Pengembangan Agribisnis TINJAUAN PUSTAKA

4. Sering dijumpai adanya pemusatan agroindustri yang terpusat di kota- kota besar, sehingga nilai bahan baku pertanian menjadi lebih mahal untuk mencapai lokasi agrobisnis tersebut. 5. Sistem kelembagaan, terutama di pedesaan terasa masih lemah sehingga kondisi seperti ini kurang mendukung berkembangnya kegiatan agribisnis. Akibat dari lemahnya kelembagaan ini dapat dilihat dari berfluktuasinya produksi dan harga komoditi pertanian. Masalahnya bukan saja terletak pada aspek produksi, pegolahan hasil dan pemasaran saja, tetapi juga pengaruh yang lain. Dengan adanya persaingan yang ketat tentang pemasaran hasil pertanian di pasaran dunia world market, menuntut peranan kualitas produk, dan kemampuan menerobos pasar dunia menjadi sangat penting. Kemampuan mengantisipasi pasar market intelligent, juga menjadi amat penting dan untuk itu bentuk usaha yang skala kecil perlu bergabung dalam skala usaha yang lebih besar agar mampu bersaing dipasaran internasional. Untuk menjaga kelangsungan kemampuan menerobos pasar ini, maka kontinuitas bahan baku pertanian perlu dijamin; bukan saja pada jumlah bahan baku yang diperlukan tetapi juga kualitas dan kontinuitasnya.

2.3. Pengembangan Agribisnis

Petani atau golongan masyarakat pedesaan dapat dikategorikan pada kelompok masyarakat yang selalu memaksimalkan keuntungan pada setiap usaha yang dilakukannya. Mereka selalu mengandalkan asas profit maximization. Selain itu Universitas Sumatera Utara ada pula golongan petani yang dikenal dengan istilah petani subsistem yang dicirikan oleh kemauan mereka untuk tujuan memaksimumkan kepuasan utility maximization dari pada memaksimumkan keuntungan. Dari pengamatan para ahli proses pengambilan keputusan decision making behaviour yang dilakukan oleh petani dan golongan masyarakat terhadap teknologi baru dapat beraneka ragam tergantung dari situasi dan kondisi setempat; namun paling tidak ada enam kategori, yaitu: 1. Yang berkaitan dengan pentingnya aspek sosial-ekonomi. 2. Yang berkaitan dengan faktor resiko dan ketidakpastian. 3. Yang berkaitan dengan keterbatasan penguasaan sumber daya. 4. Yang berkaitan dengan potensi desa atau kelompok masyarakat desa. 5. Yang berkaitan dengan model pembangunan petani kecil. 6. Yang berkaitan dengan aspek ekonomi yang lain. Mengetahui ciri- ciri petani tersebut adalah penting kalau dikaitkan dengan pengembangan agribisnis yang kini sedang digalakkan. Sebab agaknya sulit untuk mengajak petani komersial untuk mengusahakan tanaman pertanian yang mempunyai elastisitas permintaan yang rendah dan sebaliknya agak sulit ubtuk mengajak petani subsistem untuk mengusahakan tanaman pertanian yang mempunyai elastisitas permintaan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena cakupan agribisnis adalah luas dan Universitas Sumatera Utara kompleks, yaitu meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pada pemasaran hasil pertanian termasuk didalamnya kegiatan lain yang menunjang kegiatan proses produksi pertanian. Pengembangan agribisnis Indonesia mempunyai posisi yang strategis antara lain karena pertimbangan sebagai berikut: 1. Letak geografis Indonesia yang dekat dengan pasar dunia world market yang kini bergerak ke Asia- Pasifik. 2. Kondisi investasi untuk tujuan ekspor, baik dibidang pertanian maupun non migas lainnya, cukup mendukung sebagai akibat kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi. 3. Masih banyaknya sumber alam khususnya untuk kegiatan disektor pertanian yang belum dimanfaatkan seoptimal mungkin. 4. Semakin baiknya nilai tambah dan kualitas produk pertanian yang mampu menerobos pasar dunia. 5. Masih besarnya sekitar 54 tenaga kerja disektor pertanian. Pola dan hubungan seluruh mata rantai agribisnis didalam negeri pada umumnya belum optimal, karena beberapa faktor antara lain: 1. Pola produksi pertanian sebagian besar tidak mengelompok dalam satu areal yang kompak sehingga asas efisiensi berdasarkan skala usaha tertentu belum atau sulit mencapai tingkat yang efisien. Universitas Sumatera Utara 2. Sarana dan prasarana ekonomi di daerah tertentu misalnya di luar Jawa dan Bali khususnya di daerah sentral produksi belum memadai. 3. Pola agroindustri yang cenderung terpusat di daerah perkotaan dan bukan di daerah pedesaan atau daerah sentral produksi. 4. Kondisi georafis Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan juga karena kondisi trasportasi khususnya di luar Jawa dan Bali yang belum memadai, sehingga biaya trasportasi menjadi relatif mahal. 5. Sistem klembagaan di pedesaan, baik kelembagaan keuangan, pasar atau informasi pasar yang belum memadai. Empat aspek seperti yang dikemukakan Mosher perlu diubah dan diarahkan untuk memperhatikan aspek tersebut yaitu: 1. Pemanfaatan sumber daya dengan tanpa merusak lingkungannya resource endowment. 2. Pemanfaatan teknologi yang senantiasa berubah technological endowment. 3. Pemanfaatan institusi kelembagaan yang menguntungkan institutional endowment. 4. Pemanfaatan budaya cultural endowment untuk keberhasilan pembangunan pertanian. Universitas Sumatera Utara 2.4. Produk Domestik Regional Bruto PDRB 2.4.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto PDRB