xxxvi dalam penggunaan silinder ini adalah ketidakakuratan dalam
mengukur kedalaman silinder secara manual kasat mata.
b. Cakram kertas
Cakram kertas merupakan metode yang paling sering digunakan. Merupakan kertas saring yang dibentuk menjadi bulat
dengan ukuran diameternya kurang lebih 1 cm yang akan diletakkan pada cawan petri yang sudah diberikan medium agar
dengan mikroba yang sudah terinokulasi pada medium tersebut. Hambatan akan terlihat jika pada daerah sekitar cakram tersebut
terdapat daerah bening yang menunjukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan mikroba pada daerah tersebut. Semakin lebar daerah
bening tersebut, semakin baik konsentrasi zat yang digunakan. c.
Cetak lubang Dapat dilakukan dengan melubangi medium agar dengan alat
penghisap agar atau pelubang gabus. Keuntungannya yaitu jumlah larutan yang berdifusi dapat terukur jumlahnya dan medium yang
digunakan tidak terlalu tebal, namun bila mencetak lubang kurang sempurna akan mempengaruhi difusi zat uji
Katz, 1974.
2.6.2 Metode Dilusi
Pada teknik ini zat antimikroba dicampur dengan medium yang kemudian diinokulasi dengan kuman. Dasar-dasar pengamatannya
adalah dengan melihat tumbuh tidaknya kuman. Berdasarkan medium yang digunakan dalam percobaan, metode ini terbagi atas :
xxxvii 1. Pengenceran Secara Seri
Pelaksanaan metode ini menggunakan sejumlah tabung reaksi yang mempunyai ukuran yang sama. Tiap tabung reaksi diisi zat
dengan bermacam-macam konsentrasi dalam medium cair. Kemudian tambahkan suspensi mikroba uji dengan kekeruhan
tertentu. Sebagai kontrol dipakai satu tabung reaksi berisi medium cair ditambah zat tanpa mikroba dan tabung reaksi lain berisi
medium cair ditambah mikroba uji tanpa zat dalam jumlah yang sama. Setelah inkubasi selama waktu tertentu diamati pertumbuhan
mikroba secara visual.
2. Turbidimetri Pada cara ini disiapkan beberapa tabung reaksi, lalu diisi
dengan larutan uji dan larutan pembanding dengan susunan dosis tertentu dan tambahkan medium cair yang telah diinokulasi dengan
mikroba uji. Selanjutnya tabung diinkubasi pada suhu 37˚C dan diaduk dengan shaker inkubator selam 3-4 jam. Setelah inkubasi
pertumbuhan mikroba uji dihentikan segera merendam tabung- tabung tersebut kedalam penanggas air suhu 80˚C atau dengan
penambahan larutan formaldehid dalam masing-masing tabung. Selanjutnya kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba
xxxviii uji diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
530-600 nm Katz, 1974; Depkes, 1995.
3. Pengenceran Pada Lempeng Agar Disediakan sederetan sampel dengan konsentrasi bervariasi, lalu
disiapkan lempengan agar dengan mencampur 18 ml medium padat yang masih mencair dengan 2 ml larutan sampel, kemudian
dibiarkan mediumnya membeku. Selanjutnya suspensi mikroba uji dibiakan pada permukaan lempeng medium tersebut dan diinkubasi
pada waktu dan suhu tertentu. Pengamatan daerah hambat diamati secara visual.
Keuntungan cara ini adalah dapat pula digunakan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum KHM.
BAB III KERANGKA KONSEP
Latar belakang Manfaat:
- Antioksidant - Antitumor
- Antibakteri Rimpang kecombrang memiliki
komponen bioaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri
Rimpang kecombrang Determinasi tanaman di
Herbarium Bogoriensis LIPI Puslit Biologi
xxxix
Esktraksi dengan etanol Serbuk rimpang kecombrang
Ekstrak etanol Penapisan fitokimia
Uji aktivitas antifungi
Penentuan potensi Penentuan KHM
Kultur jamur
Suspensi jamur uji 1 ml.
A = 0,143 – 0, 187 = 530 nm
Uji susut pengeringan
Analisa kerusakan sel dengan Mikroskop
Elektron SEM Uji pendahuluan :
• Mikroskop
• Urease
• Perbedaan media
xl
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian