Bukan hanya waktu, kecukupan faktor- faktor produksi lainnya pun merupakan suatu keharusan. Dari segi waktu sudah jelas disadari bahwa usaha
pertanian umumnya memerlukan waktu yang panjang. Untuk menjalankan sektor produksi, sub sektor pertanian memerlukan beberapa syarat utama yang tidak dapat
ditawar lagi keberadaannya, yakni harus ada faktor- faktor produksi. Temperatur, sinar matahari, kelembaban dan lainnya. Semuanya secara
bersama- sama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau setidaknya jenis tanaman tertentu. Untuk dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi
menghendaki jenis tanah tertentu, temperatur udara sekian, kelembaban sekian persen, peyinaran sekian persen dan lain sebagainya. Luas lahan pertanian akan
mempengaruhi skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi inefisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.
Dalam subsektor pertanian, faktor produksi tanah atau lahan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang
diterima tanah dibandingkan faktor- faktor produksi lainnya. Tanah merupakan salah satu faktor produksi seperti halnya modal, tenaga kerja dan skill yang kedudukannya
dapat dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa sewa tanah atau rent yang sesuai dengan permintaan dan penawaran tanah itu dalam masyarakat dan daerah tertentu.
2.5.1. Teori Tentang Lahan
David Ricardo, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dikenal sebagai salah satu penulis terkemuka soal sewa tanah dengan teorinya mengenai sewa tanah
differensial, dimana dikatakan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah maka makin tinggi pula sewa tanahnya. Adapun mengapa sewa tanah itu dapat tinggi atau rendah mempunyai
hubungan langsung dengan harga komoditi yang diproduksi dari tanah Rahim dkk,2007. Faktor yang mula- mula merupakan alasan mengapa tanah merupakan
faktor produksi yang sangat penting adalah karena tanah itu persediaannya terbatas. Tanah digunakan untuk kepentingan yang berbeda- beda. Inilah yang mengakibatkan
kompleksnya persoalan sewa tanah itu. Seiring dengan perkembangan zaman, sewa tanah tidak lagi ditentukan oleh faktor kelangkaan dan perbedaan kesuburan saja,
tetapi kini juga disebabkan oleh harga berbagai jenis komoditi yang diproduksikan dan pembayaran- pembayaran keperluan lain. Dengan berkembangnya penduduk nilai
tanah akan terus meningkat dan munkin turun. Menurut Moehar Danial 1996 dikatakan bahwa luas penguasaan lahan
pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan usaha pertanian. Luas pemilikan lahan sangat berhubungan dengan efisiensi lahan. Pada
kegiatan usaha pertanian, yang memiliki lahan yang cukup luas, akan sering terjadi ketidak efisienan dalam penggunaan teknologi.
Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam pertanian adalah faktor kesuburan tanah atau lahan. Lahan yang subur akan menghasilkan
produktivitas yang lebih tinggi dari pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah. Kesuburan lahan pertanian biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah.
struktur dan tekstur tanah ini pada akhirnya akan menentukan jenis tanaman yang dapat dan sesuai untuk tumbuh dilahan tersebut. Misalnya cengkeh hidup dengan baik
Universitas Sumatera Utara
di tanah yang mengandung liat, apalagi jika tanah yang mengandung liat tersebut tertutup denga tanah humus serta mudah dilalui air, maka tanaman cengkeh akan
hidup dan tumbuh dengan subur. Tanah adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya
tidak diadakan depresiasi atau penyusutan. Bahkan dengan perkembangan penduduk niali tanah selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Peryataan demikian
sebenarnya kurang tepat karena bagaimana pun juga tanah yang dikerjakan terus menerus akan berkurang kesuburannya. Untuk itu haruslah diadakan rotasi tanaman
dan usaha- usaha konservasi tanah. Dalam tahun belakangan ini kita tidak menyadari sepenuhnya bahwa telah
terjadi penurunan atau degradasi dalam hal ketersediaan lahan baik untuk pertanian maupun perkebunan. Banyak hal yang menyebabkan penurunan tersebut, diantaranya
adalah bencana alam dan erosi. Perkembangan kehidupan, jumlah penduduk terus bertambah, tuntutan peningkatan kualitas kehidupan serta tekanan kebutuhan sektor
lain terhadap lahan telah menyebabkan alih fungsi lahan sulit dihindari. Selain itu dampak dari otonomi daerah menyebabkan terbentuknya kabupaten atau kota yang
baru setelah UU otonomi daerah diberlakukan. Akhirnya konversi lahanpun tidak dapat dihindari.
Sedangkan teori tentang penggunaan lahan semula dikembangkan oleh von Thunen pada pertengahan abad 18, seorang Jerman. Ia mencatat hasil-hasil dari
berbagai jenis tanaman dan melengkapinya dengan upaya-upaya yang terlibat dalam pengangkutan produks ini, oleh kuda dan kereta, ke pasar. Dengan mengasumsikan
Universitas Sumatera Utara
sebuah kota yang terisolir, yang dikelilingi oleh lahan yang kualitasnya sama, von Thunen berargumentasi bahwa pola-pola konsentris penggunaan lahan akan terjadi.
Lahan di dekat kota akan digunakan untuk memproduksi tanaman yang hasilnya banyak dan voluminous, seperti kayu dan kentang, sedangkan lahan yang jauh dari
pasar akan digunakan untuk memproduksi tanaman ekonomis-tinggi, volumenya kecil,seperti hasil-hasil peternakanwww.teorilahanpertanian.indonesia.blogspot.com
2.6. Tenaga Kerja 2.6.1 Pengertian Tenaga Kerja