dataran tinggi Kabupaten Dairi. Mereka menanam berbagai jenis tanaman, antara lain padi, kopi, buah-buahan ataupun sayur-sayuran. Maka bentuk pertanian tersebut bersifat individual, cakupannya hanya dalam keluarga. Sistem ini kemudian berubah dan berkembang dimana para petani mulai memanfaatkan lahan pertaniannya guna memperoleh uang, sehingga sistem subsistensial perlahan-lahan mulai ditinggalkan.

Adanya pembaharuan sistem di kalangan petani, dimana selama kurun waktu sepuluh tahun masyarakat petani khususnya di Kelurahan Panji Dabutar melakukan pergantian jenis tanaman yang berorientasi pasar. Di sini terlihat bahwa ada sebuah sistem baru yang dijalankan petani di dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sistem ini berdampak terhadap pola dan sistem bercocok-tanam petani, dan dampak yang lebih jauh lagi ialah petani telah mempunyai keterkaitan langsung dengan pasar. Keterkaitan ini membuat pedesaan telah berubah mencapai tingkat komersialisasi sedemikian rupa, sehingga lebih terlibat dalam percaturan ekonomi yang lebih luas di luar wilayahnya atau disebut cenderung mengarah ke sistem kapitalisme.

Dengan perubahan sistem pertanian dan pola tanam yang didasari dengan pergantian jenis tanaman yang ditanam. Sehingga semakin terlihat


(28)

jelas ragam dan besarnya determinasi pertanian terhadap corak kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Smith dan Zopf (dalam Rahardjo, 2004) memberikan cakupan pengertian yang luas terhadap sistem pertanian, yaitu mencakup seperangkat gagasan, elemen-elemen, budaya, keterampilan, teknik, praktek, prasangka, dan kebiasaan yang terintegrasi secara fungsional dalam suatu masyarakat, berkaitan dengan hubungan mereka dengan tanah pertaniannya.

Di Kelurahan Panji Dabutar, terjadi peralihan jenis tanaman. Tanaman keras yang menjadi pilihan petani ialah tanaman yang bernilai jual tinggi di pasaran (high value commodity) seperti tanaman jeruk yang ditanam petani lebih kurang sepuluh tahun terakhir ini. Dalam penelitian Okta Selvia (2005), dengan adanya perubahan petani berhadapan dengan beberapa resiko yaitu : Pertama, karena tanaman keras merupakan tanaman yang bebas diusahakan dan diperdagangkan tanpa campur tangan aparat desa, sehingga petani berhubungan langsung dengan pasar, akibatnya mereka sangat rentan terhadap fluktuasi harga yang juga dipengaruhi oleh beberapa aktor mulai dari pembeli biasa hingga tengkulak. Kedua, pertanian juga sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan musim.

2.1.2 Perkembangan Teknologi

Dalam mencapai peningkatan produksi, teknologi memang diperlukan dan para petani perlu mengadopsi teknologi. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian


(29)

merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi suatu produk olahan.

Perkembangan teknologi pertanian membawa perubahan pada sistem produksi bahan makanan dan serat. Perubahan sistem tersebut telah membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan masyarakat pedesaan sebagai petani atau orang yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian di pedesaan. Contohnya, ketika teknologi berupa pupuk pestisida yang dulunya tidak pernah ada dan masyarakat hanya mengandal dengan temuan-temuan mitos untuk menanggulangi hama yang menyerang tanaman mereka, namun seiring perkembangan teknologi kini terlihat bahwa setelah penemuan teknologi banyak menghasilkan produk baru maka sangat berdampak terhadap perubahan sistem pertanian yang terjadi pada masyarakat.

Kingsley Davis (dalam Soekanto, 2000: 324) berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup hampir semua bagian dalam ruang lingkup masyarakat. Diantaranya yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, pola prilaku, bahkan mencakup perubahan dalam bentuk aturan-aturan organisasi sosial. Dan seiring dengan perkembangan teknologi pertanian, usaha peningkatan produksi dan pendapatan usahatani tidak akan berhasil tanpa penggunaan teknologi baru baik dibidang teknis budidaya, benih, obat-obatan dan pemupukan. Sehingga teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas

Pekerjaan dalam usaha tani yang dikerjakan secara langsung oleh petani ataupun tenaga kerja keluarga semakin kecil. Dimana pekerjaan bertani


(30)

lebih banyak mengandalkan mesin ataupun tenaga kerja yang diupah. Perubahan menunjukkan bahwa petani penggarap lebih banyak menangani pekerjaan usaha taninya secara langsung dibandingkan petani pemilik. Begitu pula petani berlahan sempit lebih banyak menangani pekerjaan usaha taninya secara langsung dibandingkan petani berlahan luas.

2.2 Tindakan Rasional Petani

Peralihan jenis tanaman yang dilakukan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar merupakan sebuah tindakan manusia yang merupakan sebuah fenomena sosial. Dalam kacamata teori tindakan rasional, peralihan jenis tanaman yang dilakukan masyarakat petani merupakan sebuah tindakan rasional yang dilakukan oleh para petani karena peralihan jenis tanaman yang dilakukan masyarakat petani tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sosial ekonomi petani itu sendiri. Dimana ada beberapa faktor masyarakat melakukan peralihan jenis tanaman, yaitu selain lingkungan yang mendukung melakukan peralihan jenis tanaman, juga karena keinginan dan pilihan masyarakat itu sendiri.

Weber (dalam Ritzert dan gootman, 2010) menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tindakan sosial menurut Weber adalah pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyata.


(31)

Weber (dalam Ritzert dan gootman, 2010) membagi rasionalisme tindakan kedalam empat macam yaitu :

1. Tindakan rasionalitas instrumental yaitu tindakan yang diarahkan secara rasional untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu.

2. Rasionalitas yang berorientasi nilai yaitu tindakan yang ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan atas dasar keyakinan seseorang individu terhadap nilai-nilai estetika, etika dan keagamaan.

3. Tindakan emosional yaitu segala tindakan seseorang individu yang dipengaruhi oleh parasaan dan emosi.

4. Dan tindakan tradisional yaitu tindakan dimana seseorang akan melakukan sutau tindakan hanya karena mengikuti amalan tradisi atau kebiasaan yang telah berlaku.

Rasional instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial. Dibandingkan rasional instrumental, sifat rasional yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute atau nilai akhir baginya.

Berhubungan dengan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, untuk menentukan tindakan mereka juga sudah lebih memperhitungkan langkah atau tujuan mereka. Karena tindakan yang mereka lakukan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi mereka. Permasalahan yang dihadapi petani ketika petani mengalami persoalan baik dari alam, dalam masyarakat maupun


(32)

iptek. Satu hal yang khas yaitu bahwa yang dilakukan oleh para petani yang bercocok-tanam itu adalah berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko dan bukan berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupannya. Petani pada hakikatnya mempunyai keinginan agar segala sesuatu yang dikerjakan memperoleh hasil yang baik oleh karena itu segala sesuatu yang dikerjakan harus dipikirkan secara rasional agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Petani sebagai manusia, umumnya adalah kepala keluarga di dalam rumah tangganya. Karena itu, sebenarnya tidak ada satupun petani yang tidak selalu ingin memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan keluarganya. Sehingga, mereka juga mau dan selalu ingin mencoba setiap peluang yang dapat dilakukannya untuk memperbaiki kehidupan keluarga. Dimana Mosher (1967) mengatakan bahwa petani sebagai manusia, ia juga rasional memiliki harapan, keinginan-keinginan dan kemauan untuk hidup lebih baik. Sehingga, memiliki potensi yang dapat dikembangkan guna memperbaiki kehidupannya.

2.3 Pergeseran Ekonomi Petani

Hidup layak dan sejahtera merupakan keinginan setiap manusia, terutama para petani. Semakin pesatnya perkembangan zaman dan diiringi dengan pertumbuhan ekonomi dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan, membuat para petani mencari cara untuk mempertahankan kehidupan sosial ekonomi mereka. Dimana sumberdaya lahan pertanian yang diharapkan memberikan manfaat yang sangat luas secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Oleh karena itu, ketika petani


(33)

melakukan peralihan jenis tanaman sangat berpengaruh besar terhadap sosial ekonomi mereka.

Pada saat masyarakat petani memutuskan untuk melakukan peralihan jenis tanaman dari tanaman kopi ke tanaman jeruk. Secara langsung memberikan pengaruh terhadap sosial ekonomi warga khususnya Panji Dabutar, karena dengan begitu mereka para pemilik lahan, petani dan tenaga kerja bersama-sama berusaha meningkatkan sektor ekonomi memalui bidang pertanian. Sehingga dengan peralihan jenis tanaman yang di lakukan oleh masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar secara tidak langsung mengakibatkan adanya pergeseran ekonomi mereka sehingga mempengaruhi pendapatan maupun mata pencaharian mereka. Adanya peralihan tanaman yang dilakukan petani tersebut berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Dimana kondisi sosial ekonomi masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun sosial yang ada di daerah tersebut, kondisi sosial ekonomi merupakan gambaran dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif karena pendekatan kualitatif lebih cocok digunakan. Sehingga lebih mudah untuk mencakup dan memperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian pendekatan kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam kata-kata dan bahasa pada konteks khusus yang alamiah dan dengan menggunakan metode ilmiah (Moleong, 2010:6). Pendekatan kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami. Berdasarkan tujuan peneliti, penelitian bisa dibedakan ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang sedang diteliti dan berusaha untuk


(35)

memberikan gambaran yang jelas dan mendalam tentang apa yang diteliti dan menjadi pokok masalah. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk.

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah pada pra observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti di daerah tersebut, lokasi ini merupakan daerah dimana terdapat masyarakat petani melakukan adanya peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk.

3.3Unit dan Analisis Informan

3.3.1 Unit Analisis

Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “Units of analysis”. Hal ini dimungkinkan karena setiap objek penelitian memiliki cirri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial dan tingkat penghasilan. Ada sejumlah unit analisis yang lajim digunakan pada kebanyakan pada penelitian sosial yaitu : individu, kelompok, organisasi dan sosial artifak (Danandjaja, 2005:31). Unit analisis data adalah suatuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun


(36)

unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat petani yang melakukan peralihan jenis tanaman kopi ke tanaman jeruk di Kelurahan Panji Dabutar.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007: 76). Dalam penelitian ini informan adalah orang yang memiliki syarat tertentu dalam penelitian ini yaitu :

1. Masyarakat petani yang melakukan peralihan jenis tanaman.

Dimana masyarakat petani yang dulunya pernah menanam tanaman kopi dan sekarang beralih menjadi menanam tanaman jeruk

2. Penyuluh Pertanian

Sebagai informan pendukung, untuk mengetahui bagaimana perkembangan masyarakat petani yang dulunya menanam kopi beralih menanam tanaman jeruk

3.4Teknik Pengumpulan Data

Data sebuah penelitian dapat dapat digolongkan menjadi dua bagian , yaitu data primer dan skunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara, baik secara partisipatif maupun dengan cara wawancara mendalam, maka untuk mendapatkan data pokok atau data utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(37)

a. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan untuk melihat langsung pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitiaan pada saat peristiwa sedang berlangsung (Nawawi : 2006)

b. Wawancara mendalam atau interview yaitu sebuah proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Burhan, 2007). Bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang objek masalah yang akan diteliti yaitu pilihan rasional petani dalam peralihan jenis tanaman. Wawancara dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang lama bersama informan. Untuk memudahkan pewawancara dalam melakukan tangung jawab, pewawancara menggunakan alat bantu perekam untuk memudahkan peneliti menangkap seluruh informasi yang diberikan informan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data tangan kedua yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari objek penelitian (Saifuddin Azwar, 2004:91). Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan, yaitu dengan membuka, mencatat dan mengutip dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat-pendapat para ahli/pakar


(38)

dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat mendukung terlaksananya penelitian.

3.5Interpretasi Data

Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari hasil penelitian di edit, dikategorikan dan kemudian temuan data dipaparkan secara sistematis sesuai dengan fokus penelitian di Kelurahan Panji Dabutar, Kabupaten Dairi. Seiring dengan deskripsi data, dilakukan interprestasi data dengan merujuk pada kajian perspektif Sosiologi yang digunakan. Sehingga pada akhirnya dapat memahami dan menentukan jawaban dari penelitian tersebut.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Proposal

2. ACC Judul

3. Penyusunan Proposal Penelitian 4. Sminar Proposal Penelitian 5. Revisi Proposal Penelitian


(39)

7. Pengumpulan Data dan Analisi Data

8. Bimbingan Skripsi

9. Penulisan Laporan Akhir

10. Sidang Meja Hijau

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern di mana peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi juga karena faktor eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya membahas tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat petani pasca peralihan jenis tanaman dari kopi ke jeruk di Kelurahan Panji Dabutar, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi. Adapun kondisi sosial ekonomi masyarakat petani hanya dibahas secara singkat dan tidak mendalam karena takut keluar dari pandangan Sosiologi. Karena, jika diteliti secara mendalam lebih mengarah pada kajian Pertanian.

2. Ruang dan waktu dalam penelitian juga cukup terbatas, sehingga diharapkan penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lama agar data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi.


(40)

3. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan dalam berkomunikasi dengan informan masyarakat petani yang melakukan peralihan tanaman, berhubung kebanyakan petani pemilik tanaman sulit ditemui. Namun peneliti mengingat bahwa peneliti harus objektif, sehingga semua dapat teratasi. Petani pemilik tanaman terlihat tertutup juga menjadi salah satu keterbatasan bagi peneliti untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam lagi tentang seberapa pendapatan mereka, ditambah lagi data penduduk petani yang melakukan peralihan jenis tanaman kopi ke jeruk juga sulit untuk diketahui karena tidak adanya data jumlah penduduk petani kopi maupun jeruk.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Kelurahan Panji Dabutar

Kelurahan Panji Dabutar juga memiliki sejarah khusus. Nama dari Kelurahan Panji Dabutar, sudah dari dulunya ditetapkan dari masyarakat setempat. Awalnya daerah ini bernama Lae Gerat, namun berhubung masyarakatnya pada saat itu mayoritas bermarga Sidabutar, sehingga banyak masyarakat mengenal daerah ini daerah marga Sidabutar. Pada saat daerah ini mau di resmikan menjadi Kelurahan. Dulu pada saat itu Kepala Lurah akhirnya memutuskan untuk memberi nama daerah ini Kelurahan Panji Dabutar dan nama jalan besar yang ada di daerah ini di buat menjadi jalan Lae Gerat. Sehingga masih ada juga sebagian masyarakat mengenal daerah ini Desa Lae Great.

Di Kurahan Panji Dabutar tidak hanya dihuni oleh Suku Pak-Pak saja. Karena sumber daya alam yang berlimpah seperti lahannya yang subur dan cocok untuk bercocok tanam maka banyak orang pendatang berdatangan untuk tinggal di daerah ini, baik yang pada awalnya sebagai pekerja ataupun faktor perkawinan campuran dan akhirnya menetap dan menjadi warga di Kelurahan Panji Dabutar.


(42)

Banyak suku telah masuk dan tinggal bersama di daerah ini diantaranya, Suku Karo, Suku Toba, Suku Simalungun, Suku Jawa, dan Suku lainnya.

Selain itu Kelurahan Panji Dabutar berada pada dataran tinggi yang subur, hal ini dikarenakan faktor cuaca yang mendukung dan pada dasarnya faktor tanah yang subur dan sangat cocok sebagai lahan pertanian. Sehingga masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar lebih banyak bekerja sebagai petani dan banyak orang menggantungkan hidupnya terhadap pertanian. Dan selebihnya bekerja di sektor lainnya. Kegiatan pertanian di Kelurahan Panji Dabutar ini lebih banyak menanam tanaman jeruk, dan tanaman lain seperti sayur-sayuran dan palawija tidak terlalu begitu banyak.

Kelurahan Panji Dabutar merupakan bagian dari Kecamatan Sitinjo. Dimana berdasarkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Dairi Nomor 07 tahun 2005, Kecamatan Sitinjo terdiri dari 3 Desa dan 1 Kelurahan, yaitu:

1. Desa Sitinjo 2. Desa Sitinjo I 3. Desa Sitinjo II

4. Dan Kelurahan Panji Dabutar

Wilayah Kecamatan Sitinjo diapit oleh empat Kecamatan dengan perbatasan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Sumbul Sebelah Selatan : Kabupaten Pakpak Barat Sebelah Barat : Kecamatan Sidikalang Sebelah Timur : Kecamatan Parbuluan


(43)

Dalam sejarahnya, Kelurahan Paunji Dabutar ini baru di resmikan 5 tahun belakangan ini. Adapun susunan pemerintahan Kelurahan Panji Dabutar pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Kepala Lurah : Sarudin Sagala Sekretaris Lurah : Sannur Aruan

Bendahara : Sonta Bancin

Selain itu, program pemerintah seperti penyuluh pertanian juga masih berjalan untuk mendukung perkembangan sektor pertanian di Kelurahan Panji Dabutar. Adapun tujuan dari penyuluh pertanian untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap para petani serta pelaku usaha pertanian lainnya. Melalui proses pembelajaran agar mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan diri mereka, saling bekerja sama dalam memecahkan masalah pertanian. Untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, pendapatan dan kesejahteraan.

Untuk menjalankan program pemerintah, penyuluh pertanian membentuk suatu kelompok tani. Adapun daftar nama kelompok tani di Kelurahan Panji Dabutar Kecamatan Sitinjo yang masih berjalan adalah :

Tabel 4. Nama-Nama Kelompok Tani Kelurahan Panji Dabutar

No Nama

Kelompok

Luas Lahan

(Ha)

Jumlah

Anggota

Tahun

Terbentuk

Ketua

Kelompok

Lahan

Sawah

Lahan

Darat

1 Sada Ukur 8 23 24 2006 Sampang. S


(44)

3 Saroha 6 30 20 2006 Untan Simamora

4 Lamlas - 31 27 2006 Makdin Dabutar

5 Persahabatan - 12 25 2006 Muller. P

6 Lam Togu - 12,5 18 2008 Merli Sitanggang

7 Dahlia 7 12,5 30 2007 Nurlina. S

8 Bintang Tani 7 10 25 2009 Patar Dabutar

Sumber Data : Kantor Penyuluh 2011

Berdasarkan tabel 4 di atas, kelompok-kelompok tersebut sampai sekarang ini masih berjalan. Adapun tujuan dibentuknya kelompok tani diatas, agar terselenggaranya penyuluh pertanian yang efektif dan efisien serta berkesinambungan, dengan meningkatkan produktifitas usaha tani/kelompok tani dan pelaku usaha tani lainnya. Dimana untuk meningkatkan pembelajaran tani, terjadinya akses pertanian ke sumber informasi, teknologi dan pemodalan agar para petani dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan kemampuan, menejerial dan kewirausahaan petani di Panji Dabutar.

4.1.2 Keadaan Geografis Kelurahan

Kelurahan Panji Dabutar merupakan Kelurahan yang berada di Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi. Dimana Kelurahan Panji Dabutar ini berjarak sekitar 8 km dari ibu kota Kecamatan Sitinjo. Dan berjarak sekitar 3 km dengan ibu kota Kabupaten Dairi Berbeda dengan Desa-Desa Kecamatan Sitinjo. Kelurahan Panji Dabutar ini, merupakan Kelurahan yang paling dekat dengan ibu kota Kabupaten Dairi.


(45)

Luas wilayah Kelurahan Panji Dabutar adalah 1.478 Ha dengan ketinggian rata-rata 1.100 s/d 1.300 meter di atas permukaan laut dan Kelurahan Panji Dabutar memiliki suhu rata-rata minimum/maximum adalah 15˚C s/d 1 8˚C. Dan adapun batas wilayah Kelurahan Panji Dabutar yaitu:

Utara : Kelurahan Batang Beruh Timur : Desa Sitinjo II

Selatan : Lae Simbelen

Barat : Kelurahan Sidiangkat

Berdasarkan bentuk wilayah Kelurahan Panji Dabutar adalah datar bergelombang dan memiliki luas lahan 1.478 Ha yaitu daerah yang ideal untuk usaha sektor pertanian ±595 hektar. Berdasarkan peruntukannya, tata guna lahan di daerah kerja Kelurahan Panji Dabutar dapat dikelompokkan dalam persawaahan, lahan kering, pekarangan, bangunan perumahan dan fasilitas umum.

4.1.3 Sarana Dan Prasarana Kelurahan

Di Kelurahan Panji Dabutar terdapat beberapa prasarana yang berfungsi membantu penduduk di Kelurahan Panji Dabutar dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Dimana prasarana ini merupakan pemberian pemerintah maupun hasil dari penduduk itu sendiri.

1. Sarana Transportasi

Adanya prasarana ini sangat berpengaruh pada kelancaran aktivitas penduduk Kelurahan Panji Dabutar. Terdapat beberapa prasarana terkait perhubungan ini seperti jalan aspal yang sudah baik sehingga mempermudah aktivitas jalan dari Kelurahan ke Ibu Kota. Selain itu,


(46)

sarana perhubungan untuk mendukung perhubungan dalam masyarakat kelurahan dilengkapi dengan adanya transportasi umum yaitu seperti angkutan umum, TV atau radio, dan surat kabar. Disamping itu beberapa masyarakat juga sudah memiliki kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Di Kelurahan Panji Dabutar ini, sarana dan prasarananya sudah cukup terpenuhi berhubung dekat dengan ibu kota Kabupaten Dairi.

2. Sarana Pemasaran

Dalam pemasarannya cukup dalam membantu masyarakat dalam berusaha terutama petani Jeruk. Karna terdapat beberapa toke jeruk dan kelompok petani. Dimana untuk menjual hasil produksi masyarakat petani jeruk, langsung menjual kepada toke dan toke yang langsung datang ke lahan-lahan milik petani untuk mengambil hasil pertanian. Sehingga untuk menjual tanaman petani terutama seperti buah jeruk, petani tidak merasa kesulitan untuk menjualnya. Lain dari itu juga, kios atau warung juga mendukung pemasaran usaha masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar. 3. Produksi

Prasarana membantu penduduk di Kelurahan Panji Dabutar dalam hal produksi. Produksi di Kelurahan Panji Dabutar sebagian besarnya merupakan hasil pertanian seperti memproduksi buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman palawija. Dan untuk saat ini di Kelurahan Panji Dabutar, buah jeruk merupakan hasil produksi yang paling besar karena


(47)

masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar lebih dominan menanam tanaman jeruk.

4. Sosial

Prasarana juga sangat membantu penduduk dalam bidang sosial yang menyangkut kehidupan sosial penduduknya. Di Kelurahan Panji Dabutar terdapat beberapa prasarana sosial yaitu: adanya satu (1) SD Negeri dan satu (1) TK (PAUD), selain itu terdapat sarana ibadah seperti gereja sebanyak 8, mesjid sebanyak 2 dan mushola 1. Banyaknya gereja terdapat karena di Kelurahan Panji Dabutar masyarakatnya lebih dominan beragama kristen. Sarana kesehatan juga terdapat di Kelurahan Panji Dabutar seperti, adanya 2 puskesmas pembantu dan 1 poliklinik/balai pengobatan. Dan ditambah juga adanya 4 posyandu. Terkait dengan prasarana SMA Negeri maupun Swasta tidak ada di Kelurahan Panji Dabutar, sehingga anak SMA bersekolah ke ibu kota Kabupaten, dengan jarak tempuh tidak terlalu jauh dari Kelurahan.

4.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

Dilihat dari kondisi sosial budaya masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar masih erat dengan ciri khas budayanya, meskipun masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar sebagian banyak yang pendatang namun apabila meraka melakukan upacara-upacara adat mereka melaksanakan berdasarkan ciri khas budaya mereka. Meskipun saat ini, masyarakat petani mulai kurang untuk menanam tanaman kopi. Namun, tanaman kopi sangat erat pengaruhnya terhadap budaya kesenian di Kabupaten Dairi, seperti adanya tarian memetik kopi. Hingga sampai saat ini


(48)

tarian memetik kopi merupakan salah satu budaya kesenian di Kabupaten Dairi. Masyarakat yang dominan di Kelurahan Panji Dabutar adalah masyarakat suku pak-pak dan yang lainnya adalah suku batak, karo dan lain-lain.

Solidaritas pada masyarakat juga terlihat adanya saling tolong menolong, misalnya pada saat salah satu masayarakat membuat suatu pesta adat, arisan maupun perwiritan maka akan ada masyarakat yang datang untuk membantu. Tidak hanya itu, solidaritas juga terlihat pada masyarakat petaninya yang saling membantu antara satu dengan yang lain. Dan dalam sistem pengelolaan lahan pertanian saat ini, sebagian masyarakat petani mengerjakan lahannya sendiri-sendiri dan sebagian lainnya petani sebagai pemilik lahan mengupah pekerja untuk mengerjakan lahannya.

Peralihan jenis tanaman yang dilakukan oleh masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar, sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial ekonomi mereka. Dimana peralihan jenis tanaman yang dilakukan oleh petani sudah dapat meningkatkan pendapatan mereka sehingga masyarakat petani dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka sehari-hari.

4.1.5 Penduduk

Penduduk di kelurahan Panji Dabutar berjumlah 1.981 jiwa dengan 340 kk. Dengan jumlah laki-laki sebesar 1.039 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 942 jiwa. Data dapat dilihat pada tabel 5 yaitu:

Tabel 5


(49)

K

o

m

p

osisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber Data: Kantor Kelurahan Panji Dabutar (2013)

Semua penduduk di Kelurahan Panji Dabutar juga telah menganut beberapa agama yang telah diakui di negara Indonesia. Di mana penduduk ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan agama yang dianutnya, seperti yang terlihat pada tabel 6, yaitu:

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Laki-laki 1.039 52,4 %

Perempuan 942 47,6 %

Total 1.981 100%

Agama Jumlah Penganut Persentase

Islam 396 jiwa 20 %


(50)

Sumber : Kantor Kelurahan Panji Dabutar (2013)

Seperti yang terlihat pada tabel 6 di atas, dari jumlah masyarakat sebanyak 1.981 jiwa, terlihat bahwa agama masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar lebih dominan beragama Kristen protestan sebanyak 1.426 jiwa, sedangkan yang beragama Islam sebanyak 396 jiwa dan Khatolik merupakan agama yang paling sedikit sebanyak 159 jiwa.

Berdasarkan mata pencaharian, penduduk di Kelurahan Panji Dabutar dapat dibagi menjadi beberapa kelompok seperti yang terlihat pada tabel 7 di bawah ini, yaitu:

Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Kristen Protestan 1.426 jiwa 72 %

Total 1.981 jiwa 100%

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Bertani 576 jiwa 54,4 %


(51)

Sumber Data : Kantor Kelurahan Panji Dabutar(2013)

Dari tabel 7 di atas, dapat kita lihat bahwa pada umumnya penduduk di Kelurahan Panji Dabuatr dominan bekerja sebagai petani sebanyak 576 jiwa. Hal ini didukung karena lahan masyarakat yang cukup luas serta kecocokan tanah sebagai lahan pertanian. Sehingga masyarakat terlihat sangat bergantung pada sektor pertanian, dimana masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar juga mengusahakan cabang-cabang usaha tani sub sektor tanaman pangan dan perkebunan, dan sebahagian kecil mengusahakan perternakan dan perikanan. Dalam bidang jasa, ada beberapa jenis pekerjaan jasa yang terlihat dari masyarakatnya seperti pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang, buruh, dan lainnya.

4.1.6 Tataguna Lahan Berdasarkan Jenis Tanaman

TNI/POLRI 4 jiwa 0,4 %

Pedagang 35 jiwa 3,3 %

Buruh 298 jiwa 28,1 %

Dan lain-lain 102 jiwa 9,6 %


(52)

Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian daerah yakni sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi sebahagian besar penduduk di Kelurahan Panji Dabutar. Adapun gambaran umum tataguna lahan berdasarkan jenis tanaman pertanian di Kelurahan Panji Dabutar dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8

Data Luas Areal Tanaman Pangan Kelurahan Panji Dabutar

No Kelurahan Jenis Tanaman (Ha)

Padi Sawah

Padi gogo

Jagung Ubi Jepang

Ubi kayu

1 Panji Dabutar 30 35 75 15 6

Sumber Data : Kantor Kelurahan Panji Dabutar(2013)

Berdasarkan Tabel 8, untuk tanaman pangan seperti jagung merupakan tanaman pangan yang lebih banyak ditanam masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar seluas 75 Ha, berbeda dengan padi gogo seluas 35 Ha, padi sawah seluas 30 Ha, ubi jepang seluas 15 Ha dan ubi kayu hanya seluas 6 Ha.

Tabel 9. Data Luas Areal Tanaman Holtikultural Kelurahan Panji Dabutar

No Kelurahan Jenis Tanaman (Ha)

Cabe Tomat K.Tanah Terong Kubis Kentang

1 Panji Dabutar 11 4 2 1 3 3


(53)

Untuk tanaman muda seperti cabe, tomat, kacang tanah, terong, kubis dan kentang, masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar tidak terlalu banyak menanamnya. Tanaman muda hanya dijadikan selingan untuk menambah pendapatan mereka, dimana mereka hanya menanamnya ketika pada musimnya saja dan ketika harga tanaman muda naik.

Tabel 10. Data Luas Areal Tanaman Buah-Buahan Kelurahan Panji Dabutar

No Kelurahan

Jenis Tanaman Jeruk

(Ha)

Apokat (Btg)

Terong Belanda

Jambu Biji (Btg)

Jambu Air (Btg)

Nenas (Btg)

1 Panji Dabutar 220 2550 150 75 50 3500

Sumber Data : Kantor Kelurahan Panji Dabutar (2013)

Hasil produksi dari Kelurahan Panji Dabutar ini dapat terlihat dari hasil pertanian, perdagangan dan lain sebagainya. Hasil pertaniannya selain sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman palawija merupakan tanaman yang di tanam masyarakat petani untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan pada bidang pertanian dapat kita temukan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar lebih dominan memproduksi hasil tanaman dari buah-buahan seperti buah jeruk.


(54)

Tabel 11. Data Populasi Ternak Kelurahan Panji Dabutar

No Kelurahan

Potensi Ternak (Ekor)

Kuda Kerbau Kambing Babi Ayam Bebek Anjing 1 Panji

Dabutar - 60 10 430 1475 30 235

Sumber Data : Kantor Kelurahan Panji Dabutar(2013)

Berdasarkan tabel 11, masyarakat di Kelurahan Panji Dabutar lebih banyak berternak ayam, dimana dapat dilihat sebanyak 1475 ekor. Banyaknya masyarakat berternak ayam karena untuk berternak ayam tidak terlalu sulit. Setelah itu, berternak babi sebanyak 430 ekor, dan masyarakat juga lebih banyak memelihara anjing sebanyak 235 ekor karena untuk memelihara anjing bermanfaaat untuk menjaga ladang maupun kebun masyarakat. Selain itu, masyarakat juga berternak kerbau sebanyak 60 ekor, bebek 30 ekor dan kambing 10 ekor.

Tabel 12. Data Luas Areal Tanaman Perkebunan

No Kelurahan Kopi (Ha)

1 Panji Dabutar 87

Sumber Data : Kantor Kelurahan Panji Dabutar(2013)

Pada tabel 12, luas lahan kopi pada tahun 20013 hanya 87 Ha. Jika dibandingkan pada Tabel 2, sangat terlihat jelas untuk setiap tahunnya luas lahan kopi di Kelurahan Panji Dabutar semakin berkurang.


(55)

4.2 Profil Informan

1. Informan Penyuluh

1. Nama : Novel Berutu Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 35 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pertanian

Pekerjaan : Koordinator Penyuluh

Bapak Novel Berutu merupakan seorang penyuluh. Dimana sebagai penyuluh Bapak Novel Berutu berkeduduk sebagai Ketua Penyuluh di Kecamatan Sitinjo. Sejak tahun 2011 Bapak Novel sudah berjabat sebagai Ketua Penyuluh selama 3 tahun yang sebelumnya menggantikan Bapak Demsi Kudadiri. Bapak Novel Berutu bertempat tinggal di ibu kota Kabupaten Dairi yaitu Sidikalang, tepatnya berdekatan dengan perbatasan Kelurahan Panji Dabutar, sehingga apabila Bapak Novel melakukan penyuluhan terhadap petani di Kelurahan Panji Dabutar sangat dekat. Sama halnya para petani apabila ada keperluan dengan penyuluh menjadi lebih mudah berhubung dikarenakan jarak yang dekat dengan Kelurahan Panji Dabutar.

2. Informan Petani Yang Beralih Menanam Jeruk

1. Nama : Bapak Tomsom Sinaga Jenis Kelamin : Laki-Laki


(56)

Agama : Kristen Pendidikan : S1 Pekerjaan : Petani Tahun Beralih : 2007 Luas Lahan : 2 Ha

Bapak Tomson Sinaga merupakan seorang pensiunan dari Koramil Balige. Bapak Tomson Sinaga memiliki seorang istri PNS yang masih mengajar di SD Negeri Kutagambir dan memiliki 4 orang anak yang semuanya sudah bekerja. Saat ini, Bapak Tomson memiliki 2 lahan pertanian, dimana 2 hektar berada di Sumbul Pegagan yang berjarak waktu 1 jam dari ibu kota Kab. Dairi dan 2 hektar berada di Kelurahan Panji Dabutar. Untuk kedua lahan pertaniannya Bapak Tomson, menanam tanaman jeruk yang sudah ditanam sejak tahun 2007.

Sebelum Bapak Tomson menanam pohon jeruk, Bapak Tomson menanam tanaman kopi. Berdasarkan keterangan Bapak Tomson, alasan beliau beralih menanam jeruk karena pada saat menanam kopi harga kopi pada saat itu tidak menentu bahkan pernah menurun dratis harga kopi harganya sampai dibawah Rp.18.000/kg, sehingga menyebabkan beberapa petani beralih menanam ke tanaman lain terutama tanaman jeruk dan menyebabkan harga kopi semakin menurun. Pada saat itu, Bapak Tomson melihat teman-temannya mulai beralih menanam jeruk dan cukup menguntungkan, sehingga Bapak Tomson mencoba untuk beralih menanam jeruk.

Bapak Tomson mengatakan, awalnya masih mencoba dengan menanam jeruk dengan luas 1 Hektar saja dan 1 Hektarnya masih ditanami


(57)

tanaman kopi. Untuk modal pertama menanam jeruk, saya gunakan tabungan dari hasil gaji saya selama ini, kurang lebih 10 juta untuk 1 hektar lahan menanam jeruk karena untuk 1 hektar harus membeli 2 sampai 3 truk kompos dengan harga 1 truk kompos 2 juta. Untuk menunggu berbuahnya pohon jeruk selama 3 sampai 4 tahun, diantara tanaman jeruk Bapak Tomson menanam tanaman muda yaitu cabai. Setelah panen jeruk, Bapak tomson mendapat hasil dari jeruk yang lebih menguntungkan dari pada kopi.

Keuntungan yang didapat dari hasil jeruk memang tidak terlalu jauh berbeda dari hasil tanaman kopi, tapi Bapak Tomson merasa bahwa dengan menanam jeruk untuk penjualannya perputarannya lebih cepat dari pada kopi. Karena pada saat itu, toke yang mengambil hasil kopi jarang datang untuk mengutip bahkan sempat menunggu sampai 1 bulan. Padahal ketika masih berjayanya kopi dan harga kopi tinggi setiap minggu toke atau pengepul datang langsung untuk membeli hasil kopi.

Bapak Tomson juga mengatakan untuk harga perkilonya jeruk adalah Rp. 6.000/kg, bahkan sampai Rp.8000/kg kalau hasil buahnya bagus. Bapak Tomson merasa dengan menjual jeruk sangat menguntungkan sehingga Bapak Tomson memutuskan untuk menanam tanaman jeruk di dua lahan pertaniannya karena untuk 1 hektar lahan jeruk dalam setahun Bapak Tomson mendapat lebih dari 100 juta selama menjual hasil jeruk. Selain itu, untuk kedua lahan pertaniannya, di Kelurahan Panji Dabutar Bapak Tomson mengurus sendiri bersama istrinya berhubung tempat tinggal tetap berada di Kelurahan Panji Dabutar, sedangkan 2 hektar lahannya di Sumbul Pegagan dibayar orang lain untuk mengurusnya.


(58)

Bapak Tomson juga ikut serta dalam salah satu kelompok tani yang bekerja sama dengan penyuluh pertanian. Adapun nama kelompok tani Bapak Tomson adalah Kelompok Sada Ukur. Bapak Tomson ikut serta dalam kelompok sudah 2 tahun, selama ikut dalam kegiatan kelompok tani Bapak Tomson belajar bagaimana pembudidayaan jeruk yang baik agar tidak mudah terkena hama dan mendapatkan informasi tentang pupuk yang bagus untuk jeruk yang mereka tanam.

2. Nama : Sumardi Siregar Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 30

Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani Tahun Beralih : 2008 Luas Lahan : 3 Ha

Bapak Sumardi Siregar adalah seorang petani yang sudah lama tinggal di Kelurahan Panji Dabutar. Bapak Sumardi memiliki 2 orang anak yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan yang keduanya masih duduk di bangku sekolah SD. Selain bertani beliau tidak memiliki pekerjaan sampingan, begitu juga dengan istrinya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi mereka, mereka sangat bergantung pada hasil tanaman pertanian mereka. Bapak Sumardi memiliki luas lahan pertanian seluas 3 Hektar, dimana awalnya beliau mempunyai 2 Hektar yang diwariskan dari kedua orang tuanya.


(59)

Bapak Sumardi merupakan salah satu petani yang tidak ikut serta dalam kelompok tani. Karena beliau merasa sudah mampu dalam menangani hasil pertaniannya, dengan belajar dari saudara dan teman-temannya yang juga memiliki lahan jeruk di Kelurahan Panji Dabutar. Adanya keinginan menanam jeruk melihat teman yang berhasil dalam menanam jeruknya. Sekarang ini Bapak Sumardi memiliki luas lahan jeruk 3 Hektar. Sebelum menanam jeruk, Bapak Sumardi beralih dari tanaman kopi. Pada saat menanam kopi beliau masih memiliki 2 Hektar lahan pertanian. Ketika menanam kopi, Bapak Sumardi menanam kopi dilakukan sendiri bersama keluarga, tapi pada saat menunasi kopi, beliau harus mengupah orang lain dikarenakan lahan yang cukup luas.

Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Sumardi sebelum beralih menanam jeruk. Hasil dari tanaman kopi sangat menguntungkan dan dapat memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarganya. Namun, seiring perubahan waktu, pada tahun 2008 Bapak Sumardi beralih menanam jeruk. Alasan Bapak Sumardi memilih menanam jeruk, karena pada saat menanam kopi lama kelamaan harga kopi tidak menentu bahkan harga kopi bisa-bisa turun sangat drastis. Sehingga sangat merugikan bagi petani kopi pada waktu itu.

Bapak Sumardi lebih memilih menanam jeruk, sebagaimana disampaikan beliau “karena masalah pasaran yang ada di Kab.Dairi termaksud pasar mati, apabila saya memilih untuk menanam tanaman muda seperti sayur, cabai, tomat dan lain-lain, paling jauh penjualannya hanya bisa sampai ke Aceh ataupun Berastagi. Itu juga kalau dari Berastagi masih kekurangan tanaman muda yang mau dijual. Selain itu, kalau kita menanam tanaman muda


(60)

kita harus melihat harga pasar. Seperti ketika harga cabai mau naik maka petani akan menanam cabai. Maka dari itu, saya lebih memilih menanam jeruk berhubung pemasarannya juga mudah, meskipun modalnya besar tetapi untungnya juga besar. Karena jeruk bisa dijual ke luar kota bahkan kalau hasil jeruknya bagus bisa di ekspor sampai ke luar negeri.”

Bapak Sumardi juga mengatakan, keuntungan lain dari tanaman jeruk adalah ketika menanam jeruk, jarak penanaman pohon jeruk dari 5 sampai 6 meter. Selama menunggu hasil buah dari tanaman jeruk, diantara pohon jeruk dapat ditanam tanaman muda, seperti cabai, tomat, sayur dan lain-lain. Hasil dari tanaman muda ini, tiap bulannya dapat menutupi utang di Bank. Karena awal Bapak Sumardi menanam jeruk membutuhkan modal yang banyak. Masalah hama dibanding dengan kopi, tanaman jeruk juga lebih mudah terkena hama. Tetapi masalah itu tidak terlalu dipermasalahkan oleh Bapak Sumardi, karena beliau mengatakan pupuk sekarang banyak yang sudah berkualitas baik dan mampu mengurangi kegagalan panen, tergantung para petani harus pandai memilih dan mencampurkan bahan pupuk kimianya agar tidak mudah terkena hama.

Menurut Bapak Sumardi, untuk modal tanaman jeruk jauh lebih besar dari pada tanaman kopi. Tetapi untuk menanam tanaman kopi jauh lebih sulit dan ribet dari pada tanaman jeruk. Karena untuk setiap bulannya tanaman kopi harus di tunasi dan itu tidak mudah sehingga harus mengupah orang lain, selain itu sulit mencari orang yang mau menunasi pohon kopi dan ketika menunasi tidak sampai target. Untuk perbandingan, seperti menunasi kopi target 50 batang dengan dua pengupah tidak bisa mencapai target 50 batang


(61)

berbeda dengan pohon jeruk mengupah 2 orang bisa lebih dari 50 batang sehari. Dimana gaji pengupah biasanya 60 ribu/orang untuk sehari. Tetapi untuk membersihkan pohon jeruk Bapak Sumardi dan istrinya melakukan sendiri tanpa perlu mengupah orang lain.

Untuk mengambil hasil pertanian biasanya toke mengambil secara langsung ke rumah petani atau ke lahan pertanian jeruknya. Dan yang menentukan harga jeruk itu dari toke jeruk langsung dengan harga perkilonya Rp.6000/kg. Dan selama setahun tanaman jeruk memiliki panen besar 2 kali setahun dan jika penanamannya bagus bisa sampai 3 kali setahun tergantung pupuk yang dikasih. Dan selama panen besar itu waktunya 2 bulan dan dikutip setiap minggunya. Bapak Sumardi juga mengatakan untuk 50 batang jeruk dapat menghasilkan 2 ton jeruk dan 1 ton jeruk dijual kurang lebih 6 juta.

Menurut Bapak Sumardi, untuk hasil tanaman jeruk sudah menguntungkan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baik sosial maupun ekonomi. Dan untuk pendapatan jauh lebih meningkat dibanding ketika menanam kopi. Dan waktu lebih banyak bersantai sehingga lebih sempat mengisi waktu untuk menanam tanaman muda dengan keluarga. Berbeda dengan kopi yang setiap minggu harus di ambil hasilnya, belum lagi menggiling untuk mengupas kulitnya dan menjemur selama 3 hari kalau cuaca panas.

3. Nama : Ibu Risma Munte Jenis Kelamin : Perempuan


(62)

Agama : Islam Pendidikan : MAN Pekerjaan : Petani Tahun Beralih : 2008 Luas Lahan : 1,5 Ha

Ibu Risma Munte merupakan seorang ibu rumah tangga, dimana selain ibu rumah tangga ibu risma bekerja sebagai seorang petani. Ibu Risma memiliki seorang suami yang bekerja sebagai seorang PNS dan ibu Risma memiliki 5 orang anak. Untuk luas lahan pertanian ibu Risma dengan suaminya memiliki luas 1,5 Hektar lahan jeruk dan sebelum menanam tanaman jeruk, ibu Risma menanam tanaman kopi.

Pada tahun 2008, ibu Risma dan suaminya beralih menanam dari tanaman kopi ke tanaman jeruk. Ibu Risma mengatakan, hal yang menyebabkan ibu Risma mengapa beralih menanam jeruk. Pertama, faktor harga kopi pada tahun-tahun sebelumnya tidak menentu. Kedua, pada saat mengurus kopi cukup ribet dan pada saat panen kopi sangat capek karena perlu proses yang lama, mulai dari memetik, menggiling untuk mengupas kulitnya setelah itu di jemur. Berbeda dengan jeruk ketika panen hanya di petik. Dan yang ketiga, karena tanaman kopi yang dimiliki ibu Risma sudah cukup tua yang umur tanaman kopinya lebih dari 24 tahun dan mulai kurang menghasilkan biji kopi.

Ibu Risma juga mengatakan, tanaman kopi apabila semakin tua semakin berkurang hasilnya berbeda dengan tanaman jeruk. Tanaman jeruk semakin tua semakin banyak menghasilkan buah. Selain itu, untuk menanam


(63)

tanaman jeruk awal modalnya memang cukup besar dan awal menanam dan menunggu hasilnya butuh waktu 3 sampai 4 tahun agar modal kembali. Dan lewat dari 4 tahun sudah dapat menikmatin hasil. Untuk tamabahan awal modal ibu Risma meminjam ke Bank, pada saat menunggu berbuahnya tanaman jeruk ibu Risma menanam tanaman muda, dari hasil jual tanaman muda ibu Risma dapat membayar tagihan setiap bulannya.

Adapun keinginan ibu Risma dan suaminya beralih menanam tanaman jeruk karena melihat pada saat turunya harga kopi banyak petani lain yang mencoba beralih ke tanaman jeruk. Melihat ke suksesan petani lain dalam menanam tanaman jeruk, ibu Risma dan suaminya memutuskan untuk menanam jeruk. Dan untuk mendalami pemahamannya untuk budidaya tanaman jeruk, ibu Risma ikut dalam salah satu kelompok tani dan ibu risma sudah 4 tahun ikut serta dalam kegiatan kelompok tani. Berdasarkan keterangan ibu Risma selama mengikuti kegiatan kelompok tani, beliau banyak belajar bagaimana agar buah jeruk tidak mudah terkena hama dan tahu pupuk apa yang bagus untuk tanaman jeruknya dan dapat membeli langsung pupuk ke pada ketua kelompok.

Selama menanam tanaman jeruk, kebutuhan sosial ekonomi keluarga ibu Risma dapat terpenuhi sehingga bias sampai mengkuliahkan anak-anaknya. Untuk pendapatn setahun dari hasil jual buah jeruk ibu Risma biasanya mendapat kurang lebih 150 juta untuk setahun. Selain itu ibu Risma juga memiliki banyak waktu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah seperti mengikuti perwiritan ibu-ibu maupun kegiatan yang diadakan oleh kelompok tani


(64)

4. Nama : Ibu Sarina Tumangger Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 35

Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Petani Tahun Beralih : 2009 Luas Lahan : 1 Ha

Ibu Sarina merupakan masyarakat petani di Kelurahan Panji Dabutar yang sudah 6 tahun beralih dari menanam kopi ke tanaman jeruk. Adapun luas lahan jeruk yang dimiliki oleh ibu Sarina seluas 1 Hektar. Adapun alasan ibu Sarina memutuskan untuk melakukan beralih menanam jeruk karena untuk menanam jeruk lebih mudah dari pada menanam kopi. Dimana untuk menanam jeruk hanya perlu mengasi kompos untuk satu kali dalam 3 bulan berbeda dengan kopi setiap bulannya harus rajin menunasi dan dari hasil menanam jeruk lebih menguntungkan dari menanam kopi, begitu juga didukung dengan cuaca yang cocok untuk menanam jeruk dan hasil jeruk yang tidak jauh berbeda dari jeruk Berastagi. Meskipun tanaman jeruk lebih mudah terkena hama dari pada kopi, ibu Sarina mengantakan itu tergantung dari cara petani yang harus pandai-pandai memilih pupuk yang bagus. Ibu Sarina lebih memilih jeruk dari pada tanaman lain, karena untuk penjualan jeruk juga tidak jauh berbeda dengan kopi yang penjualannya bisa sampai keluar kota.

Ibu Sarina juga mengatakan, pada saat masih menanam kopi, ibu Sarina masih ada niat untuk mempertahankan untuk menanam kopi saja.


(65)

Namun, pengaruh petani yang ada di Kelurahan Panji Dabutar yang sudah banyak beralih menanam jeruk. Dan toke kopi jadi semakin jarang untuk datang langsung mengambil hasil kopi petani yang sudah semakin sedikit menanam kopi. Saat itu, ibu Sarina harus mengantar sendiri hasil kopinya ke Ibu kota Kabupaten Dairi, meskipun jarak tidak terlalu jauh ke Ibu kota. Namun, itu menjadi alasan toke saat itu menyarankan untuk mengantar sendiri hasil kopi ke toke. Karena mereka lebih sering mengambil hasil kopi ke kecamatan lain, terutama kecamatan Parongil yang petaninya masih dominan menanam tanaman kopi. dan saya cukup sibuk untuk mengantar hasil tanman kopi saya. Sehingga saat itu, ibu Sarina memutuskan untuk menanam jeruk karena beliau juga melihat sudah banyak petani di Kelurahan Panji Dabutar cukup sukses dalam menanam jeruk dan hasilnya juga lebih menguntungkan dari pada menanam kopi.

Selama menanam jeruk ibu Sarina mengatakan pendapatnya lebih meningkat dari pada saat menanam kopi dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarganya. Selain bertani, ibu Sarina juga membuka kedai kelontong di rumahnya. Semenjak menanam jeruk ibu Sarina merasa lebih memiliki banyak waktu sehingga bisa membuka kedai.

Selain itu, ibu Sarina juga ikut serta dalam kelompok tani dan selama mengikuti kegiatan dalam kelompok tani ibu Sarina merasa status sosialnya lebih meningkat karena sering ikut serta dalam kegiatan kelompok tani. Dengan mengikuti kegiatan kelompok tani banyak pengalaman yang di dapat dan juga dapat bertemu dan berdiskusi dengan petani lainnya yang sudah lebih berhasil dan berpengalaman. Dan kerja sama antar petani juga terjalin dengan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta

Damsar, 2011. Sosiologi Ekonomi. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Djauhari,achmad. Achmad Suryana dan Agus Pakpahan. 1990. Diversifikasi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta

Hetty Indrian, Yovita. 1992. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan dan Pasar. PT. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI: Jakarta Iqbal, Muhammad. 2000. Pergeseran Dari Becak Dayung ke Becak Bermotor dan

Kehidupan Sosial Ekonomi. Tidak diterbitkan, Medan: Program Studi Sosiologi, Universitas Sumatra Utara. Tgl. 30 Oktober 2014.

J.Gootman, George Ritzert dan Douglas. 2010. Teori Sosiologi Modern. Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Rajawali Pers: Jakarta

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini. 2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahardjo, 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Scott, James. 1989. Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. LP3ES: Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Graha Grafindo Persada: Jakarta

Sensus Pertanian. 2013. Kecamatan Sitinjo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik: Kab. Dairi

Sensus Pertanian. 2013. Statistik Daerah Kecamata Sitinjo. Badan Pusat Statistik: Kab.Dairi

Sensus Pertanian. 2012. Kelurahan Panji Dabutar. Badan Pusat Statistik: Kab: Dairi


(2)

Sumber Internet

Agrimedia, 2005. Diakses, 21 Januari 2014)

Dinas Pertanian. 2013. Statistik Daerah Kabupaten Dairi. Badan Pusat Statistik: Kab. Dairi. (http://www.dairikab .go .id/ skpd/ 18/dinas-pertanian. html. Diakses, 28 Februari 2014)

Sinuhaji, Okta Selvia. 2005. Perubahan Sistem dan Pola Pertanian Rakyat Di Desa Sukatendel Kabupaten Karo. Tidak diterbitkan, Medan: Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sumatar Utara. bitstream/123456789/29720/5/Chapter%20I.pdf. Diakses, 23 Mei 2014) Slide Petani Rasional.

Wiherli, Yuriko. 2013. Respon Masyarakat Petani Nenas (Penggarap) Terhadap Peralihan Fungsi Lahan. Tidak diterbitkan, Riau: Program studi ilmu sosial Universitas Riau.


(3)

LAMPIRAN

Gambar 1. Dokumentasi saat peneliti mewawancarai Bapak Sumardi Siregar. Terlihat diantara tanaman jeruk, Bapak Sumardi menanam tanaman muda seperti menanam tomat.

Gambar 2. Ibu Risma Munte diantara tanaman jeruknya, memanfaatkan waktu mengurus tanaman mudanya seperti sayur kol.


(4)

Gambar 3.Bapak Tomson Sinaga yang sudah beralih menanam jeruk

Gambar 4. Terlihat batang kopi yang sengaja dimatikan oleh petani dan beralih menanam tanaman jeruk.


(5)

Gambar 5. Terlihat diantara tanaman jeruk salah satu masyarakat petani menanam tanaman muda seperti sayur kol.

Gambar 6. Terlihat juga diantara tanaman jeruk, juga ditanam tanaman muda seperti cabe.


(6)

Gambar 7. Kondisi rumah milik petani yang lebih dominan permanen