2.1.5. Diagnosa HIVAIDS
Karena banyak negara berkembang yang belum memiliki fasilitas pemeriksaan serologi maupun antigen HIV yang memadai, maka WHO
menetapkan kriteria diagnosis:
- Untuk dewasa paling sedikit 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak
terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat, atau sebab-sebab lain. Adanya sarkoma kaposi
meluas atau Meningitis cryptococcal sudah cukup untuk menegakkan AIDS.
- Untuk anak definisi kasus AIDS terpenuhi bila ada sedikitnya 2 tanda
mayor dan 2 tanda minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat, atau sebab-sebab
lain Murtiastutik, 2008. Pada daerah dimana tersedia laboratorium pemeriksaan, penegakkan
diagnosa dilakukan melalui pemeriksaan serum. Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk memastikan HIV. Sebagai penyaring biasanya
digunakan teknik ELISA enzym-linked immunosorbent assay, aglutinasi atau dot-blot immunobinding assay. Metode yang biasanya digunakan di Indonesia
adalah ELISA. Jika pemeriksaan penyaring menyatakan hasil yang reaktif, pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan konfirmasi untuk memastikan
adanya infeksi oleh HIV, yang paling sering dipakai saat ini adalah teknik Western Blot WB. Pada pemeriksaan ini akan didapat pita presipitasi yang
terjadi melalui proses elektroforesis dari antigen dan antibodi HIV, sehingga dapat diketahui apakah semua komponen virus dan antibodinya sudah sesuai.
Pemeriksaan pada anak 18 bulan sebaiknya menggunakan tes virologi p24, PCR DNA atau RNA karena belum terdeteksi anti HIV nya, sedangkan
anak usia 18 bulan bisa dengan syarat sudah lepas menyusui dari ibunya selama 6 minggu Murtiastutik, 2008.
2.1.6.Penatalaksanaan HIVAIDS
Bila dahulu pengobatan HIVAIDS sangat tidak memberikan banyak harapan, pada saat ini sudah mulai ada harapan, khususnya pada penderita HIV
Universitas Sumatera Utara
dan awal tingkat klinis AIDS. Walaupun sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Tujuan pengobatan anti-retroviral ARV :
- Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV
- Memperbaiki kualitas hidup penderita HIVAIDS
- Memulihkan danatau memelihara fungsi kekebalan tubuh
- Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus-menerus
Murtiastutik, 2008 Secara umum penatalaksanaan odha orang dengan HIVAIDS terdiri atas
beberapa jenis : a.
Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat ARV mislanya indinavir, retrovir, dan lamivudin yang diberikan secara
kombinasi. b.
Pengobatan yang digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai HIVAIDS, seperti jamur, tuberkulosis,
hepatitis, toksoplsma, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks c.
Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperri dukungan psikososial dan
dukungan agama serta tidur yang cukup dan menjaga kesehatan. Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan,
harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat kurang.
2.1.7. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIVAIDS