Pengaruh Ekstrak Metanol Daun P. guajava daging-buah putih dan daging-

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat juga bahwa pemberian konsentrasi yang tepat juga mempengaruhi ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Perbandingan diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak metanol daun P. guajava berbanding lurus dengan penambahan konsentrasi ekstrak metanol daun Lutterodt, 1999. Menurut Cappucino Sherman 1996 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya zona hambat adalah kemampuan difusi bahan antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan mikroba yang diuji, jumlah mikroba yang diinokulasikan, kecepatan tumbuh mikroba yang diujikan, dan tingkat sensitifitas mikroba terhadap bahan antimikroba yang bersangkutan. Pengaruh ekstrak metanol daun P. guajava daging-buah putih dan daging-buah merah terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri uji lebih menunjukkan zona yang lebih besar dibanding dengan pengaruh antibiotik kloramfenikol dan penisilin dilihat dari Gambar 4.3 di bawah ini:

4.3 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun P. guajava daging-buah putih dan daging-

buah merah serta pengaruh antibiotik penisilin dan kloramfenikol sebagai pembanding terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri patogen a.

E. coli, b. S. aureus, c. S. dysenteriae, d. B. subtilis dan e. S. marcescens.

a 2 4 6 8 10 12 14 15 30 45 60 P enis ilin K lo ra m fenik ol Konsentrasi Ekstrak D iame te r Zon a H amb at mm Daging-buah putih Daging-buah merah Universitas Sumatera Utara b c 2 4 6 8 10 12 14 15 30 45 60 Penis ilin K lo ra m fenik ol Konsentrasi Ekstrak D iame te r Zon a H amb at mm Daging-buah putih Daging-buah merah 2 4 6 8 10 12 14 16 15 30 45 60 Penis ilin K lo ra m fenik ol Konsentrasi Ekstrak D iame te r Zon a H amb at mm Daging-buah putih Daging-buah merah Universitas Sumatera Utara d e Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal kerusakan tetap atau mikrostatik kerusakan sementara yang dapat kembali. Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, menginaktivasi enzim, dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetik Ardiansyah, 2007. 2 4 6 8 10 12 14 16 15 30 45 60 P enis ilin K lo ra m fenik ol Konsentrasi Ekstrak D iame te r Zon a H amb at mm Daging-buah putih Daging-buah merah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 30 45 60 Penis ilin K lo ra m fenik ol Konsentrasi Ekstrak D iame te r Zon a H amb at mm Daging-buah putih Daging-buah merah Universitas Sumatera Utara Antibiotik kloramfenikol dan penisilin yang bersifat spektrum luas digunakan sebagai pembanding memiliki aktivitas penghambatan yang masih rendah. Antibiotik penisilin pada E. coli, S. aureus, S. dysenteriae, B. subtilis dan S. marcescens masing- masing adalah 12,51; 11,20; 13,50; 11,60; dan 9,45 mm masih dikatakan resisten dapat dilihat pada Lampiran I. Halaman 40. Begitu juga dengan antibiotik kloramfenikol E. coli, S. aureus, S. dysenteriae, B. subtilis dan S. marcescens masing-masing adalah 11,23; 6,40; 12,70; 13,10 dan 7,18 mm masih dikatakan resisten Lampiran I. Halaman 40. Pada Allegato 2001, bahwa zona hambat yang dihasilkan oleh antibiotik penisilin dengan besar ≤ 12 m m dan antibiotik kloramfenikol ≤ 15 mm terhadap pertumbuhan bakteri Enterobacteriaceae bersifat resisten. Penghambatan pertumbuhan yang rendah disebabkan mungkin karena sifat resisten bakteri terhadap antibiotik penisilin dan kloramfenikol. Menurut Suyono 1997, pengujian yang telah dilakukan terhadap lima jenis bakteri Enterobacter terhadap beberapa antibiotik menunjukkan sensitifitas suatu bakteri dapat bersifat resisten, intermediet, dan sensitif terhadap jenis antibiotika tertentu. Menurut Dwiprahasto 2005, materi genetik mampu membuat bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tertentu melalui tiga mekanisme utama berikut: produksi enzim yang menginaktivasi atau merusak antibiotika; mengubah tempat target yang menjadi sasaran antibiotik; dan mencegah akses ke tempat target. Pada pengujian aktivitas antibakteri, potensi ekstrak tumbuhan sebagai anti bakteri sebanding dengan diameter zona hambat yang dihasilkan Kasim et al, 2005. Hal ini terutama disebabkan adanya variasi difusi ekstrak tumbuhan, ketebalan medium agar yang tidak seragam, waktu inkubasi, sensitivitas bakteri uji terhadap senyawa anti bakteri dalam ekstrak, serta konsentrasi senyawa anti bakteri dalam ekstrak dan konsentrasi bakteri uji. Variasi difusi ekstrak tumbuhan disebabkan oleh komposisi serat kertas cakram yang heterogen, sehingga diameter zona hambat yang terbentuk, yang merupakan penampakan aktivitas anti bakteri juga tidak merata. Ketebalan medium agar yang tidak seragam merupakan faktor yang sulit dihindari, karena pada saat penuangan media agar ke setiap cawan Petri tidak persis sama banyaknya, sehingga ketebalannya berbeda. Diameter zona hambat merupakan fungsi dari ketebalan lempeng agar, maka variasi Universitas Sumatera Utara ketebalan lempeng agar juga mempengaruhi diameter zona hambat. Adanya beberapa faktor ini, maka diameter zona hambat yang diperoleh akan bervariasi. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Universitas Sumatera Utara

5.1 Kesimpulan