xxv 30 µm. warna yang terdapat pada khamir apabila dilihat secara
makroskopik yaitu seperti krem, pucat atau seperti buram.
b. Kapang
Merupakan mikroorganisme bersel banyak. Kapang dapat diidentifikasi dari bentuk, ukuran, dan warnanya. Bentuk dari
kapang seperti serbuk dengan kapas atau seperti benang-benang halus. Struktur kapang tersusun dari benang-benang sel panjang
yang dihubungkan bersama dari ujung ke ujung yang disebut hyfa. Hyfa ada yang mempunyai dinding penyekat yang disebut hyfa
bersepta dan ada yang tidak mempunyai septa yang disebut hyfa senosit. Hyfa dapat bersifat sebagai hyfa vegetative berfungsi
mengambil makanan untuk pertumbuhan, hyfa reproduktif, yaitu yang membentuk spora, dan hyfa udara, yaitu yang berfungsi
mengambil oksigen Gandahusada, SS dkk., 2004. Untuk menentukan dengan mudah suatu fungi yaitu dengan melihat
miseliumnya hyfa yang saling membelit untuk membentuk suatu massa benang.
2.3.2 Pertumbuhan Fungi
Pertumbuhan fungi merupakan peningkatan semua komponen dari suatu organisme secara teratur. Bila suatu medium ditanam sel-sel fungi
xxvi maka pertumbuhannya dapat digambarkan dalam bentuk kurva
pertumbuhan. 1.
Fase Lag penyesuaian Tidak ada pertumbuhan populasi karena sel mengalami
perubahan komposisi kimiawi dan ukuran serta bertambahnya substansi intraseluler sehingga siap untuk membelah diri.
2. Fase Logaritmik Eksponensial
Sel membelah diri dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat, keadaan pertumbuhan seimbang. Pertumbuhan sel-sel
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah media yang digunakan, konsentrasi, kepadatan media, suhu, kadar oksigen,
volume dan lain-lain. 3.
Fase Stasioner tetap Terjadinya penumpukan racun akibat metabolisme sel dan
kandungan nutrien mulai habis, akibatnya terjadi kompetisi nutrisi sehingga beberapa sel mati dan lainnya tetap tumbuh. Jumlah sel
menjadi konstan. 4.
Fase Kematian Sel menjadi mati akibat penumpukan racun dan habisnya
nutrisi, menyebabkan jumlah sel yang mati lebih banyak sehingga mengalami penurunan jumlah sel secara eksponensial.
2.3.3 Infeksi Jamur Pada Manusia
xxvii Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis. Sedangkan
mikosis terbagi kembali menjadi 2 kelas, mikosis superfisial dan mikosis profunda sistemik.
A.
Mikosis superfisial
Penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial dibagi
kembali dalam 2 kelompok : 1 yang disebabkan oleh jamur yang bukan golongan dermatofita, seperti pitiriasis versikolor, piedra
hitam, piedra putih dan lain-lain. 2 yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita dan disebut dermatofitosis. Contohnya
adalah tinea, herpes sirsinata, kurap Gandahusada, SS, dkk., 2004.
1. Mikosis superfisial nondermatofitosis
a. Pitiriasis versikolor panu
Disebabkan oleh Malassezia furfur Pityrrosporum furfur. Lesi dimulai dengan bercak kecil tipis yang kemudian
menjadi banyak dan menyebar, disertai dengan adanya sisik. Kelainan kulit tersebut terutama pada bagian tubuh
bagian atas leher, muka, lengan, dada, perut dan lain-lain. Bila kulit panu disinari dengan sinar ultra violet, maka
nampak fluoresensi hijau kebiru-biruan. Reaksi ini disebut Wood’s light
positif Anurogo, Dito. 2008 b.
Piedra hitam
xxviii Merupakan infeksi jamur pada kulit rambut kepala yang
disebabkan oleh Piedraia hortai. Kelainan berupa benjolan keras berwarna coklat kehitaman. Penyakit ini tidak
menimbulkan keluhan kecuali rambut mudah patah bila disisir. Karena adanya benjolan-benjolan ini maka
terdengar bunyi bila penderita menyisir rambutnya.
c. Piedra putih
Disebabkan oleh Trichosporum beigelli. Infeksi ini sering ditemukan di rambut ketiak dan pubis, jarang sekali
ditemukan di rambut kepala. Berbeda dengan piedra hitam, benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang dan
dan tidak padat pada kulit.
2. Mikosis superficial dermatofitosis
Dermatofitosis telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Orang Yunani menamakannya “herpes” dikarenakan bentuk
kelainan merupakan lingkaran yang makin lama makin besar ring. Orang Romawi menghubungkan kelainan ini dengan
larva cacing, dan menamakannya “tinea”. Perpaduan antara herpes ring dan tinea worm dalam bahasa Inggris
melahirkan istilah ring worm. Mikosis
ini biasanya
menyerang jaringan
yang mempunyai zat tanduk keratin seperti kuku, rambut dan
xxix stratum korneum pada kulit. Jamur ini merupakan golongan
yang dapat
mencernakan zar
keratin. Berdasarkan
morfologinya dermatofita ini dikelompokkan ke dalam 3 kelompok
genus :
Trichophyton, Microsporum
dan Epidermophyton.
Jamur golongan dermatofita membentuk koloni filament pada biakan agar Sabouraud. Walaupun semua
spesies membentuk koloni filamen, tetapi masing-masing filamen membentuk filament yang berbeda. Pada umumnya,
genus Trichophyton membentuk makrokonidia berbentuk panjang menyerupai pensil dan semua dermatofita dapat
membentuk hifa spiral. Microsporum canis mempunyai makrokonidia berbentuk kumparan yang berujung runcing dan
terdiri atas 6 sel atau lebih. Makrokonidia ini berdinding tebal. Epidermophyton
floccosum bentuk
dari hifa
lebar. Makrokonidia berdinding tebal dan terdiri dari 2-4 sel.
Beberapa infeksi yang disebabkan oleh ketiga kelompok genus ini adalah : tinea pedis, tinea kruris, tinea unguium, tinea
barbae, tinea kapitis, tinea korporis, tinea favosa, tinea imbricate.
B.
Mikosis profunda sistemik
Penyakit jamur yang mengenai alat dalam. Proses masuknya jamur ke alat dalam ini yaitu melalui luka atau menyebar dari
permukaan kulit atau alat dalam lain. Penyebab mikosis ini adalah
xxx jamur patogen atau jamur saprofit yang menjadi pathogen karena
adanya faktor predisposisi, atau terdapat gangguan sistem imun Gandahusada SS dkk., 2004. Contoh dari mikosis dalam ini
adalah misetoma, kromomikosis, zigomikosis dan lain-lain.
2.3.4 Fungi yang Digunakan