70
89.893.586.252,  pada  tahun  2007  sebesar  126.411.394.470,  pada  tahun  2008 sebesar 176.046.712.379. pada tahun 2009 yaitu sebesar 148.139.101.732. dan
pada tahun 2010 sebesar 284.253.524.331.
B. Analisa Data
1. Uji Asumsi klasik
Pengujian  jenis  ini  digunakan  untuk  menguji  asumsi,  apakah  model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik layak uji
atau  tidak.  Uji  asumsi  klasik  digunakan  untuk  memastikan  bahwa multikorelasi,  autokorelasi,  dan  heteroskedastisitas  tidak  terdapat  dalam
model  yang  digunakan  dan  data  yang  digunakan  terdistribusi  normal.  Jika
semua  itu  terpenuhi  bahwa  model  analisis  telah  layak  digunakan  Gujarati, 2003
. Pengujian asumsi klasik terdiri dari 4 empat pengujian, antara lain :
a. Uji Normalitas Data
Cara  yang  sering  digunakan  dalam  menentukan  apakah  suatu model  berdistribusi  normal  atau  tidak  hanya  dengan  melihat  pada
histogram residual apakah memiliki bentuk seperti “lonceng” atau tidak. Cara  ini  menjadi  fatal  karena  pengambilan  keputusan  data  berdistribusi
normal  atau  tidak  hanya  berpatok  pada  pengamatan  gambar  saja.  Ada cara  lain  untuk  menentukan  data  berdistribusi  normal  atau  tidak  dengan
menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis.
71
Rasio  skewness  dan  rasio  kurtosis  dapat  dijadikan  petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Rasio skewness adalah
nilai  skewness  dibagi  dengan  standar  error  skewness,  sedangkan  rasio kurtosis  adalah  nilai  kurtosis  dibagi  dengan  standar  error  kurtosis.  Bila
rasio kurtosis dan skewness berada diantara -2 hingga +2, maka distribusi data adalah normal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data
Pada  tabel  4.  Bahwa  rasio  skewness  adalah  -0,6610,414  =  - 1.59  -2  dan  rasio  kurtosis  adalah  0,4020,809=  0,49    +2  karena  rasio
skewness  dan  rasio  kurtosis  berada  diantara  -2  hingga  +2,  maka  dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal.
Sta tistics
32 32
32 32
.470 .543
.291 -.661
.414 .414
.414 .414
.392 -.407
-.795 .402
.809 .809
.809 .809
Valid Missing
N Sk ewness
Std. Error of Skewnes s Kurtosis
Std. Error of Kurtosis laba
biaya pendapatan
Unstandardiz ed Residual
72
b. Uji Multikolinearitas
Uji  Multikolinieritas  bertujuan  untuk  menunjukkan  apakah terdapat  hubungan  korelasi  yang  sempurna  atau  mendekati  sempurna
antar  variabel  bebas  yang  terdapat  dalam  model,  yaitu  koefisien
korelasinya  tinggi  atau  bahkan  satu  Algifari,  2000:  84.  Untuk
mengetahui  ada  atau  tidaknya  gejala  multikolinieritas  dilakukan  dengan melihat  harga  VIF  Variance  Inflation  Factor  melalui  SPSS.  Apabila
nilai  tolerance-nya  diatas  0,1  dan  VIF  dibawah  10,  maka  model  regresi
bebas dari multikolinieritas Ghozali, 2002. Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas Data
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk biaya  adalah  57,300 dan nilai  VIF untuk  pendapatan adalah  57,300. Hal
tersebut menunjukan
bahwa terdapat
hubungan yang
kuat multikolineritas antara biaya dan pendapatan.
Coefficients
a
.017
57.300 .017
57.300 biaya
pendapatan Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: laba a.
73
c. Uji Autokorelasi
Uji  Autokorelasi  bertujuan  untuk  mengetahui  apakah  dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada  periode  pertama  dengan  kesalahan  pengganggu  pada  periode sebelumnya.  Autokorelasi  muncul  karena  observasi  yang  berurutan
sepanjang  waktu  berkaitan  satu  sama  lain.  Masalah  ini  muncul  karena residual  kesalahan  pengganggu  tidak  bebas  di  satu  observasi  ke
observasi lain. Uji  yang digunakan untuk mendeteksi adanya otokorelasi dapat diketahui dengan deteksi uji Durbin Watson Test DW yang telah
ada  klasifikasinya  untuk  menilai  perhitungan  yang  diperoleh,  jika  DW terletak diantara du dan 4-du maka disimpulkan tidak terjadi Autokorelasi
Algifari, 2000 .
Kriteria ada atau tidaknya autokorelasi, jika : 0   d  dL, berarti terdapat autokorelasi positif.
1  dL d  dU, berarti tidak ada kesimpulan. 2  dU d  2, berarti tidak terdapat autokorelasi.
3  2  d  4-dU, berarti tidak terdapat autokorelasi. 4  4-dU  d  4-dL, berarti tidak ada kesimpulan.
5  4-dL  d  4, berarti terdapat autokorelasi negatif.
74
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Data
Berdasarkan  tabel  diatas  dapat  dilihat  bahwa  nilai  Durbin Watson  adalah  sebesar  2,188  sedangkan  nilai  dL  dan  dU  dapat  dlihat
pada  tabel  Durbin-Watson  pada  signifikansi  0,05,  n=32  dan  k=2.  Di dapat dL=1,270 dan dU=1,563. Hal tersebut menunjukkan bahwa 2  d
4-dU  atau  2    2,015    4  -  1,563  =  2,437  yang  berarti  tidak  ada autokorelasi, karena memiliki nilai Durbin Watson lebih besar dari 2.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi  terjadi  ketidaksamaan  varians  dari  residual  satu  pengamatan  ke
pengamatan  yang  lain.  Jika  variance  dari  residual  satu  pengamatan  ke pengamatan  lain  tetap  maka  disebut  homoskedastisitas.  Untuk  menguji
ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan setiap  variable  bebas  dengan  nilai  mutlak  residualnya  menggunakan
korelasi Rank Spearman.
Model Summary
2.015 Model
1 Durbin-
Watson
75
Tabel 4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas Data
Berdasarkan  tabel  diatas  dapat  diketahui  nilai  korelasi  Rank Spearman  antara  biaya  dengan  Unstandartdized  Residual    adalah  0,317
dengan  nilai  probabilitas  sebesar  0,078.  Nilai  korelasi  Rank  Spearman antara pendapatan dengan Unstandartdized Residual adalah 0,292 dengan
nilai  probabilitas  sebesar  0,105.  Hal  tersebut  menunjukan  bahwa  tidak terdapat Heteroskedastisitas pada variabel biaya dan pendapatan.
2. Pengujian hipotesis