Analisis Faktor Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga dan Pengalaman Kerja Terhadap Berwirausaha (Studi Kasus: Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo (YPPPSU) di Medan)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR TINGKAT PENDIDIKAN, LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP

BERWIRAUSAHA

Studi Kasus : Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara Di Medan

OLEH:

SURANTO 070521195

PROGRAM STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Analisis Faktor Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga dan Pengalaman Kerja Terhadap Berwirausaha (Studi Kasus: Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo (YPPPSU) di Medan)”. Yayasan YPPPSU merupakan yayasan yang didirikan oleh para perantauan yang berasal dari kota Solo yang berlokasi di Jl. Madiosantoso no. 115A P. Brayan Darat I Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor tingkat pendidikan, lingkungan keluarga dan pengalaman kerja terhadap berwirausaha YPPPSU.

Jenis penelitian ini adalah survey explanatory, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada anggota YPPPSU Medan. Populasi penelitian ini berjumlah 239 orang, penarikan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling dengan menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan rums slovin diperoleh sampel sebanyak 71 orang. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, pengolahan data dengan menggunakan software SPSS versi 15.0.

Hasil uji f menunjukan bahwa semua variabel bebas (X) tingkat pendidikan, lingkungan keluarga dan pengalaman kerja secara serempak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) berwirausaha pada anggota YPPPSU Medan. Hasil uji t menunjukan dari ketiga variabel bebas, variabel tingkat pendidikan adalah variabel yang dominan dari variabel bebas lainnya yang mempengaruhi berwirausaha YPPPSU Medan.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga, Pengalaman Kerja, Berwirausaha.


(3)

ABSTRACT

The title of this research is the "Factor Analysis of Educational Attainment, Family Environment and Entrepreneurship Against Work Experience (Case Study: Foundation of the United Brotherhood of Son Solo (YPPPSU) in Medan)". YPPPSU Foundation is a foundation established by overseas who came from the city of Solo, which is located on Jl. Madiosantoso no. P. 115A I Medan Brayan Army. The purpose of this study was to analyze the factors of education level, family environment and work experience towards entrepreneurship YPPPSU.

This type of survey research is explanatory, the data used are primary data and secondary data. Primary data collection is done through a questionnaire distributed to members YPPPSU Medan. This study population numbered 239 people, sampling is done by non-probability sampling method using the Slovin formula. Based on a sample obtained slovin rums as many as 71 people. Testing hypotheses using multiple regression analysis, data processing using SPSS software version 15.0.

F The test results showed that all independent variables (X) the level of education, family environment and work experience simultaneously have positive and significant effect on the dependent variable (Y) entrepreneurship in Medan YPPPSU members. T test results showed the three independent variables, the variable level of education is the dominant variable of the other independent variables that affect entrepreneurship YPPPSU Medan.

Keyword: Educational Attainment, Family Environment, Work Experience and Entrepreneurship


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW suri tauladan yang terbaik di muka bumi. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua Ibunda Mariam dan Ayahanda Paridin serta kakak dan adikku yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, bimbingan, motivasi, nasihat serta do’a yang tiada hentinya kepada penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Penulis telah mendapatkan bimbingan, nasihat dan motivasi dari berbagai pihak selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen.


(5)

3. Ibu Dra, Marhaini, MS, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra, Lucyanna, MS, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Dra, Yulinda, MS, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs, Suprapto Ichsan, Bapak Jumadi S.Pdi selaku dewan pendiri dan penasehat YPPPSU yang telah memberikan ijin untuk melakukan riset skripsi, wawancara juga kepada ketua YPPPSU Medan Bapak Gimin dan sekretaris YPPPSU Bapak Edy Prawoto, SE yang telah banyak meberikan informasi dan bantuan sehingga dapat memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Para anggota YPPPSU Medan terutama Liqo pengajian ”tombo ati” yang telah banyak memberi dukungan sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. 8. Sahabat – sahabatku Mala, Rizal,Mahyudin, Zailani, dan seluruh penghuni

Kamboja 54 yang telah memberikan bantuan tenaga, dukungan moril dan semangat dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga tercinta Mama, Bapak, Adik Lilis, Kakak Iin, Bibi Rebi dan Om Sukar, Riris dan Andre terima kasih ya semangat diberikan.

10.Semua pihak, rekan dan sahabat yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya selama ini.


(6)

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua serta memberikan balasan kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Amin

Medan, Agustus 2011

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Hal ABSTRAK

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Uraian Teoritis ... 8

2.1.1 Tingkat Pendidikan ... 8

2.1.2 Lingkungan Keluarga ... 12

2.1.3 Pengalaman Kerja ... 14

2.1.4 Berwirausaha ... 18

2.2 Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Konseptual ... 21

2.4 Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Batasan Operasional ... 25

3.4 Devenisi Operasional Variabel ... 26

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 27

3.6 Populasi dan Sampel ... 28

3.7 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

3.10 Metode Analisis Data... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Yayasan ... 36

4.1.1 Dasar/azas ... 37

4.1.2 Maksud dan Tujuan ... 37

4.1.3 Tujuan Berdirinya YPPPS-SU... 37

4.1.4 Keanggotaan ... 38

4.1.5 Struktur Yayasan... 38

4.2 Hasil Penelitian... 43

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

4.2.2 Pengolahan Analisis Data ... 47


(8)

4.2.4 Analisis Regresi Berganda ... 59

4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 62

BAB V KESIMPILAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 23 Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan YPPPS-SU Medan ... 39


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Anggota YPPPSU berdasarkan tingkat pendidikan ... 5

Tabel 1.2 Anggota YPPPSU berdasarkan jenis usaha ... 5

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 27

Tabel 3.2 Operasional Pembobotan Skala Likert ... 28

Tabel 4.1 Validitas Instrumen ... 45

Tabel 4.2 Validitas Instrumen ... 46

Tabel 4.3 Reability Statistics ... 47

Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel 4.6 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 49

Tabel 4.7 Jawaban Responden Tentang Tingkat Pendidikan (X1) ... 49

Tabel 4.8 Jawaban Responden Tentang Lingkungan Keluarga (X2) ... 51

Tabel 4.9 Jawaban Responden Tentang Pengalaman Kerja (X3)... 53

Tabel 4.10 Jawaban Responden Tentang Berwirausaha (Y) ... 54

Tabel 4.11 Uji Kolmogorv Sminorv ... 57

Tabel 4.12 Uji Glejser ... 58


(11)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Analisis Faktor Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga dan Pengalaman Kerja Terhadap Berwirausaha (Studi Kasus: Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo (YPPPSU) di Medan)”. Yayasan YPPPSU merupakan yayasan yang didirikan oleh para perantauan yang berasal dari kota Solo yang berlokasi di Jl. Madiosantoso no. 115A P. Brayan Darat I Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor tingkat pendidikan, lingkungan keluarga dan pengalaman kerja terhadap berwirausaha YPPPSU.

Jenis penelitian ini adalah survey explanatory, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada anggota YPPPSU Medan. Populasi penelitian ini berjumlah 239 orang, penarikan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling dengan menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan rums slovin diperoleh sampel sebanyak 71 orang. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, pengolahan data dengan menggunakan software SPSS versi 15.0.

Hasil uji f menunjukan bahwa semua variabel bebas (X) tingkat pendidikan, lingkungan keluarga dan pengalaman kerja secara serempak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) berwirausaha pada anggota YPPPSU Medan. Hasil uji t menunjukan dari ketiga variabel bebas, variabel tingkat pendidikan adalah variabel yang dominan dari variabel bebas lainnya yang mempengaruhi berwirausaha YPPPSU Medan.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga, Pengalaman Kerja, Berwirausaha.


(12)

ABSTRACT

The title of this research is the "Factor Analysis of Educational Attainment, Family Environment and Entrepreneurship Against Work Experience (Case Study: Foundation of the United Brotherhood of Son Solo (YPPPSU) in Medan)". YPPPSU Foundation is a foundation established by overseas who came from the city of Solo, which is located on Jl. Madiosantoso no. P. 115A I Medan Brayan Army. The purpose of this study was to analyze the factors of education level, family environment and work experience towards entrepreneurship YPPPSU.

This type of survey research is explanatory, the data used are primary data and secondary data. Primary data collection is done through a questionnaire distributed to members YPPPSU Medan. This study population numbered 239 people, sampling is done by non-probability sampling method using the Slovin formula. Based on a sample obtained slovin rums as many as 71 people. Testing hypotheses using multiple regression analysis, data processing using SPSS software version 15.0.

F The test results showed that all independent variables (X) the level of education, family environment and work experience simultaneously have positive and significant effect on the dependent variable (Y) entrepreneurship in Medan YPPPSU members. T test results showed the three independent variables, the variable level of education is the dominant variable of the other independent variables that affect entrepreneurship YPPPSU Medan.

Keyword: Educational Attainment, Family Environment, Work Experience and Entrepreneurship


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin pesat pada masa sekarang ini, membuat masyarakat harus mampu mengelola dan memanfaatkan peluang yang ada. Berwirausaha bukan hanya semata – mata berperan sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat, namun juga sebagai pendorong perubahan sosial bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Banyak wirausahawan yang menghasilkan produk–produk yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan nyaman sehingga manusia menjadi lebih produktif, lebih mudah berkomunikasi, serta lebih cepat mengetahui hal – hal yang sedang terjadi di sekelilingnya.

Indonesia kurang wirausahawan. Menurut Menteri Koperasi dan UKM Dr. Syarief Hasan, Jika dibandingkan dengan beberapa negara maju di dunia, jumlah entrepreneur atau wirausahawan di Indonesia masih rendah. Terbukti, dari 231,83 juta penduduk Indonesia, baru 4,6 juta saja yang berwirausaha. Jumlah itu masih cukup rendah atau jika dipersentasikan baru 2% dari total jumlah penduduk seseorang yang “selalu mencari perubahan, merespons perubahan tersebut, serta memanfaatkannya secara maksimal sebagai sebuah peluang” (A. B. Susanto: 2009:1).

Salah satu masalah dalam berwirausaha adalah sistem pendidikan kita yang kurang mendorong semangat kewirausahawan di kalangan generasi muda, meskipun saat ini semakin banyak perguruan tinggi yang memperkenalkan


(14)

prinsip–prinsip serta konsep–konsep kewirausahawan. Tetapi selama ini pendidikan lebih difokuskan pada keterampilan teknis semata, namun kurang berfokus pada pembentukan kepribadian yang dapat menunjang hidup dan berkembangnya jiwa kewirausahaan seseorang seperti kepercayaan diri, kejelian melihat dan memanfaatkan peluang, membangun kharisma, empati, serta semangat untuk bersaing menjadi lebih baik.

Sebagai mana hasil penelitian Charles Screibe menyatakan bahwa keberhasilan kegiatan seorang usahawan ditentukan oleh: pendidikan formal (15%) dan nilai–nilai sikap mental dan kepribadian seseorang (85%). Sumahamijaya menyatakan, keberhasilan ditentukan oleh kesediaan jerih payah (25%), pendidikan sekolah formil (15%) serta pengembangan pribadi (60%) (Asri Laksmi Riani, 2005: 25). Menurut Klien dan Maher mengatakan makin tinggi tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat kebutuhan individu tersebut. Individu yang pendidikannya rendah dalam hal ini menuntut pemenuhan kebutuhan pokok atau dasar dalam memperjuangkan kehidupannya. Sedangkan individu yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan menuntut perbaikan taraf kehidupan ( Asri Laksmi Riani, 2005: 42).

Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, yaitu mereka yang mempunyai pendidikan tinggi justru kurang berminat wirausaha, tercatat hanya 10% berminat wirausaha. Adapun mereka yang pendidikannya rendah justru 49% berminat wirausaha (Masrun dalam Sumarseno, 2004). Sementara itu, data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Qomarun, 2000) menyebutkan pada tahun 1996 saja lebih dari 15% lulusan perguruan tinggi menganggur atau sejumlah 6 juta pengangguran intelektual. Beberapa penyebab munculnya fenomena ini adalah


(15)

keinginan untuk menjadi pegawai negeri, sifat malas (tidak mau bekerja), belum siap pakai, sikap mental yang kurang baik, tidak percaya diri, dan lain-lain. Sifat-sifat tersebut bersumber pada kehidupan yang penuh keragu-raguan dan tanpa orientasi tegas, yaitu sifat mentalitas yang suka menerabas, sifat tidak percaya pada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin dan mentalitas yang mengabaikan tanggung jawab yang kokoh (Qomarun, 2000).

Untuk ini dibutuhkan kemampuan berwirausaha. Selain harus memiliki keyakinan, rasa percaya diri, sifat prestatif dan mandiri yang kuat seorang wirausaha harus memiliki minat pada usaha yang ingin ditekuninya. Individu yang mempunyai minat pada suatu kegiatan akan melakukannya dengan giat daripada kegiatan yang tidak diminatinya (Sutjipto, 2002).

Melalui tingkat pendidikan yang memadai seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya, sehingga dapat menjamin tersedianya tenaga kerja yang mempunyai keahlian, karena orang yang berpendidikan dapat menggunakan pikirannya secara kritis. Dengan pendidikan yang lebih tinggi maka seorang wirausaha memiliki pikiran selangkah lebih maju dan mampu berpikir ke depan tentang rencana dan prospek yang baik untuk dilaksanakan. Dengan tingkat pendidikan yang memadai seseorang lebih mudah melaksanakan tugasnya, sehingga dapat menjamin tersedianya wirausahawan yang mempunyai keahlian, karena orang yang berpendidikan dapat menggunakan pikirannya secara kritis.

Adapun faktor lain yang juga dapat mempengaruhi terhadap berwirausaha adalah lingkungan keluarga. Hal ini karena lingkungan keluarga terutama orang tua berperan sebagai pengarah bagi masa depan anaknya, sehingga secara tidak langsung orang tua juga dapat mempengaruhi minat terhadap pekerjaan bagi anak


(16)

di masa yang akan datang, termasuk dalam hal berwirausaha. Kondisi orang tua sebagai keadaan yang ada dalam lingkungan keluarga dapat menjadi figur bagi pemilihan karier anak juga sekaligus dapat dijadikan sebagai pembimbing untuk menumbuh kembangkan minatnya terhadap suatu pekerjaan.

Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia, hal ini dapat dijadikan daya tarik dan peluang untuk seseorang yang ingin mencari peruntungan di kota ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku atau etnis yang menetap dan mencari mata pencaharian atau bekerja di kota ini. Dengan begitu banyaknya suku perantauan yang berada di Medan, Maka untuk mempermudah dalam mengelompokannya maka suku perantauan ini membentuk wadah guna mempererat hubungan di antara mereka juga sebagai wadah dalam bersilatuhrahmi di antara mereka juga dengan lingkungan sekitar. Salah satu di antara begitu banyaknya adalah suku Jawa, suku dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

YPPPS–SU (Yayasan Persatuan Persaudaraan Putera Solo Sumatera Utara) adalah salah satu perkumpulan yang berada di kota Medan yang berdiri pada tanggal 15 Februari 1990 oleh beberapa orang perantauan dari kota Sragen. Tujuan dari yayasan ini adalah menjalin persaudaraan dan mempererat hubungan antar sesama masyarakat perantauan yang berasal dari kota Sragen, kota Solo dan sekitarnya yang ada di Kota Medan. Dengan seiringnya berjalannya waktu, sekarang ini sudah banyak anggota YPPS – SU yang cukup sukses dan berhasil di kota Medan. Kebanyakan atau dapat dikatakan hampir seluruhnya dalam mencari pekerjaan di kota Medan dengan berwirausaha.


(17)

Anggota YPPPSU memiliki berbagai macam tingkat pendidikan, seperti sarjana, Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Pertama (SMP), atau di bawah SMP.

Tabel 1.1

Anggota YPPPSU Berdasarkan Tingkat Pendidikan Periode 2006 - 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Sarjana 48 Orang

2. SMU 119 Orang

3. ≤ SMP 72 Orang

Jumlah 239 Orang

Sumber: Sekretariatan YPPPSU (2006 – 2010), data diolah

Pada tabel 1.1 menjelaskan anggota YPPPSU yang berdasarkan tingkat pendidikan pada periode 2006 – 2010 yang terdiri dari sarjana sebesar 20% atau 48 orang, SMU sebesar 50% atau 119 orang, atau SMP dan dibawah SMP sebesar 30% atau 72 orang. Berdasarkan dari tabel di atas terlihat bahwa anggota YPPPSU dengan tingkat pendidikan SMU memiliki jumlah persentase yang tertinggi, yaitu sebesar 50% atau sebanyak 119 orang.

YPPPSU juga memiliki berbagai jenis usaha yang biasa ditekuni oleh para anggotanya, antara lain batik, bakso/mie ayam, usaha lainnya (jamu, buku, roti, makanan ringan, dan rumah makan).

Tabel 1.2

Anggota YPPSU Berdasarkan Jenis Usaha Periode 2006 - 2010

No. Jenis Usaha Jumlah

1. Batik 191 Orang

2. Bakso/mie ayam 24 Orang

3. Usaha lainnya (jamu, buku, roti, makanan ringan dan rumah makan)

24 Orang

Jumlah 239 Orang


(18)

Tabel 1.2 menerangkan tentang jenis usaha yang ditekuni oleh anggota YPPPSU periode 2006 – 2010 yang terdiri dari batik sebesar 80% atau 191 (seratus sembilan puluh satu) orang, bakso /mie ayam sebesar 10% atau 24 (dua puluh empat) orang , dan usaha lainnya sebesar 10% atau 24 (dua puluh empat) orang. Dari tabel 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa jenis usaha yang paling banyak ditekuni oleh anggota YPPPSU adalah usaha batik.

Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, baik baru ataupun lama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berwirausaha, baik dalam mengembangkan atau meningkatkan usaha juga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan yang berlangsung sekarang ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Tingkat Pendidikan, Lingkungan Keluarga, dan Pengalaman Kerja Terhadap Bewirausaha (Studi Kasus: Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah tingkat pendidikan, lingkungan keluarga, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap berwirausaha pada anggota Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara di Medan”.


(19)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor tingkat pendidikan, lingkungan keluarga, dan pengalaman kerja terhadap berwirausaha pada Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo mengenai faktor tingkat pendidikan, lingkungan keluarga, dan pengalaman kerja terahadap berwirausaha pada anggotanya. b. Bagi Penulis

Menambah khasanah pengetahuan dan memperluas pengetahuan penulis dan sarana aplikasi terhadap ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dalam bidang manajemen usaha kecil, khususnya yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap berwirausahaan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, yang dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan serta perbandingan dalam melakukan penelitian terhadap objek dan masalah yang sama di masa yang akan datang.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Tingkat Pendidikan a. Pengertian pendidikan

Menurut Undang – Undang No. 29 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidiakan adalah usaha sadar dan terenana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Bab IV pasal 14 menjeaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Adapun 3 (tiga) tingkat pendidikan itu adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidiakan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah pendidikan umum dan pendidikan


(21)

menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan ( MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidiakan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang di seleggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka. Akademi menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni tertentu.

Politeknik menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelanggarakan pendidikan profesi. Institut menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi alam kelompok sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Universitas menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau senidan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

b. Indikator Tingkat Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara


(22)

keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang – undang RI No. 20 Tahun 2003, mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas: 1. Pendidikan persekolahan / formal (pasal 14) jenjang pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 2. Pendidikan luar sekolah:

a) pasal 26 ayat 2

Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

b) pasal 27 ayat 1

Kegiatan pendidikan informal yang di lakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Sedangkan pendidikan formal menurut Ahmadi dan Ubbiyati (2000:15) adalah pendidikan yang berlangsung teratur, bertingkat dan mengikuti syarat – syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung disekolah.

Pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah menurut Gunawan (2001:63) adalah semua usaha sadar yang dilakukan untuk membantu pekembangan kepribadian serta kemampuan anak dan orang dewasa di luar sistem persekolahan melalui pengaruh yang sengaja dilakukan melalui beberapa sistem dan metode penyampaian seperti kursus, bahan bacaan, radio, televisi, penyuluhan dan media komunikasi sebelumnya.

c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Fungsi dan tujuan pendidikan nasiona sesuai dengan Undang – Undang RI. No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS adalah bahwa pendidikan nasional


(23)

berfungsi mengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Wuradji, seperti dikutip oleh Wahyu Ningnitis (2002:19) menyatakan bahwa fungsi pendidikan itu meliputi:

1. Memindahkan nilai – nilai budaya 2. Nilai – nilai pengajaran

3. Peningkatan mobilitas sosial 4. Fungsi sertifikasi

5. Job training

6. Memantapkan dan mengembangkan hubungan – hubungan sosial.

Tingkat pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif dalam membentuk manusia seutuhnya agar manusia menjadi sadar akan dirinya dan dapat memanfaatkan lingkungannya untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk dapat berfungsi demikian, manusia memerlukan pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi dan dapat mandiri melalui pendidikan.


(24)

2.1.2 Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati, seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang peranann sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Alex Sobur, 2003:248-249). 1. Faktor-faktor dalam lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga, merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha. Adapun faktor-faktor yang terkandung dalam keluarga menurut Slamet (2003:60-64) lingkungan keluarga terdiri dari :

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap cara belajar dan berfikir anak. Ada orang tua yang mendidik secara diktator militer, ada yang demokratis dan ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap keluarga.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anak-anaknya. Demi kelancaran berwirausaha, perlu adanya relasi yang baik didalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan untuk mensukseskan wirausaha.


(25)

c. Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagi situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana seseorang berada dan belajar. Suasana rumah merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan ank menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar kacau sehingga untuk memikirkan masa depannya pun tidaklah terkonsentrasi dengan baik.

d. Keadaan ekonomi keluarga

Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Tak jarang faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. Adapun pada keluarga yang ekonominya berlebihan, orang tua cenderung mampu memenuhi segala kebutuhan anak termasuk masalah pendidikan anak termasuk bisa melanjutkan sampai ke jenjang yang tinggi. Kadangkala kondisi serba berkecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian pada anak karena sudah merasa memenuhi semua kebutuhan anaknya, akibatnya anak menjadi malas untuk belajar dan prestasi yang diperoleh tidak akan baik.

e. Pengertian Orang Tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di


(26)

sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk tetap menumbuhkan rasa percaya dirinya.

f. Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam kehidupannya. Kepada anak perlu ditanamkan kebiasaan- kebiasan dan diberi contoh figur yang baik, agar menndorong anak untuk menjadi semangat dalam meniti masa depan dan kariernya ke depan. Hal ini juga dijelaskan oleh Soemanto dalam Supartono (2004:50) mengatakan bahwa cara orang tua dalam meraih suatu keberhasilan dalam pekerjaanya merupakan modal yag baik untuk melatih minat, kecakapan dan kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan yang diingini anak.

2.1.3 Pengalaman kerja 1. Pegertian Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja adalah senioritas atau “length of service” atau masa kerja merupakan lamanya seorang pegawai menyumbangkan tenaganya di perusahaan. Winardi mendefenisikan senioritas adalah masa kerja seorang pekerja bilamana diterapkan pada hubungan kerja maka senioritas adalah masa kerja seorang pekerja pada perusahaan tertentu (Winardi:2004).

Pendapat lain tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan frekuensi dan jenis tugasnya.


(27)

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi penglaman kerja.

Mengingat pentingnya pengalaman kerja dalam suatu perusahaan, maka dipikirkan juga tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja. Menurut Djauzak Ahmad (2004:57) faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis, tugas, penerapan, dan hasil. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Waktu

Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

b. Frekuensi

Semakin sering melaksanakan tugas sejenis umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.

c. Jenis tugas

Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakanoleh seseorang maka umunya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

d. Penerapan

Semakin banyak penerapan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas tentunya akan dapat meningkatkan pengalaman kerja orang tersebut.

e. Hasil

Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik.


(28)

3. Cara Memperoleh Pengalaman Kerja

Dalam suatu proses berwirausaha, rupanya pengalaman kerja cukup penting artinya dalam proses kegiatan berwirausaha, Karena suatu usaha akan cenderung memilih pelamar yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas yang nanti akan diberikan.

Syukur (2001:83) menyatakan bahwa cara yang dapat dilaksanakan untuk memperoleh pengalaman kerja adalah melalui pendidikan, pelaksanaan tugas, media informasi, penataran, pergaulan, dan pengamatan.

Penjelasan dari cara memperoleh pengalaman kerja adalah sebagai berikut: a. Pendidikan

Berdaasarkan pendidikan yang dilaksanakan oleh seseorang, maka orang tersebut dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak dari sebelumnya.

b. Pelaksanaan Tugas

Melalui pelaksanaan tugas sesui dengan kemampuannya, maka seseorang semakin banyak memperoleh pengalaman kerja.

c. Media Informasi

Pemanfaatan berbagai media inormasi, akan mendukung seseorang untuk memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.

d. Penataran

Melalui kegiatan penataran dan sejenisnya, maka seseorang akan memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan kemampuannya.


(29)

e. Pergaulan

Melalui pergaulan dalam kehidupan sehari – hari, maka seseorang akan memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan kemapuannya.

f. Pengamatan

Selama seseorang mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu, maka orang tersebut akan dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik sesuai dengan taraf kemapuannya.

4. Manfaat Pengalaman Kerja

Manfaat pengalaman kerja adalah untuk kepercayaan, kewibawaan, pelaksanaan pekerjaan dan memperoleh penghasilan. Berdasarkan manfaat masa kerja tersebut maka seseorang yang telah memiliki masa kerja lebih lama apabila dibandingkan dengan orang lain maka memberikan manfaat seperti:

a. Mendapat kepercayaan yang semakin baik dari orang lain dalam melaksanakan tugasnya

b. Kewibawaan akan semakin meningkat sehingga dapat mempengaruhi orang lain untuk bekerja sesuai dengan keinginannya.

c. Pelaksanaan pekerjaan akan berjalan lancar karena orang tersebut telah memiliki sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

d. Dengan adanya pengalaman kerja yang semakin baik, maka orang akan memperoleh penghasilan yang lebih baik.

Karyawan yang sudah berpengalaman dalam bekerja akan membentuk keahlian di bidangnya sehingga dalam menyelesaikan suatu poduk akan cepat tercapai. Keberhasilan berwirausaha dipengaruhi oleh pengalaman kerja, semakin


(30)

lama pengalaman kerja akan semakin mudah dalam menyelesaikan suatu produk dan semakin kurang pengalaman kerja akan mempengaruhi kemampuan produksi dalam menyelesaikan produk.

2.1.4 Berwirausaha

Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan. Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan


(31)

sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)

Menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough wirausahawan adalah sesorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mengoptimalisasikan sumber daya-sumber daya itu (2008:6).

Faktor-faktor motivasi berwirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28) adalah: 1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.

Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut 2. Inisiatif dan selalu proaktif.

Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

3. Berorientasi pada prestasi.

Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.


(32)

4. Berani mengambil risiko.

Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan di manapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

5. Kerja keras.

Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

6. Bertanggungjawab.

Bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

7. Komitmen.

Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

8. Menjaga relasi.

Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun yang tidak dijalankan. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.


(33)

2.2. Penelitian Terdahulu

Fitriani Tobing (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan, dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha.” Metode Penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan populasi yang berjumlah 219 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sehingga jumlah sampel sebesar 69 orang. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 17.00 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri dan lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha, yang ditunjukkan oleh nilai sig. konsep diri sebesar 0, 00 (lebih kecil dari 0,05), dan nilai sig. lingkungan keluarga sebesar 0,005 (lebih kecil dari 0,05. Sedangkan, prestasi belajar tidak mempunyai pengaruh terhadap minat berwirausaha, karena memiliki nilai sig. lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,304.

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008:89).

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui lembaga – lembaga, baik formal maupun non – formal untuk mengembangkan kualitas sumber daya agar memiliki pengendalian diri,


(34)

kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya dan dapaat dimanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan taraf hidupnya atau dengan kata lain menjadi sumber daya yang efektif dan efesien. Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, mengemukakan bahwa pendidikan terbagi atas:

1. Pendidikan persekolahan / formal (pasal 14) jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

2. Pendidikan luar sekolah.

Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wirausaha, maka dia di harapkan akan memiliki pengetahuan atau wawasan yang luas dan didukung dengan pengalaman kerja yang dimilikinya, maka seorang wirausaha sudah memiliki nilai plus dalam melaksanakan tanggung jawab.

Selain itu, orang tua akan memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan hidup dan pola sosialisasi yang akan menentukan sikap, perilaku serta proses pendidikan terhadap anak – anaknya. Orang tua yang bekerja sebagai wirausaha akan mendukung dan mendorong kemandirian, prestasi dan bertanggung jawab. Dukungan orang tua ini sangat penting dalam pengambilan keputusan pemilihan karir bagi anak. Penelitian Jacobowitz dan Vidler (Hisrich & Peters, 1998) menemukan bahwa 725 wirausahawan yang diteliti mempunyai ayah atau orang tua relatif dekat yang juga wirausahawan.

Menurut Syukur (2001:74) menyatakan bahwa pengalaman kerja adalah lamanya seseorang melaksanakan frekuensi dan jenis tugas sesuai dengan kemapuannya. Jadi semakin lama seseorang menjalankan pekerjaan tersebut, kemungkinan untuk membuat kesalahan semakin kecil.


(35)

Menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough wirausahawan adalah sesorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi berbagai peluang penting dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mengoptimalisasikan sumber daya-sumber daya itu (2008:6).

Sumber: Sistem Pendidikan Nasional ( 2003 ), Syukur (2001), Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough (2008) di olah peneliti

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Keterangan:

Variabel dalam konsep ini adalah:

1. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan (X1) , lingkungan keluarga (X2) dan pengalamn kerja (X3) 2. Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi yaitu bewirausaha

(Y) 2.4. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2008:93) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diberikan, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut : Faktor tingkat pendidikan, lingkungan keluarga dan pengalaman

Tingkat Pendidikan (X1)

Lingkungan keluarga (X2) Berwirausaha (Y)


(36)

kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap berwirausaha pada Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara di Kota Medan.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekstlamasi. Penelitian eksplanasi adalah adalah jenis penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain,penelitian ini adalah penelitian Deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau penghubung dengan variabel lain.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada Gedung sekretariat Yayasan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara Jalan Madiosantoso no. 115A P. Brayan Darat 1 Medan, sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai Mei 2011.

3.3 Batasan Operasional

Pembahasan skripsi berfokus pada pokok permasalahan yang terdiri dari 3 (tiga) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat. Variabel bebas (independent) adalah variabel tingkat pendidikan, lingkungan keluarga dan pengalaman kerja. Sedangkan variabel terikat (dependent), yaitu berwirausaha pada anggota Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara Medan.


(38)

3.4 Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain, terdiri dari:

a. Faktor Tingkat Pendidikan

Segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana melalui lembaga– lembaga formal maupun non – formal untuk mengembangkan kualitas sumber daya agar memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat dimanfaatkan bagi dirinya dan lingkungan Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo.

b. Lingkungan Keluarga.

Lingkungan pendidikan yang pertama karena inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan, dan dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

c. Pengalaman Kerja

Lamanya seseorang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya. 2. Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain.

a. Bewirausaha

Usaha untuk menciptakan nilai melalui adanya peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko yang disesuaikan dengan peluang yang ada, serta melalui keterampilan komunikatif dan manajemen guna memobilisasi sumber daya manusia, financial, dan material yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek – proyek yang ada.


(39)

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala

Pengukuran Tingkat Pendidikan

(X1)

a. Pendidikan persekolahan / formal b. Pendidikan luar sekolah / non formal

Likert Lingkungan

Keluarga (X2)

a. Cara orang tua mendidik. b. Relasi antara anggota keluarga. c. Suasana rumah.

d. Keadaan ekonomi keluarga. e. Perhatian orang tua.

f. Latar belakang kebudayaan keluarga

Likert Pengalaman Kerja

(X3)

a. Waktu b. Frekuensi c. Jenis tugas d.Penerapan e. Hasil

Likert Berwirausaha

(Y)

a. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. b. Berani mengambil risiko.

c. Inisiatif dan selalu proaktif d. Berorientasi pada prestasi. e. Kreatif dan Inovatif

Likert

Sumber: Sisitem Pendidikan Nasional ( 2003 ), Syukur (2001), Suryana (2003:39), (Kasmir, 27 – 28) di olah peneliti

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur tingkat harga, persepsi konsumen, kebutuhan dan keinginan konsumen. Skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2005:86).


(40)

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Skala Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang Setuju 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2005 : 86).

3.6. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Populasi pada penelitian ini adalah anggota Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara yang di Medan dan bekerja sebagai wirausaha Tahun anggaran 2006 – 2010 yang berjumlah 239 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya. Apabila populasi lebih dari 100, maka jumlah sampel dapat diambil dengan menggunakan rumus slovin (Umar 2008:78). Sedangkan teknik penelitian ini menngunakan teknik random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak.


(41)

N n =

1+Ne2 Dimana :

n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi e = Taraf kesalahan (10%) Maka jumlah diperoleh adalah: 239

n =

1+ 239(0,1)2 = 70,50

Jumlah sampel yang didapat dibulatkan menjadi sebesar 71 orang. Responden disusun dengan menggunakan sampel insidental yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2008:122).

3.7 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang

terpilih di lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) dan melakukan wawancara (interview).


(42)

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, baik dari buku, jurnal, majalah, dan situs internet untuk mendukung penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah: a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada anggota Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara Medan yang berwirausaha.

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh para anggota Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Sumatera Utara Medan yang berwirausaha.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data dari buku-buku, jurnal, majalah dan internet yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah angket (kuesioner) yang disebarkan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada responden yang lain di luar sampel penelitian yang ada sebesar 30 responden. Hal ini dilakukan agar data-data yang diperoleh valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti angket yang digunakan untuk mengumpulkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat


(43)

digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono, 2005 : 267). 1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.00, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. b. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Program SPSS versi 15.00. butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r alpha positif atau lebih besar dari r tabel maka pertanyaan reliabel b. Jika r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tidak reliabel. 3.10 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah : a) Metode deskriptif

Metode deskriptif yaitu suatu metode di mana data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data yang diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian.


(44)

b) Metode Regresi Linier Berganda

Metode regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan dari variabel independent, yaitu tingkat pendidikan (X1), lingkungan keluarga (X2) dan pengalaman kerja (X3) serta variabel independent, yaitu kewirausahaan (Y). Data diolah dengan menggunakan bantuan progam softwere SPSS versi 15 for Windows. Model persamaan yang di gunakan adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y = Berwirausaha a = Intercept/Konstanta b1-b2 = Koefisien Regresi X1 = Tingkat Pendidikan X2 = Lingkungan Keluarga X3 = Pengalaman Kerja e = Standart Error

c) Uji Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data dianalisis adalah sebagai berikut :

1) Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Umar, 2008: 181). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hal


(45)

ini dapat dilihat dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji kenormalan data juga dilakukan dengan Uji Kolmogrv-Smirnov terhadap uji standar residual hasil persamaan regresi. Apabila probabilitas hasil Uji Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 5 %, maka data tersebut berdistribusi normal.

2) Uji Heterokedasitas

Uji Heterokedasitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut heteroskedasitas (Umar, 2008:179). Menganalisis data dalam pengujian asumsi klasik ini, peneliti menggunakan program software SPSS (Statistic Package for the Social Science) 15.00 for windows.

3) Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Umar, 2008:177). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan :

Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Bila VIF < 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. c. Uji Hipotesis


(46)

1) Uji-t / Uji Parsial

Uji-t/Uji parsial, yaitu untuk menguji apakah variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai variabel terikat dengan rumus uji hipotesis sebagai berikut :

t hitung = r √n-2 √1-r2

Dengan kriteria pengujian hipotesis adalah :

Jika t hitung > t tabs, terima Ha tolak Ho maka hipotesis diterima Jika t hitung < t tabs, tolak Ha terima Ho maka hipotesis ditolak 2) Uji F (Uji secara Simultan)

Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas (X) secara bersama-sama (serentak) terhadap variabel terikat (Y). Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

H0 : b1 – b5 = 0 artinya,

Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Ha : b1 – b5 ≠ 0 artinya,

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat(Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan, yaitu: H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel Ha ditolak jika F hitung > F tabel


(47)

3) Koefisien Determinan (R2)

Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati satu, maka dapat disimpukan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika determinan (R2) semakin mengecil atau mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin mengecil. Hal ini berarti model digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Yayasan

Pada awal tahun tahun 1992 tepatnya tanggal 15 Februari beberapa orang perantauan dari kota Sragen menggagas berdirinya sebuah perkumplan yang mampu mengkoordinir dan menampung seluruh perantauan dari kota Sragen, kota Solo dan sekitarnya yang ada di Medan guna membangun ukhuwah islamiyah. Kehadiran perkumpulan ini mendapat sambutan hangat dari saudara-saudara kita sesam perantauan maupun masyarakat setempat dimana kami tinggal, karena banyak membantu terhadap masyarakat sekitar dan menciptakan suasana aman dan nyaman. Bagi sesama perantauan merupakan usaha atau langkah awal dari memahami ajaran Islam yang benar sesuai Quran dan Sunnah Rasul dan untuk memerangi segala bentuk TBC (Tahayul, Bid’ah dan Curofat) dan menggalakannya pengajian rutin, olah raga serta kegiatan positif lainnya.

Keberadaan perkumpulan ini makin dikenal luas oleh sesama perantauan maupun masyarakat maka kami menjadikan perkumpulan ini bukan untuk sekedar perantauan saja, tetapi kami jadikan wadah untuk membangun ukhuwah islamiyah serta agar kegiatan-kegiatan ini diakui pemerintah kami mendaftarkan pada pemerintah setempat agar memiliki badan umum serta legal dan diakui menjadi sebuah yayasan. Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo di Sumatera Utara (YPPPS-SU) merupakan alat pemersatu sesama perantauan dan masyarakat Sumatera Utara yang memiliki suku, etnis, dan agama serta organisasi agama


(49)

islam (Muhammadiyah, NU, Al Wasliyah, Persis dll), anggota yayasan harus muslim dan tidak menerima anggota non muslim.

4.1.1 Dasar/azas

Perkumpulan ini berazaskan Al Quran dan Al Hadist. 4.1.2 Maksud dan Tujuan

1) Mempererat tali persaudaraan sesama muslim.

2) Meningkatkan kegiatan sosial khususnya dibidang amal bagi umat islam. 3) Membina para anggota untuk dapat mengetahui dan melaksanakan ajaran

Islam.

4) Membangun dan memajukan ekonomi, budaya politik dan taraf hidup yang lebih bagi anggota yayasan khusus dan masyarakat pada umumnya. 4.1.3 Tujuan berdirinya YPPPS-SU

Yayasan didirikan memiliki tujuan untuk kemaslahatan umat yang seluas-luasnya antara lain:

1) Yayasan didirikan sebagai wadah Dakwah Islam.

2) Yayasan didirikan sebagai wadah membangun ukhuwah islamiyah 3) Yayasan didirikan sebagai serikat tolong menolong

4) Yayasan didirikan sebagai wadah membangun ekonomi bersama

5) Yayasan didirikan sebagai wadah kegiatan Sosial, Politik, Pendidikan, Olah raga dan Budaya

6) Yayasan didirikan sebagai wadah membangun kebersamaan di dalam bermasyarakat dan berbangsa.


(50)

4.1.4 Keanggotaan

a. Warga Negara Indonesia (WNI) b. Beragama islam

c. Dewasa, laki-laki dan perempuan d. Berdomisili di Medan dan sekitarnya. 4.1.5 Struktur Yayasan

Struktur yayasan yang digunakan oleh Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo adalah secara fungsional. Di mana semua jenis tugas dan pekerjaan tidak dibebankan atau menjadi tanggung jawab pimpinan saja melainkan telah dibagi kepada bidang-bidang yang telah ditentukan. Pendelegasian wewenang ini dilakukan untuk mengimbangi pembagian pekerjaan yang telah ditentukan. Struktur Yayasan Persatuan Persaudaraan Putra Solo Solo dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:


(51)

Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan YPPPSU Medan Sumber: YPPPSU Medan

Dewan Pembina dan Penasehat

Ketua Umum

Sekretaris Bendahara

Koordinator Anggota

Bidang Dokumentasi dan Publikasi Bidang Badan Kesejahteraan Umat

(BKU)

Bidang Olah Raga

Bidang Inventaris

Bidang Arisan

Bidang Keamanan dan

Parkir Bidang Konsumsi

Bidang Perlengkapan Bidang Humas Bidang Serikat Tolong

Menolong (STM) Bidang Dakwah


(52)

Pimpinan pusat Yayasan Persatuan Persaudaran Putra Solo Sumatera Utara (YPPPS-SU) berada di jalan Madiosantoso no 115 A Pulo Brayan Darat I terdiri dari:

1. Dewan Pembina dan Penasehat

Dewan Pembina berfungsi membina pelaksanaan operasional Yayasan yang mempunyai kewenangan tidak diserahkan kepada Pengurus dan atau Pengawas. Dewan Pembina bertanggung jawab atas jalannya kegiatan Yayasan sesuai dengan peraturan dan perundangan berlaku kepada masyarakat.

Dewan Pembina bertugas :

1) Memberikan keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar. 2) Mengangkat dan memberhentikan anggota Pengurus dan anggota

Pengawas.

3) Menetapkan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar. 4) Mengesahkan Program Kerja dan Anggaran Tahunan Yayasan. 5) Menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran

Yayasan.

6) Menunjuk likuidator dalam hal Yayasan dibubarkan. 7) Mengesahkan laporan tahunan yang dibuat oleh Pengurus. 2. Ketua Yayasan

Ketua Yayasan berfungsi Melaksanakan kepengurusan Yayasan untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Ketua Yayasan bertanggung jawab langsung kepada Pembina dan membuat laporan secara tertulis atau lisan kepada Pembina mengenai operasional dan strategi Yayasan.


(53)

Ketua Yayasan bertugas :

1) Mengangkat dan memberhentikan Pelaksana Kegiatan Yayasan.

2) Mengelola kekayaan Yayasan sesuai dengan kepentingan dan tujuan Yayasan. Semua kegiatan harus dilaksanakan secara transparan, ekonomis, efisien dan efektif.

3) Menyusun rencana tahunan s/d 5 (lima ) tahun berikutnya dan mengarahkan rencana tersebut kearah operasional dan strategi Yayasan. Rencana tersebut sebelum dilaksanakan harus mendapat pengesahan / persetujuan dari Pembina.

4) Memahami dan menjabarkan dalam bentuk kegiatan kebijaksanaan yang berkaitan dengan Yayasan.

5) Memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan Yayasan.

6) Menjelaskan ide / gagasan yang berhubungan dengan jalannya Yayasan kepada bawahan dan kepada pihak luar yang berkaitan dengan Yayasan. 7) Memberikan motivasi kepada karyawan dalam rangka mendorong

kemajuan Yayasan.

8) Melakukan pengendalian dari segi administratif dan akuntansi supaya sasaran Yayasan jangka pendek dan jangka panjang dapat dicapai.

9)Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Pembina. 3. Sekretaris

Sekretaris Umum bertugas mengelola administrasi Yayasan. 4. Bendahara


(54)

5. Koordinator Anggota

Koordinator anggota bertugas memimpin bidang-bidang yang telah dibawahinya, yang dimana bidang-bidang tersebut adalah:

1) Bidang Dakwah

Bertanggung jawab atas kegiatan keagamaan & pengajian didalam yayasan.

2) Bidang Badan Kesejahteraan Umat/BKU

Bertanggung jawab atas pemberian santunan atau sumbangan kepada pihak diluar yayasan.

3) Bidang Serikat Tolong Menolong/STM

Bertanggung jawab atas pemberian santunan atau sumbangan kepada anggota yayasan.

4) Bidang Olah Raga

Bertanggung jawab atas segala kegiatan olah raga yang diselenggarakan oleh yayasan.

5) Bidang Humas

Bertanggung jawab menjaga dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat maupun pihak lain di luar yayasan.

6) Bidang Inventaris

Bertanggung jawab atas segala kepemilikan aset dan peralatan yayasan. 7) Bidang Perlengkapan

Bertanggung jawab atas segala kelengkapan sarana dan pra sarana dalam penyelenggaraan kegiatan yang diadakan oleh yayasan


(55)

8) Bidang Arisan

Bertanggung jawab atas kegiatan arisan yang diselenggarakan oleh yayasan.

9) Bidang Konsumsi

Bertanggung jawab atas konsumsi dalam penyelenggaraan kegiatan yang diadakan oleh yayasan.

10)Bidang Keamanan dan Parkir

Bertanggung jawab atas segala keamanan kegiatan yang diadakan oleh yayasan.

11)Bidang Dokumentasi dan Publikasi

Bertanggung jawaab atas segala kegiatan dokumentasi dan pempublikasian terhadap segala kegiatan yang diadakan oleh yayasan.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Salah satu masalah dalam penelitian adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting sebab kesimpulan yang diambil hanya dapat dipercaya bila didasarkan pada data yang akurat. Untuk itu dalam penelitian ini perlu diketahui seberapa tinggi reliabilitas dan validitas alat ukur (instrumen) yang digunakan.

Hasil penelitian agar memiliki tingkat kesahihan atau validitas yang tinggi, maka setiap variabel yang digunakan harus diuji kecermatannya. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai korelasi atau rhitung dari


(56)

variabel penelitian dengan rtabel didasarkan pada derajat keyakinan tertentu dengan n = jumlah responden.

Apabila nilai rhitung > rtabel berarti data empiris dari penelitian valid atau shahih. Sedangkan uji kehandalan untuk mengetahui tingkat konsistensi dari variabel atau instrumen penelitian pada obyek penelitian yang sama secara terulang, apabila hasilnya sama atau sangat mendekati, maka dinyatakan data empiris yang duji handal reliabel.

1. Validitas

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menguji validitas sebagai berikut: a. Mengidentifikasi secara operasional untuk konsep yang akan diukur. b. Melakukan uji coba pengukuran pada sejumlah responden.

c. Mempersiapkan tabulasi jawaban.

Nilai korelasi antara data pada masing-masing persyaratan dengan skor total hitung dengan memakai SPSS (Statistical Production and Service Solution) versi 15.0.


(57)

Tabel 4.1 Validitas Instrumen

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 71.5667 111.840 .557 .864

VAR00002 71.6667 115.471 .477 .867

VAR00003 71.1333 117.499 .505 .866

VAR00004 71.8667 110.809 .591 .862

VAR00005 71.7000 115.872 .421 .870

VAR00006 71.4000 115.283 .530 .865

VAR00007 71.9333 114.133 .570 .863

VAR00008 71.9000 116.852 .521 .866

VAR00009 71.6000 118.869 .426 .869

VAR00010 71.5333 115.568 .482 .867

VAR00011 71.6000 116.869 .451 .868

VAR00012 71.4000 116.455 .496 .866

VAR00013 71.3667 119.551 .411 .869

VAR00014 71.9333 116.478 .414 .870

VAR00015 71.0667 118.064 .632 .864

VAR00016 71.2000 122.372 .408 .870

VAR00017 71.3333 120.299 .365 .871

VAR00018 71.4000 120.317 .480 .868

VAR00019 71.4000 120.800 .400 .870

VAR00020 71.0667 122.409 .425 .869

Sumber: Pengolahan Data dengan SPSS 15.0 Interpretasi Tabel 4.1 Validitas Instrumen, yaitu:

Corrected item total correlation merupakan korelasi antar skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Nilai pada kolom corrected item total correlation merupakan rhitung yang akan


(58)

dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui validitas pada setiap butir pertanyaan. rtabel pada α 0.05 dengan derajat bebas: df = jumlah kasus – 2. Jumlah kasus adalah 20, jadi df adalah 18, maka r (0.05 ; 18) = 0.

Ketentuan untuk pengambilan keputusan :

a. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pertanyaan tersebut valid. b. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. c. rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.

d. rhitung pada corrected item total correlation yang pada keseluruhan butir lebih besar dari rtabel.

Tabel 4.2 Validitas Instrumen Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation

rtabel VALIDITAS

VAR00001 .557 0. 361 VALID

VAR00002 .477 0. 361 VALID

VAR00003 .505 0. 361 VALID

VAR00004 .591 0. 361 VALID

VAR00005 .421 0. 361 VALID

VAR00006 .530 0. 361 VALID

VAR00007 .570 0. 361 VALID

VAR00008 .521 0. 361 VALID

VAR00009 .426 0. 361 VALID

VAR00010 .482 0. 361 VALID

VAR00011 .451 0. 361 VALID

VAR00012 .496 0. 361 VALID

VAR00013 .411 0. 361 VALID

VAR00014 .414 0. 361 VALID

VAR00015 .632 0. 361 VALID

VAR00016 .408 0. 361 VALID

VAR00017 .365 0. 361 VALID

VAR00018 .480 0. 361 VALID

VAR00019 .400 0. 361 VALID

VAR00020 .425 0. 361 VALID


(59)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan valid., yang dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation > rtabel (0.361).

2. Reliabilitas

Tabel 4.3 Realibility Statistics

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.873 20

Sumber: Data diolah dari SPSS 15.00 Interpretasi dari Tabel 4.3 adalah sebagai berikut:

a. Setelah semua butir pernyataan dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas kuesioner tersebut dengan ketentuan sebagai berikut: Jika ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka reliabel. Jika ralpha negatif atau rtabel lebih kecil maka tidak reliabel.

b. ralpha dapat dilihat pada akhir analisis yaitu bernilai 0.873 sedangkan rtabel bernilai 0,361.

c. ralpha positif dan lebih besar dari rtabel maka kuesioner tersebut reliabel sehingga dapat diteliti.

4.2.2 Pengolahan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jumlah pertanyaan berupa 20 butir pertanyaan 5 butir pertanyaan untuk variabel Tingkat Pendidikan (X1), 5 butir pertanyaan untuk variabel Lingkungan Keluarga (X2), 5 butir pertanyaan untuk variabel Pengalaman Kerja (X3), dan 5 butir


(60)

Berikut ini dapat dilihat karakteristik responden yang diperoleh dari kuesioner yang telah disebarkan kepada 71 responden.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Pria 54 orang 76%

Wanita 17 orang 24%

Jumlah 71 orang 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jenis kelamin pria lebih banyak berjumlah 54 orang dengan persentase 76% sedangkan responden yang memiliki jenis kelamin wanita berjumlah 17 orang dengan persentase 24%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin pria lebih dominan dari pada jenis kelamin wanita dikarenakan pria adalah kepala keluarga dan perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi anggota YPPPSU untuk berwirausaha.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Sarjana 14 orang 20%

SMU 35 orang 49%

≤ SMP 22 orang 31%

Jumlah 71 orang 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa anggota YPPSU dengan tingkat pendidikan SMU memiliki peersentase yang tinggi, yaitu 49% atau sebanyak 35 orang. Anggota YPPPSU dengan tingkat pendidikan SMP ataupun di bawah SMP memiliki persentase 31% atau sebanyak 22 orang. Sedangkan tingkat pendidikan


(61)

Ini menunjukan tingkat pendidikan SMU paling banyak, ini dikarenakan usia awal produktif seseorang bekerja adalah setelah SMU sedangkan yang berpendidikan sarjana lebih kecil dikarenakan biaya kuliah cukup besar sehingga anggota lebih memilih berwirausaha dibandingkan dengan langsung kuliah.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Jenis Usaha Jumlah Persentase (%)

Batik 57 orang 80%

Bakso/Mie Ayam 7 orang 10%

Usaha Lainnya 7 orang 10%

Jumlah 71 orang 100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (diolah)

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa jenis usaha yang didominasi oleh anggota YPPPSU adalah batik, yaitu sebanyak 57 orang atau 80%, serta jenis usaha bakso/mie ayam adalah sebesar 10% atau sebanyak 7 orang, dan usaha lainnya (jamu, buku, roti, makanan ringan, dan rumah makan) adalah sebanyak 7 orang atau sebesar 10%. Batik menjadi usaha paling banyak digeluti anggota YPPPSU dikarenakan dari daerah asal kota Solo yaitu batik menjadi produk unggulan untuk dijadikan usaha oleh anggota YPPPSU di kota Medan.

d. Tabulasi jawaban responden tentang tingkat pendidikan dan berwirausaha

Tabel 4.7

Jawaban Responden tentang Variabel X1 (Tingkat Pendidikan)

Indikator SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F %

1 15 21% 32 45% 14 20% 8 11% 2 3% 100% 2 12 17% 40 56% 12 17% 5 7% 2 3% 100%

3 34 48% 35 49% 1 1% 1 1% 0 0 100%

4 10 14% 25 35% 18 25% 8 11% 10 14% 100% 5 3 4% 23 32% 27 38% 11 15% 7 10% 100%


(62)

1) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa pendidikan membuat seseorang dapat berwirausaha dengan baik, 21% menyatakan sangat setuju, 45% menyatakan setuju, 20% menyatakan kurang setuju, 11% menyatakan tidak setuju, dan 3% menyatakan sangat tidak setuju. Ini menerangkan bahwa dengan pendidikan,anggota dapat membuat perencanaan usaha dengan baik. 2) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki peran yang

penting untuk dapat menjalankan usaha, 17% menyatakan sangat setuju, 56% menyatakan setuju, 17% menyatakan kurang setuju, 7% menyatakan tidak setuju, dan 3% sangat tidak setuju. Ini menerangkan bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam menjalankan usaha seperti perencanaan keuangan dan sistem bisnis yang diterapkan pada usahanya.

3) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa anggota YPPPSU percaya dapat

berwirausaha dengan sukses karena pendidikan yang dia miliki, 48% menyatakan sangat setuju, 49% menyatakan setuju, 1% menyatakan kurang setuju, 1% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju. Ini menerangkan dengan pendidikan usaha yang digeluti dapat berjalan dengan lebih baik dikarenakan ilmu yang memadai dalam berwirausaha.

4) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa seorang wirausahawan yang sukses adalah seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, 14% menyatakan sangat setuju, 35% menyatakan setuju, 25% menyatakan kurang setuju, 11% menyatakan tidak setuju, dan 14% menyatakan sangat tidak setuju. Ini menerangkan tidak ada jawaban yang mencolok di antara persentase jawaban, di karenakan ada banyaknya tingkat pendidikan yang di miliki oleh anggota YPPPSU.


(63)

5) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa pendidikan mendorong seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan, 4% menyatakan sangat setuju, 32% menyatakan setuju, 38% menyatakan kurang setuju, 15% menyatakan tidak setuju, dan 10% menyatakan sangat tidak setuju. Ini menerangkan pendidikan yang dimiliki anggota YPPPSU tidak menjadi faktor pendorong dalam berwirausahah. Hal ini dikarenakan faktor pendorong yang lebih dominan adalah pengalaman kerja dan lingkungan keluarga.

e. Tabulasi jawaban responden tentang lingkungan keluarga dan berwirausaha

Tabel 4.8

Jawaban Responden tentang Variabel X2 (Lingkungan Keluarga)

Indikator SS S KS TS STS Total

F % F % F % F % F %

1 22 31% 27 38% 13 18% 5 7% 4 6% 100% 2 8 11% 15 21% 22 31% 18 25% 8 11% 100% 3 26 37% 23 32% 7 10% 10 14% 5 7% 100% 4 26 37% 17 24% 7 10% 17 24% 4 6% 100%

5 33 46% 35 49% 2 3% 1 1% 0 0 100%

Sumber: Hasil Penelitian (2011), diolah

1) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa para anggota YPPPSU memiliki anggota keluarga yang juga menjalankan usaha, 31% menyatakan sangat setuju, 38% menyatakan setuju, 18% menyatakan kurang setuju, 7% menyatakan tidak setuju, dan 6% menyatakan sangat tidak setuju. Ini menunjukan dalam berwirausaha anggota keluarga juga turut andil dalam anggota YPPPSU.

2) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa keadaan ekonomi keluarga membuat anggota YPPPSU tersebut harus berwirausaha agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, 11% menyatakan sangat setuju, 21%


(64)

menyatakan setuju, 31% menyatakan kurang setuju, 25% menyatakan tidak setuju, dan 11% menyatakan sangat tidak setuju. Ini menerangkan kurang setuju memiliki jawaban yang paling banyak dikarenakan anggota tidak dominan dari kalangan keluarga yang kurang mampu.

3) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa sejak kecil anggota YPPPSU tersebut sudah diajarkan untuk berwirausaha, 37% menyatakan sangat setuju, 32% menyatakan setuju, 10% menyatakan kurang setuju, 14% menyatakan tidak setuju, dan 7% yang menyatakan sangat tidak setuju. Ini menerangkan kalau berwirausaha telah ada ditanamkan sejak kecil kepada para anggota YPPPSU.

4) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa keluarga yang mendorong untuk memulai usaha, 37% menyatakan sangat setuju, 24% menyatakan setuju, 10% menyatakan kurang setuju, 24% menyatakan tidak setuju, dan 6% menyatakan sangat tidak setuju. Keluarga menjadi pendukung para anggota YPPPSU dalam berwirausaha, hal ini dikarenakan latar belakang keluarga anggota dari kebanyakan dari berwirausaha.

5) Dari 71 responden yang menyatakan bahwa keluarga sangat mendukung para anggota YPPPSU untuk berwirausaha, 46% menyatakan sangat setuju, 49% menyatakan setuju, 3% menyatakan kurang setuju, 1% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju. Ini menerangkan keluarga sangat mendukung kegiatan berwirausaha karena keluarga anggota YPPPSU sudah berpengalama dalam berwirausaha serta melihat keberhasilan yang sudah diraih keluarga anggota.


(1)

5.

Tingkat Pendidikan (X

1

)

No.

Keterangan

STS

TS

KS

S

SS

1

Menurut saya, pendidikan membuat saya

bisa berwirausaha dengan baik.

2

Menurut saya, pendidikan memiliki peran

yang penting untuk dapat menjalankan

usaha.

3

Saya percaya bisa berwirausaha dengan

sukses karena pendidikan yang saya

miliki.

4

Menurut saya, seorang wirausahawan

yang sukses adalah seseorang yang

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

5

Pendidikan mendorong saya untuk

menjadi seorang wirausahawan.

6.

Lingkungan Keluarga (X

2

)

No.

Keterangan

STS

TS

KS

S

SS

1

Saya memiliki anggota keluarga yang juga

menjalankan usaha.

2

Keadaan ekonomi keluarga membuat

saya harus berwirausaha agar dapat

memenuhi kebutuhan keluarga saya.

3

Sejak kecil saya sudah diajarkan untuk

berwirausaha.

4

Keluarga saya mendorong saya untuk

memulai usaha.

5

Keluarga saya sangat mendukung saya

untuk berwirausaha.


(2)

7.

Pengalaman Kerja (X

3

)

No.

Keterangan

STS

TS

KS

S

SS

1

Pengalaman kerja yang saya miliki,

membantu saya mengurangi kesalahan

yang saya lakukan dalam berwirausaha.

2

Pengalaman kerja yang saya miliki sangat

bermanfaat untuk menjalankan usaha

saya.

3

Menurut saya, pengalaman kerja sangat

dibutuhkan untuk menjalankan usaha

sehingga dapat menjadi sukses.

4

Pengalaman kerja yang saya miliki

mendorong saya untuk berwirausaha.

5

Dalam bekerja, saya selalu menyelesaikan

tugas tepat waktu.

8.

Berwirausaha (Y)

No

.

Keterangan

STS

TS

KS

S

SS

1

Saya selalu memiliki cita-cita yang dapat

memacu serta memberi semangat untuk

mencapainya.

2

Saya adalah seorang yang menyukai

pekerjaan yang beresiko tinggi.

3

Saya mampu mengolah sesuatu yang

sederhana menjadi sebuah peluang usaha.

4

Saya memiliki dorongan untuk selalu lebih

unggul dalam mengerjakan segala sesuatu

melebihi standar yang harus ada dalam diri

seseorang.

5

Saya mampu memberikan cara-cara baru

dalam menangani pekerjaan.


(3)

HASIL PENELITIAN

1.

UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

a.

Uji Validitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

VAR00001 71.5667 111.840 .557 .864

VAR00002 71.6667 115.471 .477 .867

VAR00003 71.1333 117.499 .505 .866

VAR00004 71.8667 110.809 .591 .862

VAR00005 71.7000 115.872 .421 .870

VAR00006 71.4000 115.283 .530 .865

VAR00007 71.9333 114.133 .570 .863

VAR00008 71.9000 116.852 .521 .866

VAR00009 71.6000 118.869 .426 .869

VAR00010 71.5333 115.568 .482 .867

VAR00011 71.6000 116.869 .451 .868

VAR00012 71.4000 116.455 .496 .866

VAR00013 71.3667 119.551 .411 .869

VAR00014 71.9333 116.478 .414 .870

VAR00015 71.0667 118.064 .632 .864

VAR00016 71.2000 122.372 .408 .870

VAR00017 71.3333 120.299 .365 .871

VAR00018 71.4000 120.317 .480 .868

VAR00019 71.4000 120.800 .400 .870


(4)

b.

Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.873 20

2.

UJI ASUMSI KLASIK

a.

Uji Normalitas

1)

Pendekatan Grafik

2)

Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 71

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.52241068

Most Extreme Differences Absolute .106

Positive .063

Negative -.106

Kolmogorov-Smirnov Z .897

Asymp. Sig. (2-tailed) .397

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

b.

Uji Heteroskedastisitas

1)

Pendekatan Grafik

2)

Uji Glejser

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.386 1.130 2.113 .038

Tingkat Pendidikan -.043 .031 -.166 -1.379 .172

Lingkungan Keluarga -.074 .041 -.215 -1.813 .074

Pengalaman Kerja .049 .047 .127 1.049 .298

a. Dependent Variable: absut

c.

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF


(6)

3.

UJI REGRESI LINIER BERGANDA

a.

Uji t (Uji Secara Parsial)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 16.948 1.839 9.214 .000

Tingkat Pendidikan .189 .051 .399 3.704 .000

Lingkungan Keluarga

.188 .067 .300 2.823 .006

Pengalaman Kerja -.141 .076 -.200 -1.852 .068

a. Dependent Variable: Berwirausaha

b.

Uji F (Uji Secara Simultan)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 58.378 3 19.459 8.036 .000a

Residual 162.241 67 2.422

Total 220.620 70

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Kerja, Lingkungan Keluarga, Tingkat Pendidikan b. Dependent Variable: Berwirausaha

c.

Koefisien Determinasi

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .514a .265 .232 1.55612

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Kerja, Lingkungan Keluarga, Tingkat Pendidikan


Dokumen yang terkait

Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Minat Berwirausaha Pada Etnis Tionghoa

8 99 244

PENGARUH PENGALAMAN BERWIRAUSAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA Pengaruh Pengalaman Berwirausaha Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 Universitas Muhammadiyah Sura

0 4 17

PENDAHULUAN Pengaruh Pengalaman Berwirausaha Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 8

PENGARUH PENGALAMAN BERWIRAUSAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Pengaruh Pengalaman Berwirausaha Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 Universitas Muhamma

0 3 13

PENGARUH PEMBAGIAN KERJA, INSENTIF, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PENGARUH PEMBAGIAN KERJA, INSENTIF, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PERUSAHAAN BATIK PUTRA SOLO.

0 0 14

PENDAHULUAN PENGARUH PEMBAGIAN KERJA, INSENTIF, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PERUSAHAAN BATIK PUTRA SOLO.

0 0 5

DAFTAR PUSTAKA PENGARUH PEMBAGIAN KERJA, INSENTIF, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PERUSAHAAN BATIK PUTRA SOLO.

0 1 8

PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM Pengaruh Sikap Mandiri dan Lingkungan keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah

1 5 16

Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun 2016.

0 1 18

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN FAKULTAS EKONOMI UNY.

0 3 181