Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja Di SMA Swasta Panca Budi Medan

(1)

HUBUN

PER

NGAN PE

RILAKU S

UN

ENGETAH

SEKSUA

PANCA

TENGK FAKULTA IVERSITA

HUAN TE

AL REMA

A BUDI M

SKRIPSI OLEH : KU AMIN 091101009 AS KEPER AS SUMAT MEDAN

ENTANG

AJA DI SM

MEDAN

PUTRA 9 RAWATAN TERA UTA

G HIV/AID

MA SWA

N ARA

IDS DAN

ASTA


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pSkripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja Di SMA Swasta Panca Budi Medan” untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Faklutas Universitas Sumatera utara.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam Skripsi ini, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Rosina Tarigan, S.kp,M.kep,Sp.KMB selaku dosen pembimbing akademik.

2. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed,CWCCA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk


(3)

memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ikram, S.Kep., Ns., Mkep. selaku penguji I dan Siti Zahara Nst, S.Kp, MNS selaku penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan juga kepada seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Kepala sekolah SMA Swasta Panca Budi Medan, dan Staf T.U yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Kepada Dwi Putriana Lubis, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Drs. Arminsyah dan ibunda Srima Murni yang menjadi tempat untuk berbagi keluh kesah, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dan segala yang terbaik untuk penulis. Teman-teman yang istimewa di kampus fkep Irwana Fenata, Viyattalya Polina, Khairul Nopandi, Heni Haryati, Irma Sarah Pohan, Lukas Franzona, Dendi Purnama, Muhammad Candra, teman sebimbingan Gusti pratiwi.


(4)

8. Teman-teman senasib seperjuangan stambuk 2009 Reguler A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis skripsi bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Juli 2012


(5)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii LAMPIRAN v

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1 2. Tujuan Penelitian 4 3. Pertanyaan Penelitian 5 4. Manfaat Penelitian 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. pengetahuan………...……...6

2.2. HIV/AIDS………...…..…...9

2.2.1 Defenisi HIV………...…..…...9

2.2.2 Defenisi AIDS………...…...…..10

2.2.3. Kelompok Risiko Tinggi HIV/AIDS…...10

2.2.4. Gejala Klinis HIV/AIDS………..………...….10

2.2.5. Dampak HIV/AIDS……...………...13

2.2.6. Cara penularan HIV/AIDS...………...14

2.2.7. Pencegahan HIV/AIDS …………...………...…...14

2.3. Remaja dan HIV/AIDS…………...………...…15

2.4. Perilaku Seksual…………...……..………...…….16

2.5. Remaja ………...……...20

2.5.1 Defenisi Remaja………...…………20

2.5.2. Perkembangan Remaja ………...………21

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 26


(6)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian... 27

4.2 Populasi dan Sampel...27

4.3 Teknik Smpling...28

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian...28

4.5 Pertimbangan Etik penelitian...29

4.6 Instrumen Penelitian...29

4.7 Uji Reliabilitas dan Validitas...31

4.8 Pengumpulan Data...32

4.9 Analisa Data...33

BAB 5 METODOLOGI PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian...35

5.1.1 Karakteristik Responden...35

5.1.2 Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS ...36

5.1.3 Perilaku Seksual Remaja...38

5.1.4 Hubungan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan...39

5.2 Pembahasan...40

5.2.1 Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS ...40

5.2.2 Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS ...41

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan...41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan menjadi reponden 2. Kuesioner penelitian

Data Demografi

Kusioner Pengetahuan Remaja tnetnag HIV/AIDS Kuisoner Perilaku Seksual Remaja

3. Reliabilitas Kusioner Pengetahuan Remaja tnetnag HIV/AIDS 4. Reliabilitas Kusioner Perilaku Seksual Remaja


(7)

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keprawatan USU


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi operasional penelitian hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS

dan perilaku seksual remaja di SMA Panca Budi Medan

Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi\

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentasi pernyataan pengetahuan remaja

tentang seks di SMA Swasta Panca Budi Medan

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perilaku seksual remaja

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentasi pernyataan pengetahuan remaja

tentang seks di SMA Swasta Panca Budi Medan

Tabel 8. Hasil uji statistik spearman correlation pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan perilaku seksual remaja


(9)

Judul : Hubungan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Dan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Swasta Panca Budi Medan

Nama Mahasiswa : Tengku Amin Putra

Nim : 091101009

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

HIV merupakan salah satu penyakit menular yang menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di setiap tahunya. Rata- masih kurang padahal pengetahuan ini diperlukan untuk dasar pencegahan dan penularan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai hubungan pengetahuan tentang HIV AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

Cluster sampling. Sampel sebanyak 85 responden. Kuisioner penelitian terdiri dari kuisioner demografi responden, pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS,perilaku seksual. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013. Uji statisctic kolerasi stastictic kolerasi dengan menggunakan teknik kolerasi spearman antara variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan dan hubungan antara variabel juga sangat rendah sehingga hipotesi dalam penelitian ini ditolak.


(10)

Title : Correlation between Knowledge in HIV/AIDS and Teenagers’ Sexual Behavior at SMA Swasta Panca

Budi,

Medan

Name of Student : Tengku Amin Putra Std. ID Number : 091101009

Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

HIV constitutes one of the contagious diseases which cause the high rate of morbidity and mortality each year. Most of the people who suffer from HIV/AIDS are in the developing countries. The objective of the study was to know the correlation between knowledge in HIV/AIDS and teenagers’ sexual behavior at SMA Swasta Panca Budi. The samples consisted of 85 respondents, taken by using cluster sampling technique. The questionnaires consisted of questionnaires about respondents’ demography, about teenagers’ knowledge in HIV/AIDS, and about social behavior. The research was conducted in July, 2013. The data were obtained by using statistic correlation test, with spearman correlation technique, aided by a computer software program. Coefficient value between independent variables and dependent variable was (rxy) 0.73 and the value p<0.05. The

result of the study showed that there was no significant correlation between knowledge in HIV/AIDS and teenagers’ sexual behavior at SMA Swasta Panca Budi, Medan, and the correlation between the variables was also not significant so that the hypothesis in this research was rejected. The future research on the correlation between knowledge in HIV/AIDS and teenagers’ sexual behavior should emphasize on other factors such social, cultural, and spiritual factors.


(11)

Judul : Hubungan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Dan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Swasta Panca Budi Medan

Nama Mahasiswa : Tengku Amin Putra

Nim : 091101009

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

HIV merupakan salah satu penyakit menular yang menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di setiap tahunya. Rata- masih kurang padahal pengetahuan ini diperlukan untuk dasar pencegahan dan penularan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai hubungan pengetahuan tentang HIV AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

Cluster sampling. Sampel sebanyak 85 responden. Kuisioner penelitian terdiri dari kuisioner demografi responden, pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS,perilaku seksual. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013. Uji statisctic kolerasi stastictic kolerasi dengan menggunakan teknik kolerasi spearman antara variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan dan hubungan antara variabel juga sangat rendah sehingga hipotesi dalam penelitian ini ditolak.


(12)

Title : Correlation between Knowledge in HIV/AIDS and Teenagers’ Sexual Behavior at SMA Swasta Panca

Budi,

Medan

Name of Student : Tengku Amin Putra Std. ID Number : 091101009

Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

HIV constitutes one of the contagious diseases which cause the high rate of morbidity and mortality each year. Most of the people who suffer from HIV/AIDS are in the developing countries. The objective of the study was to know the correlation between knowledge in HIV/AIDS and teenagers’ sexual behavior at SMA Swasta Panca Budi. The samples consisted of 85 respondents, taken by using cluster sampling technique. The questionnaires consisted of questionnaires about respondents’ demography, about teenagers’ knowledge in HIV/AIDS, and about social behavior. The research was conducted in July, 2013. The data were obtained by using statistic correlation test, with spearman correlation technique, aided by a computer software program. Coefficient value between independent variables and dependent variable was (rxy) 0.73 and the value p<0.05. The

result of the study showed that there was no significant correlation between knowledge in HIV/AIDS and teenagers’ sexual behavior at SMA Swasta Panca Budi, Medan, and the correlation between the variables was also not significant so that the hypothesis in this research was rejected. The future research on the correlation between knowledge in HIV/AIDS and teenagers’ sexual behavior should emphasize on other factors such social, cultural, and spiritual factors.


(13)

`BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan zaman dan pengaruh globalisai telah menimbulkan perubahan yang nyata dalam sendi-sendi kehidupan manusia, khusuny dalam bidang kesehatan. Tidak adanya batas antara satu Negara dengan Negara lain menyebabkan mudahnya terjadi penurunan penyakit dan meningkatnya penyakit-penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang banyak meresahkan masyarakat dunia pada umunya dan masyarakat Indonesia khususnya kerana penyebarannya yang cepat adalah HIV/AIDS (Nasution, dkk, 2000 dalam Khairatunnisa, 2005).

HIV kepanjangan Human Immunodeficiency Virus atau virus pelemah kekebalan tubuh manusia. Human(manusia) karena virus ini menyebabkan penyakit hanya pada tubuh manusia. Immunodeficiency (pelemah kekebalan manusia) karena sistem kekebalan yang normalnya melindungi seseorang dari penyakit,menjadi lemah. HIV adalah sebuah organisme kecil yang menyeranag makhluk hidup dengan berkembang-biak. HIV dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Sindrome) atau sindrom pelemah kekebalan tubuh (Granich, Reuben dan Jonathan Mermin, 2003).


(14)

AIDS singkatan dari Acquired Immnuo Deficiency Sindrome. Acquired

artinya didapat, bukan penyakit keturunan. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh. Deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah

kumpulan gejala. AIDSadalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal, padahal penyakit tersebut tidak akan menyebabkan gangguan yang sangat berarti pada orang yang sistem kekebalannnya normal (Zein, Umar, 2006).

Berdasarkan cara penularan virus HIV, maka kelompok resiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah pasangan seksual, pengidap pecandu narkoba suntik dan pasangan seksualnya, Wanita Pekerja Seks (WPS) dan

pelanggannya, serta pasangan pelanggannya, waria sebagai pekerja seks dan pelanggannya, serta pasangan pelanggannya, petugas kesehatan yang

berhubungan dengan darah dan secret penderita infeksi HIV, penerima transfusi darah dan produk darah, dan janin yang dikandung oleh ibu pengidap HIV (Zein, Umar,2006).

Rentannya remaja terhadap penyimpangan seksual dan AIDS bersumber dari perubahan fisiologis dan psikologis, berkaitan dengan perkembangan organ reproduksi mereka. Pada tahap ini, individu berada di antara dua fase kehidupan yang berbeda, yaitu masa kanak-kanak

(childhood) dan dewasa (adult life) (Nasution, dkk, 2000 dalam

Khairatuninisa, 2005). Rata-rata pengetahuan remaja mengenai AIDS masih kurang, padahal pengetahuan ini diperlukan untuk dasar pencegahan AIDS, kalau remaja dapat menghindari penularan tersebut demikian pula


(15)

pemahaman yang benar mengenai masalah seksualitas oleh remaja masih kurang, padahal cara penularan tersering adalah melalui hubungan seksual ( Rustamaji, 2000).

Remaja dan kaum muda merupakan cikal bakal sekaligus generasi penerus bangsa yang seharusnya dilindungi dan mendapat perhatian khusus. Djoerban (2000) mengatakan bahwa hasil studi perilaku, diantaranya

beberapa penelitian pada remaja dalam kaitannya dengan AIDS di berbagai lapisan masyarakat di berbagai kota di Indonesia menunjukkan hal yang memprihatinkan. Pengetahuan remaja mengenai AIDS ternyata masih kurang (Rustamiji, 2000). Padahal pengetahuan ini diperlukan untuk dasar pencegahan AIDS. Dari catatan literatur di Indonesia kasus infeksi HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1985 di Jakarta pada seorang wanita yang menderita anemia hemolitik autoimun yang kerap mendapat transfuse darah, diduga kuat transmisi virus HIV melalui transfusi (Zein umar, 2006).

HIV merupakan salah satu penyakit menular yang menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di setiap tahunya. Penderita HIV/AIDS sebagian besar terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang. Menurut laporan UNAIDS pada tahun 2009 prevalensi penderita HIV/AIDS sebanyak 33 juta orang, dan pada tahun 2010 terdapat sebanyak 34 juta orang yang menderita HIV/AIDS dengan jumlah

prevalensi kematian 1,8 juta orang (UNAIDS, 2011). Berdasarkan data Ditjen PP &PL Kemenkes RI pada tahun 2012, jumlah prevalensi kematian HIV/AIDS di Indonesia dari tahun 1987-2012 mencapai 5.623 orang.


(16)

HIV/AIDS di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Papua, dan Bandung. Sedangkan angka terjadinya HIV/AIDS di Kota Medan menduduki

peringkat ke 5 dari seluruh provinsi di Indonesia, dengan jumlah penderita infeksi HIV sebanyak 5.629 orang dan jumlah penderita AIDS 515 orang. (Kemenkes, 2012).

Berdasarkan data dari pusat informasi dan konseling HIV/AIDS, Warung SaHIVA (Sadar HIV/AIDS) Sumatera Utara pada tahun 2012 yang menderita HIV 310 orang sedangkan yang menderita AIDS 132 orang. Data yang meninggal adalah 184 orang. Data yang mengindap HIV/AIDS tahun 2012 adalah 55 orang.

Pandangan bahwa seks adalah tabu membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya dengan orang lain yang lebih memprihatinkan, dan merasa paling tidak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri, informasi yang salah tentang seks dapat mengakibatkan pengetahuan dan presepsi seseorang mengenai seluk- beluk seks itu sendiri menjadi salah.(Selamiharja & Yudana1997 dalam Evlyn,2007).

Melihat begitu banyaknya masyarakat khususnya remaja yang belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang penyakit HIV/AIDS dan seks bebas dikalangan remaja membuat penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan. Sebagai bahan pertimbangan karena di SMA tersebut jarang dilakukan penyuluhan dan edukasi tentang HIV/AIDS dan perilakun seksual remaja.


(17)

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku

seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan

1.2.2 Tujuan Khusus

a)Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA Swasta

Panca Budi Medan.

b) Untuk mengetahui perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan ?

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan sumbangan penelitian bagi sekolah SMA Swasta Panca Budi Medan terhadap kesadaran perilaku penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS sehingga dapat


(18)

menjaga kesehatan diri dengan perilaku baik sesuai norma agama dan masyarakat.

1.4.2 Bagi Institusi Keperawatan USU

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam materi pembelajaran sistem reproduksi khususnya materi HIV/AIDS.

1.4.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai data awal, dan informasi sumber data bagi dukungan terhadap penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui penginderaan manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoadmodjo, 2003 ).

Dari pengalaman dan penilitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2003). Hasil penelitian Rongers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut proses berurutan, yakni :

a. Awareness, (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).


(20)

c. Evaluation, yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya disimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu mengikuti tahap-tahap tersebut di atas. Idealnya, suatu perilaku baru terbentuk dimulai dari adanya pengetahuan terhadap suatu stimulus yang kemudian diikuti dengan sikap individu terhadap stimulus tersebut, sehingga menimbulkan rangsang untuk

berperilaku. Namun, menurut Notoatmodjo (2003), dalam kenyataan tidak selalu harus seperti itu. Seseorang dapat berperilaku baru tanpa terlebih dahulu didasari oleh pengetahuan dan sikap. Pengetahuan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai mengingat sesuatu materi yang dipelajari

sebelumnya yakni mengingat kembali secara spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau yang dirangsang yang telah diterimanya. Oleh karena sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Misalnya dapat menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan lain sebagainya. Pemahaman (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya


(21)

dapat menyimpulkan, meramalkan, menjelaskan dan lain sebagainya dari objek yang dipelajari.

b. Memahami ( comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi ( application )

Aplikasi diuraikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dsisni dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisir tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Misalnya dapat menggambarkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintetis (Synthesis)

Sintetis menunjukan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat


(22)

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

Ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.2 HIV/AIDS 2.2.1 Defenisi HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyebabkan terjadinya AIDS (Acquired immune deficiency syndrome) pada seseorang (Brashers, 2008). Penderita HIV akan mengalami infeksi kerusakan pada sistem imun tubuh yang ditandai dengan gejala AIDS (Nursalam, 2007). Adapun (Acquired Immunodeficiency Syndrome) AIDS adalah Syndrome akibat defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketikar melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV (Gottlieb, 1981, Siregar, 2004). Virus HIV diklasifikasikan ke golongan lentivirus atau retroviridea. Virus ini secara material genetic adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reversetrascriptase untuk dapat menginfeksi sel mamal;ia, termasuk


(23)

manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat (Zein umar, 2006).

2.2.2 Defenisi AIDS

AIDS singkatan dari Acquired Immnuo Deficiency Sindrome adalah sekelompok penyakit yang terjadi ketikasistem kekebalan seseorang dirusak oleh HIV. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV merasa sehat selama tahun pertama setelah terserang virus itu, namun mereka akan segera menderita AIDS (Granich, Reuben dan Jonathan Mermin, 2003)

2.2.3 Kelompok RisikoTinggi HIV/AIDS

Menurut (Komisi Penanggulangan AIDS Kota Medan,2012). HIV/AIDS dapat menular melalui: darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI (air susu ibu) yang postif HIV.

HIV/AIDS tidak menular melalui: bersalaman, tinggal serumah, ciuman pipi, makanan, gigitan nyamuk, alat makanan, berenang bersama, batuk bersin, air mata, sabun mandi, dam kegiatan sehari-hari. Golongan yang berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV adalah transfusi darah yang tercemar virus HIV, penggunaan jarum suntik secara bergantian pada pengguna narkoba suntik, transplatasi organ tubuh yang tidak steril jarum tattoo dan jarum tindik yang telah tercemar virus HIV, hubungan sex yang tidak aman ( tidak menggunakan kondom), dan ibu HIV- positif yang melahirkan dan menyusui bayinya.


(24)

Gejala klinis adalah gejala sakit yang timbul baik yang dirasakan penderita maupun yang dapat dilihat petugas kesehatan. Ada lima tahap gejala perjalan HIV menjadi AIDS, yaitu stadium awal infeksi awal infeksi HIV, stadium tanpa gejala, stadium ARC (AIDS Related complex), stadium AIDS, dan stadium gangguan susunan saraf pusat. Stadium awal Infeksi HIV gejala pertama muncul mirip dengan gejala influensa seperti demam, rasa lemah, lesu, sendi-sendi terasa nyeri, batuk, nyeri tenggorokan, dan pembesar kelenjer. Gejala ini biasanya berlangsung beberapa hari atau beberapa hari atau beberapa minggu kemudian hilang dan selanjutnya memasuki stadium tanpa gejala. Stadium tanpa gejala Pada stadium tanpa gejala tidak muncul tanda-tanda yang mencolok dan orangnya tampak sehat, walaupun sebenarnya tes darah menunjukkan HIV positif. Masa stadium tanpa gejala ini berkisar 5-7 tahun dan virus yang ada di dalam tubuh perlahan-lahan menyerang sistem kekebalan tubuh. Stadium ARV (AIDS Related Complex) ARC adalah istilah klinis yang terjadi bila terjadi dua atau lebih gejala klinis yang berlangsung selama tiga bulan. Pada stadium ini gejala yang berkembang demam disertai keringat malam yang muncul terus-menerus (berkala). Selanjutnya dalam tiga bulan berat badan turun lebih dari 10% kelemahan tubuh yang mengganggu atau menurunkan aktivitas sehari-hari pembesaran kelenjer di leher, lipatan paha dan ketiak, diare (mencret berkala terus-menerus) tanpa sebab yang jelas, baruk dan terus menerus sesak nafas, kulit gatal, bercak-bercak merah kebiruan, tenggorokan sakit dan perdarahan yang tak jelas sebabnya. Tanda-tanda ini tidak khas karena gejala tersebut dapat terjadi pada penyakit lain. Namun


(25)

gejala diatas menunjukkan indikasi adanya kerusakan pada sistem tubuh. Stadium AIDS Dalam stadium ini, kekebalan tubuh makin melemah membuat penderita mudah terserang penyakit berbahaya yang disebut infeksi oportunistik.maksudnya penyakit yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan virus, bakteri, jamur atau parasit sewaktu kekebalan tubuh baik, kuman-kuman ini dapat dikendalikan tubuh. Tapi karena sistem kekebalan tubuh menurun kuman-kuman seperti TBC, candidiasis dan

toxoplasmosis bermunculan. Selain itu dapat juga dapat juga menimbulkan kanker kulit (sarkoma Kaposi) dan kanker getah bening (limfoma).

Penyakit- penyakit penyerta ini dapat menyebabkan kematian penderita. Perlu diketahui bentuk infeksi oportunistik yang timbul tergantung dari prevalensi penyakit menular dari mana penderita hidup. Stadium Gangguan Susunan Saraf Pusat virus HIV selain menyerang sel darah putih limposit T4 yang merupakan sumber kekebalan tubuh juga menyerang organ tubuh lain. Organ yang sering diserang antara lain otak dan sususan saraf yang bisa mengakibatkan kematian sel otak. Kematian sel otak dapat

menimbulkan gangguan mental organic. Itu terjadi bukan saja karena kerusakan otak akibat virus HIV tapi juga akibat infeksi oportunistik yang menyerang otak. Beberapa gangguan mental yang muncul adalah :

a. Gangguan daya ingat, gejalanya adalah terganggunya daya ingat, motivasi, perilaku, emosi, kelambanan berpikir, dan berkurangnya kehangatan dalam berhubungan sosial.


(26)

c. Gangguan psikotik, gejalanya cukup berat, seperti halusinasi dan cara berfikir yang kacau.

d. Depresi dan stress.

e. Sindroma mania, gejalanya adalah banyak berbicara, tidak butuh tidur, rasa gembira yang disertai penurunan daya ingat.

f. Gangguan saraf, gejalanya berupa nyeri otot dan kejang-kejang ( Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, 1991, Khairatunnisa, 2005).

2.2.5 Dampak HIV/AIDS

Pola penularan telah menunjukkan bahwa epidemi telah masuk ke dalam masyarakat yang selama ini merasa ‘aman’ terhadap penularan HIV/AIDS. Pola penularan yang sangat tinggi melalui hubungan seks terutama hubungan seks heteroseksual dan penggunaan jarum suntik yang streril di kelompok pengguna Napza suntik, akan berdampak kepada penyebaran masyarakat. Penularan HIV/AIDS melalui penggunaan jarum suntik yang bergantian pada kelompok penasunan mempunyai tingkat kemungkinan tinggi terjadinya penularan per kejadian (Depkes, 2006). Penyakit AIDS belum ada obatnya. Perawatan HIV/AIDS menambah beban biaya pelayanan kesehatan. Oleh karena tingkat penyebaranya cepat, tentu semakin mempercepat penambahan hubian rumah sakit. Karena biaya pengobatanya mahal dan besar tentu dapat mempengaruhi anggaran

kesehatan program kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi anak, pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan, imunisasi, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Padahal semua program ini amat penting dan berperan


(27)

besar untuk memajukan sumber daya manusia masa depan ( Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, 1999 Dalam Khairatunnisa).

2.2.6 Cara Penularan HIV/AIDS

Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui berbagai cara menurut (Zein Umar, 2006 ), yaitu :

a. Kontak seksual, kontak dengan darah atau secret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu).

b. Penularan melalui hubungan seksual, heteroseksual adalah yang paling dominan, penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki dengan perempuan atau laki dengan laki-laki.Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, (anus/dubur), oral (mulut) antara dua individu.

c. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV

d. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusukke dalam tubuh yang terkontaminasidengan virus HIV, seperti jarum tato atau pengguna narkoba suntik secara bergantian.

e. Melalui transplantasi organ pengidap HIV

f. Penularan dari ibu ke anak kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia kandung, dilahirkan, dan sesudah lahir.


(28)

Menurut ( Komisi Penanggulangan AIDS kota Medan, 2012 ) berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penularan penyakit AIDS yaitu: hindari hubungan seks berganti-ganti pasangan, bersikap saling setia dengan pasangan, cegah dengan menggunakan kondom, dihindari pemakaian narkoba suntik, dan education pendidikan dan penyuluhan tentang AIDS.

2.3 Remaja dan HIV/AIDS

Setiap orang dapat terinfeksi virus HIV, baik anak-anak, remaja, maupun kalangan orang tua. Namun kalangan remaja menjadi perhatian khusus dalam penanggulangan HIV/AIDS. Masa remaja merupakan masa di mana seseorang merasa dinamis dan ingin mencoba segalanya. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada diri seseorang.

Selama pertumbuhan ini, terjadi perubahan fisik yang sangat cepat pada remaja, termasuk perunahan perhatian, hubungan dengan lawan jenis dan peranan mereka di masyarakat. Mereka merasa mampu untuk

mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam upaya pemeliharaan dan kesejahteraan mereka. Mereka ingin mengalami bagaimana perasaan

dicintai dan mencintai, meskipun kadang-kadang hanya sekedar meningkatkan harga diri mereka. Remaja memang lebih suka mencari pengalaman baru dan mencoba mengambil resiko selama berintraksi dengan lingkungan yang baru (eksperimen). Dalam konteks inilah remaja

membutuhkan bantuan untuk menghindari mereka dari ancaman serius terhadap kesehatan mereka. Kemiskinan, tidak tersedianya lapangan


(29)

pekerjaan, dan hidup terlantar sering sangat erat hubunganya dengan rendahnya tingkat pendidikan mereka. Penyalahgunaan alcohol, obat bius, serta berbagai bentuk kejahatan lainya merupakan gejala sosial yang

berisiko yang melibatkan kita. Perkosaan, kecepatan perubahan yang terjadi di dalam keluarga dan kesejahteraan remaja. Semua kondisi ini perlu

diwaspadai dan dapat berkembang menjadi situasi berisiko penyebaran HIV di kalangan remaja (Muninjaya, 1999 Dalam Khairatunnisa, 2005).

2.4 Perilaku Seksual

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon ( Notoatmodjo, 2003).

Menurut (Suyono, 1985, evlyn 2005) perilaku (behavior) adalah segala tindakan manusia yang disebabkan baik karena dorongan organism serta hasrat alam psikologinya, maupun karena pengaruh masyarakat dan kebudayaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, Skinner (1938), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada. Sedangkan seksual adalah rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan


(30)

dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. (Budi Rajab, 2007). Menurut (Sarwono, 2000, Dalam, Khairatunnisa, 2005). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual,baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenisnya. Bentuk tingkah laku ini biasanya bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama, (Sarwono, 2000, Dalam Khairatunnisa, 2005) mengatakan ada 5 faktor yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seksual remaja,yaitu : a. Meningkatnya Libido Seksualitas

Seorang remaja menhadapi tugas-tugas perkembangan (development task) sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang sedang terjadi padanya. Tugas-tugas perkembangan itu antara lain adalah menerima kondisi fisiknya (yang berubah) dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun, menerima peranan seksualitas masing-masing (laki-laki atau perempuan) dan mempersiapkan perkawinan dalam kehidupan berkeluarga. Di dalam upaya mengisi peran sosialnya yang baru itu, seorang remaja

mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi atau libidos seksual. Peningkatan libido seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual.


(31)

b. Penundaan usia perkawinan

Penyaluran libido seksual itu tidak dapat segara dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menika, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

c. Tabu – Larangan

Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku, di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan laranganya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain, seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecendrungan untuk melanggar saja larangan-larangan itu.

d. Kurangnya informasi tentang seks

Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya

penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang makin meningkat. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan mencoba akan meniru apa yang dilihat atau yang didengarnya dari media massa, khusunya karena mereka pada umumnya belum pernah


(32)

masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini.

e. Pergaulan yang Makin Bebas

Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.

Beberapa aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja (Soetjingsih,2009), yaitu :

a. Masturbasi atau onani

Masturbasi merupakan suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan seksual.

b. Percumbuan, seks oral dan seks anal

Tipe ini saat sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk menghindari terjadinya kehamilan. Tipe hubungan seksual model ini merupakan alternatif aktifitas seksual yang dianggap aman oleh remaja masa kini. c. Hubungan seksual

Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali melakukan hubungan seksual. Pertama muncul perasaan nikmat, menyenangkan, indah, intim dan puas. Pada sisi lain muncul perasaan


(33)

cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa dan perasaan bersalah. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang paling terbuka untuk menceritakan pengalaman hubungan seksualnya dibandingkan dengan remaja perempuan. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat merugikan remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual.

Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia sangat diperlukan khususnya untuk para remaja demi perilaku seksualnya dimasa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak (Soetjiningsih, 2009).

2.5 Remaja

2.5.1 Defenisi Remaja

Remaja (adolesens) adalah periode perkembangan selama di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun (J.Hamlin, 2005). Sarwono (2003) mengemukakan defenisi remaja yang dikemukakan WHO pada1974. Disebut bahwa remaja adalah individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual skundernya sampai saat ini


(34)

psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menuju suatu kemandirian.Rentang individu sebagai remaja berbeda-beda. Menurut Papaliat dkk (2004) individu pada masa remaja berusia antara 11 tahun sampai dengan 20 tahun. Sarwono (2003) Mengemukakan bahwa usia remaja berkisar antara 13 sampai dengan 19 tahun, namun defenisi remaja masyarakat Indonesia adalah individu yang berusia antara 11 sampai dengan 24 tahun yang belum menikah. WHO mengidentifikasi bahwa seseorang digolongkan sebagai remaja saat berusia 10 sampai 20 tahun.

2.5.2 Perkembangan Remaja

Perkembangan biopsikososial selama masa remaja menurut (asdie, 1999), adalah :

1. Masa remaja dini yaitu usia 10 tahun sampai 13 tahun, karakteristiknya menjadi mempunyai perhatian dengan tubuh yang berkembang, mulai mengembangkan lingkungan sosial diluar keluarga dan terpusat dengan hubungan teman sebaya.

2. Masa remaja pengetahuan yaitu 14 tahun sampai 16 tahun,

karakteristiknya perkembangan puberitas biasanya lengkap dari hasrat seksual muncul, kelompok teman sebaya menetapkan standar perilaku, kognisi mulai bersifat abstrak.

3. Masa remaja akhir yaitu usia 17 tahun sampai 21 tahun, karakteristiknya kematangan fisik lengkap, gambaran tubuh dan defenisi peranan jenis kelamin sudah terjamin, narsisme menurun, ada proses memberi dan


(35)

membagi idealistik, perkembangan kognitif lengkap.Pencarian identitas diri merupakan tugas utama psikososial adolesens, Remaja harus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara soasial, perilaku yang menunjukkan resolusi negatif pada tugas perkembangan pada usia ini adalah kebimbangan dan ketidakmampuan menentukan pilihan bekerja ( Erikson,1968). Menurut (Soetjiningsih,2009). Fase perkembangan perilaku seksual remaja sebagai berikut:

a. Remaja Awal

Merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak ada perubahan

fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini remaja sudah mulai melakukan onani karena telah seringkali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini

diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Tidak jarang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktifitas non fisik untuk melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya yaitu dengan bentuk hubungan telepon, surat-menyurat atau

menggunakan sarana komputer. b. Remaja Menengah

Pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, yakni


(36)

adanya mimpi basah dan adanya menstruasi. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.

c. Remaja akhir

Pada masa ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran. Sedangkan dampak Perilaku Seksual Remaja Menurut (Notoatmodjo, 2007). Yaitu :

a. Kehamilan tidak diinginkan

Banyak remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus terus melanjutkan kehamilannya. Konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang tidak jarang membawa kematian ibu.

b. Penyakit menular seksual (PMS) / HIV/AIDS

Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV, seperti Sifilis, Gonore, Herpes, Klamidia dan AIDS. Dari data yang ada

menunjukkan bahwa usia penderita HIV/AIDS paling banyak menyerang korban berusia antara 17 hingga 29 tahun.


(37)

Dampak lain dari perilaku seksual remaja adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuanlah korban utama dalam masalah ini. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam

pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga, mencoreng nama baik keluarga. Penghakiman sosial ini tidak jarang membuat remaja putri diliputi perasaan bingung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilannya .


(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan variabel- variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan pada skema kerangka konseptual dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah remaja dimana penelitian akan mengindentifikasi hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan.

3.2. Definisi Operasional

Skema 1 : Kerangka konseptual penelitian hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Panca Budi Medan.

Pengetahuan Remaja

Tentang HIV/AIDS

- Defenisi

- Gejala

- Cara penularan

- Cara pencegahan


(39)

Tabel 1. Definisi operasional penelitian hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Panca Budi Medan

Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Skala

Independen : Pengetahuan HIV/AIDS Segala sesuatu yang diketahui oleh remaja tentang HIV/AIDS yang meliputi: a.Defenisi HIV/AIDS b.Gejala HIV/AIDS c.Cara penularan d.Cara pencegahan Kuisioner: dengan jumlah pertanyaan 18 item dengan sub pokok yang meliputi : a. Defenisi HIV/AIDS dengan 2 pertanyaan b. Gejala HIV/AIDS dengan 4 pertanyaan c. Cara penularan HIV/AIDS dengan 10 pertanyaan

d. Cara pencegahan HIV/AIDS dengan 2 pertanyaan

Dengan pilihan jawaban: Nilai tahu = 1, Nilai tidak tahu = 0

Baik apabila nilai 13-18 Cukup apabila nilai 6-12 Kurang apabila nilai 0-6 Ordinal Dependent: Perilaku seksual Suatu tindakan yang melibatkan sentuhan fisik anggota badan pada remaja lawan jenis Kuisioner Dengan jumlah pertanyaan Sebanyak 1 item Dengan Pilihan jawaban :

Tidak pernah dan ≤ 1x

≥1x Tidak pernah nilai Nominal 3.3. Hipotesis

Ha = Ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan.


(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi untuk mengetahui “Hubungan pengetahuan tentang AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan.”

4.2 Populasi dan sampel 4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa/siswa di SMA Swasta Panca Budi Medan pada tahun ajaran 2012/2013, sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 746 siswa secara keseluruhan.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yaitu sebanyak : (Rumus Slovin), (Setiadi, 2007).

n = N 1 + N (d²)


(41)

1 + 746 (0,5²) n = 85 sampel

4.2.3 Teknik Sampel

Sampel yang digunakan penelitian ini adalah siswa/siswi yang ada di SMA Swasta Panca Budi Medan, yang berada di kelas I dan II, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik Populasi yang ada. (Musaly, 2003 ).(lihat tabel 2).

Tabel 2. Populasi dan sampel siswa-siswi Sma swasta Panca Budi Medan

No Nama Ruangan Populasi Sampel

1. X A 21 5

2. X B 21 5

3. X C 22 5

4. X D 21 5

5. X 1 39 5

6. X 2 38 5

7. X 3 40 5

8. X 4 39 5

9. XI IPA. A 26 5

10. XI IPA. B 26 5

11. XI IPA. C 23 5

12. XI IPA.1 37 5


(42)

15. XI IPA. b 18 5

16. XI IPS. 1 42 5

17. XI IPS. 2 45 5

TOTAL 514 85

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Probability sampling yaitu Cluster sampling dengan suatu cara pengambilan sampel bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen dan terdiri atas kelompok yang masing-masing heterogen, maka caranya adalah berdasarkan daerah dari populasi yang terakhir ditetapkan. Cluster dilakukan dengan cara melakukan randomisasi dalam dua tahap yaitu randomisasi untuk cluster/menetukan sampel daerah kemudian randomisasi menentukan orang/unit yang ada diwilayahnya/dari populasi cluster yang terpilih.

4. 3 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Panca Budi Medan dan dijangkau oleh peneliti. Dilakukan pada bulan Juni-juli 2013. Dengan alasan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan.


(43)

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi Fakultas Keperawatan, selanjutnya mengirim surat permohonan penelitian untuk mendapatkan izin dari pimpinan Yayasan Prof. DR.H. Kadirun Yahya SMA Panca Budi Medan. Dalam penelitian ini peneliti akan menyampaikan beberapa informasi penting yang akan dilakukan, antara lain tujuan serta manfaat penelitian, kegiatan yang akan dilakukan selama penelitian dan hak-hak responden dalam penelitian ini. Calon responden yang bersedia akan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Apabila calon responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak – haknya. Perlu menjaga kerahasiaan responden sehingga peneliti tidak mencantumkan nama, hanya membuat nomor responden dan memberi kode tertentu pada lembar kuesioner (Anonimity). Peneliti juga memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiannya (Confidentiality) oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2009). Data-data yang telah diperoleh dari calon responden juga hanya untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2008).

4.5 Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kuesioner yang didasarkan pada tinjauan kepustakaan. Instrumen penelitian


(44)

(Notoatmodjo, 2010). Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan jenis instrumen kuesioner Closedended Question yaitu Dichotomy Question dengan pilihan jawaban tahu atau tidak tahu dan Multiple choise (Nursalam, 2009).

Kuesioner data demografi responden meliputi, umur responden,kelas responden dan jenis kelamin, Kedua adalah kuesioner pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang terdiri dari 18 item pertanyaan yang bersifat

positif. Penilaian kuesioner ini menggunakan Skala Guttman dengan pilihan jawaban tahu dan tidak tahu. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap

pernyataan positif dari 0 sampai 1, dimana jawaban tahu (T) bernilai 1 dan pernyataan tidak tahu (TT) bernilai 0.

Berdasarkan rumus statistika p = Rentang kelas (menurut sudjana, 2002)

Banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) maka didapat rentang = 10 dan banyak kelasnya = 2 sehingga p = 5. Dengan demikian pengetahuan HIV/AIDS terbagi atas 2 kategori yaitu pengetahuan HIV/AIDS buruk (0-5), dan pengetahuan HIV/AIDS baik (6-10).

Bagian instrument kedua berisi pertanyaan untuk mengetahui perilaku seksual remaja. Bagian ini terdiri dari 2 pertanyaan yang bersifat positif dan negatif.


(45)

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas pada instrument penelitian akan dilakukan oleh yang ahli di bidangnya. Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2006). Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (Content validity) yang

dilakukan oleh salah satu ahli yaitu dosen Fakultas Keperawatan USU. Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mengoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli diminta untuk memberikan

pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes (Sukardi, 2009). Pernyataan yang tidak valid akan langsung diganti oleh peneliti sesuai dengan petunjuk dari ahli validitas. Terdapat dua buah kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan HIV/AIDS yang terdiri dari 18 pernyataan dan kuesioner perilaku seksual remaja yang terdiri dari 1

pernyataan.

Uji reliabilitas instrument bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas)


(46)

Instrumen disebut reliabilitas jika instrumen tersebut sudah baik, dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan kriteria sample responden hanya

menggunakan 2 kelas dari jumlah keseleuruhan kelas, yaitu kelas 1 dan 2 terhadap 10 responden. Dengan perhitungan menggunakan Metode Kesamaan Rasional (KR 21). Hasil uji reabelitas 0,85.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan permohonan izin kepada pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan SMA Swasta Panca Budi Medan. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ketempat penelitian (SMA Swasta Panca Budi Medan). Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah/ kabid kesiswaan, maka peneliti melakukan pengumpulan data penelitian. Menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Setelah memperoleh persetujuan dari responden maka

pengumpulan data dapat dilakukan. Peneliti menganalisa data.

4.8 Analisa data 4.8.1 Pengolahan data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan data dari responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan


(47)

tabulasi dan analisa data. Selanjutnya peneliti memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

4.8.2 Analisa univariat

Statistic univariat. Pada penelitian ini, metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa variabel independen yaitu pengetahuan HIV/AIDS dan variabel dependen yaitu perilaku seksual remaja. Untuk menganalisa variable pengetahuan HIV/AIDS, akan dianalisa dengan menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi. Untuk menganalisa variable perilaku seksual, akan dianalisa dengan menggunakan skala nominal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

4.8.3 Analisa bivariat

Analisa bivariat yaitu analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen terhadap dependen.

- Uji Normalitas

Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur data peneliian memiliki distribusi normal sehingga dapat di pakai dalam statistik parametrik. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan uji

kolmogorove smirnov karena uji ini di gunakan untuk sampel besar yaitu lebih dari 50 yang menyatakan suatu data dikatakan berdistribusi normal


(48)

diperoleh hasil tidak berdistribusi normal karena memperoleh nilai p=0,000 yakni (p< 0,05) yang terlihat dalam tabel berikut ini

Tabel. 4.1 Hasil uji kolmogrov smirnov

Test normality Kolmogrove smirnov ( p value )

Pengetahuan HIV/AIDS 0,000

Prilaku seksual 0,000

Untuk menafsirkan hasil pengujian statistic digunakan criteria penafsiran Sutja (2000) yaitu penafsiran korelasi, untuk penafsiran korelasi digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 4.1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesa berdasarkan kekutan korelasi, nilai p, dan arah korelasinya

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan korelasi 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat 2. Nilai p P< 0,05

P> 0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

3. Arah korelasi + (positif)

_ (negatif)

Searah, semakin besar nilai suatu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya

Berlawanan arah, semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.


(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan melalui pengumpulan data terhadap 85 orang responden yaitu siswa-siswi kelas 1 dan 2 SMA Swasta Panca Budi Medan. Penyajian data meliputi karakteristik responden, deskripsi pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, deskripsi perilaku seksual remaja dan hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Sawsta Panca Budi Medan.

5.1.1 Hasil analisa univariat 5.1.1.1 Data Demografi Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari umur, kelas dan jenis kelamin. Dari hasil penelitian yang diperoleh jumlah responden yang berusia berusia 16 tahun sebanyak 40 orang (47,1%), dan 45 orang ( 52,9% ) berusia 17 tahun. Jumlah responden yang duduk di kelas satu ada 40 orang ( 47,1% ), 45 orang ( 52,9% ) duduk di kelas dua.

Sedangkan jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 43 orang ( 50,6% ) dan jumlah responden yang berjenis kelamin


(50)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (N=85).(lihat tabel 3).

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%) Usia

16 tahun 40 47,1 17 tahun 45 52,9 Kelas

Kelas 1 40 47,1 Kelas 2 45 52,9 Jenis Kelamin

Laki-laki 43 50,6 Perempuan 42 49,4

5.1.1.2 Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS

Dari hasil penelitian pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS menunjukkan bahwa, 61 responden (71,8%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS, 23 reponden (27,1%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang HIV/AIDS, dan 1 reponden (1,2%) memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS

Tabel 4. Distribusifrekuensi dan persentase berdasarkan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS (N=85). ( lihat tabel 4 )

Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS

Frekuensi Persentasi (%)

Baik 1 1,2 Cukup 23 27,1 Kurang 61 71,8


(51)

Dari hasil penelitian perilaku seksual remaja menunjukkan bahwa 83 orang (97,6%) yang tidak pernah melakukan hubungan seksual dan 2 orang (2,4%) yang pernah atau ≤ 1 x yang melakukan hubungan seksual.

Tabel 6. Distribusifrekuensi dan persentase berdasarkan perilaku seksual remaja (N=85). ( lihat tabel 6).

Perilaku seksual

remaja Frekuensi Persentasi (%) Pernah (≤1x) 2 2,4 Tidak pernah 83 97,6

5.1.2 Hasil analisa bivariat

5.1.2.1 Hubungan Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS dengan Perilaku

Seksual Remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan

Hasil uji statistik menggunakan spearman correlation

memperlihatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,073 dengan nilai p-value

pada kolom sig(2-tailed) sebesar 0,508 dengan arah korelasi positif.

Tabel 8. Hasil uji statistik spearman correlation pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan perilaku seksual remaja(N=85). (lihat tabel 8).

Korelasi Pearson R Nilai p

Pengetahuan HIV/AIDS 0,073 0,508 Perilaku Seksual Remaja


(52)

Dari tabel di atas dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan HIV/AIDS dengan prilaku seksual remaja di SMA Panca Budi Medan, karena nilai p value > 0,05 yaitu 0,508 dan kekuatan korelasi yang sangat lemah yaitu 0,073.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS

Dari hasil penelitian pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS menunjukkan bahwa, 61 responden (71,8 %) memiliki pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS, sejalan dengan penelitian Oktariana dkk (2009) yang memperoleh pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap masyarakat Indonesia adalah kurang (90,4%), yang dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Begitu pula dengan hasil penelitian Juliastika dkk (2010) yang menyatakan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada wanita pekerja seks di kota manado sebagian besar di kategorikkan kurang baik yaitu 53,52 %. Berbeda dengan hasil penelitian Tunnisa (2005) yang memperoleh hasil penelitian tentang pengetahuan HIV/AIDS adalah 65,1 % dikarenakan semua responden adalah mahasiswa yang sudah banyak mendengar informasi tentang HIV/AIDS. Begitu pula dengan hasil penelitian Wijaya (2005) yang memperoleh hasil yang baik terhadap pengetahuan HIV/AIDS pada remaja siswa siswi SMA Santo Thomas Medan

Pengetahuan seseorang mungkin dipengaruhi oleh usia. Dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan juga akan semakin bertambah. Sejalan dengan penelitian Djoerban (2000) yang mengatakan


(53)

bahwa status sosial masyarakat ,seperti tingkat pendidikan dan

usia,seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang baik tentang masalah AIDS. Begitu juga dengan Notoadmojo (2007) bahwa pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dengan

bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan akan suatu hal/objek. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang membuktikan bahwa 90% peserta menyatakan setuju

diadakannya pendidikan seksual yang dapat menambah pengetahuan, tetapi mereka tidak mengetahui dimana tempat untuk memeproleh pengtahuan tersebut (Selamiharja, 2004).

Pengetahuan remaja menjadi lebih penting mengingat remaja berada dalam potensial seksual aktif karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi oleh fungsi endokrin, dan remaja sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri

(fosilram,2004). Menurut Notoatmodjo, 2007 pengetahuan memegang peranan penting dalam mempengaruhi perilaku, sebelum seseorang mengadopsi perilaku maka ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan orang lain.

Dari hasil penelitian Prihyugiarto (2008), salah satu hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang mengenai HIV/AIDS adalah usia. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa


(54)

pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang muda. Hal ini didukung oleh data KPA (2007) bahwa penderita HIV/AIDS 57,1% berada pada rentang usia 15-29 tahun.

5.2.2 Perilaku Seksual Remaja

Dari hasil penelitian perilaku seksual remaja menunjukkan bahwa, 83 responden (97,6 %) memiliki perilaku remaja yang tidak pernah

melakukan hubungan seksual layaknya suami istri, 2 responden (2,4%) yang berjenis kelamin laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual

layaknya suami istri, sejalan dengan penelitian Evlyn R.H (2005) yang juga meneliti prilaku seksual remaja SMA memperoleh hasil 99,3 % yang memiliki prilaku seksual yang positif dan 0,7% responden yakni 1 responden yang berjenis kelamin laki-laki yang memiliki prilaku negatif terhadap seks. Secara umum remaja laki-laki memiliki perasaan yang lebih tentang pengalaman seksual pertama (first intercorst) mereka dibandingkan remaja perempuan (Roedier dkk, 1987 ). Begitu pula dengan hasil penelitian Tunnisa (2005) yang meneliti prilaku seksual mahasiswa memperoleh hasil rata-rata prilaku seksual mahasiswa padang bulan medan adalah baik (68,9%) yaitu sebanyak 30 responden, artinya tidak pernah melakukan hubungan seksual.

Perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada. Sedangkan seksual adalah rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar


(55)

dirinya (Notoatmodjo, 2007). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual,baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenisnya. Bentuk tingkah laku ini biasanya bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan

bersenggama, (Sarwono, 2000, Dalam Khairatunnisa, 2005). Tinggi nya hasil penelitian yang mengatakan hampir seluruh responden dikarenakan oleh masih tertutupnya responden menjawab pertanyaan yang di berikan oleh peneliti. Menurut Sarwono(2000) prilaku seksual yang buruk bisa menimbulkan dampak serius antara lain perasaan bersalah, depresi, marah, ketegangan mental dan kebingungan peran sosial yang tiba-tiba berubah seperti penyakit kelamin di kalangan remaja, hal ini menyebab kan tabu nya seseorang untuk menceritakan masalah prilaku seksual yang di alaminya.

5.2.3 Hubungan antara Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan Perilaku Seksual Remaja

Hasil dari analisis data hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dan perilaku seksual remaja di SMA Swasta Panca Budi Medan (rxy) 0,073 dan nilai p= 0,58. Dari hasil penelitan ini tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan prilaku seksual remaja di SMA swasta panca budi Medan dan hubungan antara variabel juga sangat rendah sehingga hipotesis dalam penelitian ini di tolak, sejalan dengan penelitian Evlyn R.H, yang (2005) yang memperoleh hasil


(56)

prilaku seksual, berbeda halnya dengan penelitian Satiadarma (2001) yang menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap dan pembentukan label, serta atribut seseorang. Jika label dan atribut sifatnya positif maka individu tersebut akan menyandang hal-hal yang positif yang lambat laun akan berkembang secara positif pula dalam diri mereka. Namun jika label dan atribut tersebut sifatnya negatif maka hal-hal negatif pun secara bertahap akan tumbuh subur untuk menjadi bagian dari perkembangan kepribadian mereka, bila individu memiliki yang positif maka ia akan berperilaku positif juga kepada objek tersebut.

Data ini relevan dengan pernyataan bahwa pengetahuan memegang peranan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang sebelum

mengadopsi perilaku maka seseorang harus terlebih tahu dahulu apa

manfaat perilaku tersebut baginya dan orang lain (Notoadmodjo, 2005), dan hal ini berhubungan dengan pernyataan bahwa pengetahuan yang buruk pada remaja dipengaruhi oleh pengetahuta n keluarga yang memberikan pengetahuan tentang HIV/AIDS sehingga dapat mengurangi terjadinya perilaku seksual remaja yang negatif, selain itu pengetahuan remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan remaja itu sendiri, dimana dengan adanya lingkungan yang mendukung remaja untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang HIV/AIDS, maka mereka dengan sendirinya juga dapat menambah pengetahuan tentang bahaya HIV/AIDS yang pada akhirnya dapat

mencegah remaja untuk melakukan perilaku seksual yang negatif (Latham, 1997).


(57)

Pangkahila (2002) juga menyatakan adanya perubahan persepsi remaja tentang seksualitas seiring dengan terjadinya perubahan perilaku seksual di kalangan remaja yang dapat di pandang sebagai perubahan pandangan remaja pada nilai-nilai sosial dan nilai-nilai.

Tidak terdapat nya hubungan pengetahuan tentang HIV/ AIDS dengan perilaku seksual remaja di SMA swasta Panca budi Medan , kemungkinan disebabkan oleh adanya berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Seperti yang di kemukakan Pangkahila ( 2002 ) bahwa perubahan persepsi dan prilaku seksual dilihat dari perubahan pandangan remaja terhadap nilai sosial dan moral. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kozier ( 2004 ) yang menyatakan bahwa seksualitas di pengaruhi aspek biologi, psikologi, sosial ,kultural, aspek spiritual. Schultze, Price , Gwin (2001 , dalam Evlyn R.H , 2005) juga mengatakan seksualitas juga di pengaruhi oleh aspek moral.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Rizal H, dkk, (2000). AIDS Kita Bisa Kena, Kita Bisa Cegah (10 Esai Terbaik Kelompok Perguruan Tinggi

danSMU/Kejujuran). Jakarta : Monora

Granich, Reuben dan Jonathan Mermin.(2003). Ancaman HIV dan Kesehatan Masyarakat./

Zein Umar. (2006). 100 pertanyaan seputar HIV/AIDS yang perlu anda ketahui./

Rustamiji.(2000). Membidik AIDS IKHTIAR MEMAHAMI HIV DAN ODHA./

Warung Sahiva.(2012).Sadar HIV/AIDS di Sumatera Utara./

Nursalam. M. Nurs. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: EGC

Brashers, Valentina L. (2008). Asuhan Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC

UNAIDS. (2011). Global HIV and AIDS estimates, 2009 and 2010. Worldwide HIV & AIDSStatistics. Diakses

http://www.avert.org/worldstats.htm pada tanggal 24 Oktober 2012.

Kemenkes Republik Indonesia. (2012). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Ditjen PP & PL Kemenkes RI.


(59)

Notoatmodjo.(2003) .Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan .PT RINEKA CIPTA, Jakarta

Khairunisa.(2005). Hubungan Pengetahuan Mahasiswa Indekos Di Padang Bulan Medan Tentang HIV/AIDS Dengan Perilaku Seksual Mahasiswa. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Depkes.(2006). Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif (NAPZA).

Evlyn.(2005). Hubungan Antara Presepsi Tentang Seks Dan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Negeri 3 Medan. Skripsi fakultas ilmu keperawatan.

Notoatmodjo.(2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu Departemen Kesehatan RI. (1992). ”Petunjuk Pengembangan Program Nasional

Pemberantasan dan Pencegahan AIDS, Jakarta

Suhartono, S. (2005), Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruzz, Jogjakarta. Soetjiningsih. (2009). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.

Jakarta : Sagung Seto

Rajab, Budi. (2007). Psikologi Remaja. http://www.e-psikologi.com.id. Akses 10 November 2012


(60)

Notoatmodjo pengetahuan .( 2007). ”Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku”. Jakarta : Rineka Cipta.

Sujana. (2001). Metoda Statistika Edisi 6 Bandung : Tarsito Fosilram. (2004). Pendidikan seksual pada remaja. http://

www.geocities.com diakses pada tanggal 17 Juni 2013

Latham, Heckel, Hebert, Bennet. (1977). Pediatric Nursing (third edition). London: Mosby Company.

Sartiadarma. N.P. (2001). Pediatric nursing an introductry text. Philadelpia: W.B Saudes Company.

Purwanto. (1999). Pengantar perilaku manusia untuk keperawatan.


(61)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara Responden Di SMA Swasta Panca Budi Medan

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya akan melakukan penelitian tentang Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit diare. Untuk keperluan tersebut saya mohon bersedia/tidak bersedia *) Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon bersedia/tidak bersedia *) Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuisioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban Bapak/Ibu/Saudara dijamin kerahasiaannya.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya.

(Responden)


(62)

Jadwal Penelitian

No Kegiatan September Oktober November Desember Januari’

13

Februari ‘13

Maret ‘13 April ‘13 Mei’ 13 Juni’13 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Mengajukan judul dan Acc judul proposal penelitian

2. Penyelesaian Proposal Penelitian 3. Mengajukan Sidang Proposal

4. Sidang Proposal

5. Mengajukan izin pengumpulan data

6. Pengumpulan data penelitian

7. Analisa Data

8. Penyusunan laporan penelitian

9. Mengajukan jadwal sidang skripsi 10. Seminar hasil penelitian


(63)

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

No. Kegiatan Biaya

1. PROPOSAL - Survey awal

- Biaya pembelian buku - Biaya internet

- Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka

- Kertas dan Print memperbanyak proposal

- Sidang proposal

Rp. 150.000,- Rp. 200.000,- Rp. 100.000,- Rp. 50.000,-

Rp. 150.000,-

Rp. 100.00,- 2. PENGUMPULAN DATA

- Fotocopi Kuesioner - Transportasi

- CendraMata

Rp. 150.000,- Rp. 100.000,- Rp. 400.000,- 3. ANALISA DATA DAN PENGUMPULAN

LAPORAN

- Biaya rental dan print - Penjilitan

- Fotocopi laporan penelitian - Sidang Skripsi

Rp. 100.000,- Rp. 250.000,- Rp. 100.000,- Rp. 100.000,- 4. Biaya tak terduga Rp. 120.000,-


(64)

Kuisioner Penelitian

Hubungan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Dan Perilaku Seksual Remaja Di SMA Panca Budi Medan

Hari/ tanggal : Petunjuk Pengisian

a) Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dibawah ini pada kolom yang telah disediakan. Jika tidak ada pilihan jawaban yang sesuai, maka pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling mendekati.

b) Bacalah pertanyaan- pertanyaan di bawah ini dan jawablah dengan jujur sesuai dengan kondisi yang anda hadapi.

c) Tulislah tanda silang (√) pada kotak untuk pilihan jawaban yang tepat menurut anda.

1. Kuisoner Data Demografi

Umur :

Kelas :

Jenis kelamin : Laki-laki ; Perempuan:

2. Kuesioner Pengetahuan HIV/AIDS

Keterangan : T = Tahu TT =Tidak Tahu

N0 Pertanyaan Tahu Tidak

Tahu

1 HIV merupakan virus yang menyebabkan terjadinya AIDS

2 AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit

3 Gejala awal AIDS mirip dengan gejala influenza seperti demam, rasa lemah-lesu, sendi-sendi terasa lesu, nyeri, batuk, tenggorokan, dan pembesaran kelenjer

4 Perjalana HIV menjadi AIDS berlangsung 5-7 tahun 5 Gejala AIDS stadium akhir seperti berat badan turun

lebih dari 10% pembesaran kelenjer leher, paha, dan ketiak, disertai diare yang terus menerus

6 AIDS dapat menular melalui hubungan seksual

7 AIDS dapat menular melalui kontak darah dengan penderita


(65)

mengandung HIV

9 AIDS dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV

10 Ibu hamil yang mengidap HIV dapat menularkan kepada janin yang dikandungnya

11 AIDS tidak dapat menular dengan cara bersalaman 12 AIDS tidak menular dengan tinggal serumah 13 AIDS tidak dapat menular melalui makanan 14 AIDS tidak dapat menular melaui gigitan nyamuk

15 AIDS dapat menular melaui transplatasi organ pengidap HIV

16 Sikap saling setia terhadap pasangan dapat menghindari dari HIV/AIDS

17 Pemakaian kondom dapat mencegah HIV/AIDS

18 Menghindari narkoba suntik dapat mencegah HIV/AIDS

3. Kuesioner perilaku seksual Keterangan: Tidak pernah

≥1x

No Pertanyaan Tidak pernah ≥1x

1. Melakukan hubungan seksual layaknya suami istri


(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tengku Amin Putra Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 5 mei 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl.Mandala by pass tangguk Bongkar X.Gg sekolah No 3

No hp : 081375183838

Pendidikan : 1. SD Negeri 1421710 Kec. Batahan Tahun 1997-2003

2. SLTP Negeri 1 Panyabungan Kota Tahun 2003- 2006

3. SMA Negeri 1 Panyabungan Tahun 2006-2009 4. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2009


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tengku Amin Putra Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 5 mei 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl.Mandala by pass tangguk Bongkar X.Gg sekolah No 3

No hp : 081375183838

Pendidikan : 1. SD Negeri 1421710 Kec. Batahan Tahun 1997-2003

2. SLTP Negeri 1 Panyabungan Kota Tahun 2003- 2006

3. SMA Negeri 1 Panyabungan Tahun 2006-2009 4. Fakultas Keperawatan USU Tahun 2009