BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan penggunaan obat tradisional
adalah antara lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya murah. Delapan puluh persen penduduk Indonesia hidup di pedesaan, di antaranya sukar dijangkau oleh
obat modern dan tenaga medis karena masalah distribusi, komunikasi dan transportasi; disamping itu daya beli yang relatif rendah menyebabkan masyarakat pedesaan kurang
mampu mengeluarkan biaya untuk pengobatan modern, sehingga masyarakat cenderung memilih pengobatan secara tradisional. Obat tradisional mempunyai makna yang sangat
penting karena di samping ketidakmampuan masyarakat untuk memperoleh obat-obat modern, juga karena obat tradisional adalah obat bebas yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter Pudjarwoto et al, 1992.
Menurut Ratna et al 1994 di Indonesia, tanaman obat terdapat dalam jumlah berlimpah baik jumlah maupun jenisnya. Kemampuan antimikroba minyak essensial
tanaman obat dan rempah seringkali lebih tinggi dibandingkan bahan pengawet kimia Selain itu, satu ekstrak tanaman dapat mengandung satu macam atau lebih senyawa
antimikroba. Komponen aktif yang berperan sebagai obat adalah zat-zat kimia yang terkandung di dalam ramuan obat tersebut. Secara kemoterapi, komponen-komponen
tersebut antara lain dapat berperan sebagai absorben, astringen, spasmolitik, anti bakteri, suportif dan sebagainya Pudjarwoto et al, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat adalah tanaman jambu biji Psidium guajava L.
Lusia, 2006. Telah diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki khasiat sebagi anti diare. Jambu biji Psidium guajava L. memiliki varietas
antara lain berdaging-buah warna putih dan berdaging-buah warna merah Adnyana et al, 2004.
Potensi jambu biji di Indonesia untuk dijadikan obat alternatif terhadap berbagai penyakit sangat besar. Hal ini disebabkan karena jambu biji mudah ditemukan di
Indonesia, dan harganya relatif terjangkau. Bukan hanya buahnya, ekstrak atau rebusan
daun jambu buji pun terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 50, Shigella dysenteriae pada konsentrasi 30, Shigella flexineri pada
konsentrasi 40, dan Salmonella typhi pada konsentrasi 40 Adnyana et al, 2004. Menurut Lutterodt et al 1999 air rebusan dari akar, daun atau bagian dari tanaman
jambu biji telah digunakan sebagai terapi anti diare di berbagai sistem obat-obatan tradisional di negara-negara tropis. Viera 2001 melalui penelitiannya telah
membuktikan bahwa ekstrak daun jambu biji dalam etanol dengan konsentrasi 20 dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare yaitu Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Menurut Lutterodot et al 1999 pada konsentrasi 2 mampu menghambat pertumbuhan 10 jenis bakteri penyebab diare seperti: Salmonella sp. ,
Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella typhimurium, Shigella sp. , Shigella dysenteriae, Shigella flexineri, Vibrio cholera, Stapylococcus sp. dan Shigella
sonnei.
Komponen aktif dalam daun jambu biji yang diduga memberikan khasiat itu adalah zat tannin yang cukup tinggi Kumalaningsih, 2006. Selain itu, daunnya
mengandung fenolik fitokimia yang jumlahnya berlebihan yang dapat menghambat peroksidasi dalam tubuh yang diharapkan mampu mencegah bermacam penyakit kronis
sekalipun Qiant Venant, 2004.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan