xxxiv Pemerian
: Serbuk hablur, putih, ssampai kuning pucat, melebur pada suhu ± 142 °C disertai peruraian
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam methanol,
aseton, kloroform dan dalam etanol. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat. Penggunaan
: Klotrimazol termasuk dalam golongan imidazol yang
mempunyai sifat fungistatika atau fungisida tergantung pada dosis. Mekanisme kerja Klotrimazol sama dengan
Ketokonazol yaitu berinteraksi dengan C-14 -demetilase enzim P-450 sitokrom untuk menghambat demetilasi
lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan sterol penting untuk membrane jamur. Myjeck, Mary J., 2005
Secara topical klotrimazol digunakan untuk pengobatan tinea pedis, tinea kruris, dan tinea korporis yang
disebabkan oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, E. floccosum, dan M. canis
. Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh C.
albicans . Klotrimazol biasanya bersifat fungistatik. Akan
tetapi pada konsentrasi lebih dari 10 µ gml dapat bersifat fungisid . Howarth W. H at all, 1982
2.6 Metode Pengujian Antifungi
2.6.1 Metode Difusi
xxxv Merupakan metode yang paling umum digunakan di laboratorium-
laboratorium. Pada metode difusi ini dapat dilihat kepekaan suatu organisme terhadap senyawa atau obat. Zat yang akan diuji aktivitasnya
akan berdifusi dari pencadang reservoir menuju medium agar yang telah diinokulasi oleh mikroba penguji senyawa atau obat tersebut.
Diinkubasi selama waktu tertentu dan amati adanya perkembangan dari penghambatan senyawa obat tersebut terhadap mikroba yang telah ada
pada medium agar. Prinsip penetapannya yaitu dengan mengukur luas diameter daerah hambat pertumbuhan mikroba. Ukuran daerah
hambatan dapat dipengaruhi oleh beberapa tinjauan diantaranya adalah: 1. kepadatan atau viskositas dari medium agar
2. kecepatan senyawa obat dalam berdifusi kedalam medium agar 3. konsentrasi senyawa obat pada reservoir
4. sensitifitas mikroba terhadap senyawa obat, dan 5. interaksi senyawa obat dengan media Musdja MY.2006
Sebagai pencadang reservoir dapat digunakan: a.
Silinder. Terbuat dari besi tahan karat atau porselen dengan toleransi
ukuran masing-masing sekitar 0,1 mm, dengan diameter luar 8 mm dan diameter dalam 6 mm, serta tinggi 10 mm. peletakan silinder
satu dengan yang lainnya perlu diperhatikan yaitu sekitar 20-25 mm. Keuntungan dari penggunaan silinder ini adalah jumlah
larutan uji dapat diperbanyak untuk menjamin ketersediaan larutan uji dalam cadangan selama waktu inkubasi. Sedangkan kerugian
xxxvi dalam penggunaan silinder ini adalah ketidakakuratan dalam
mengukur kedalaman silinder secara manual kasat mata.
b. Cakram kertas
Cakram kertas merupakan metode yang paling sering digunakan. Merupakan kertas saring yang dibentuk menjadi bulat
dengan ukuran diameternya kurang lebih 1 cm yang akan diletakkan pada cawan petri yang sudah diberikan medium agar
dengan mikroba yang sudah terinokulasi pada medium tersebut. Hambatan akan terlihat jika pada daerah sekitar cakram tersebut
terdapat daerah bening yang menunjukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan mikroba pada daerah tersebut. Semakin lebar daerah
bening tersebut, semakin baik konsentrasi zat yang digunakan. c.
Cetak lubang Dapat dilakukan dengan melubangi medium agar dengan alat
penghisap agar atau pelubang gabus. Keuntungannya yaitu jumlah larutan yang berdifusi dapat terukur jumlahnya dan medium yang
digunakan tidak terlalu tebal, namun bila mencetak lubang kurang sempurna akan mempengaruhi difusi zat uji
Katz, 1974.
2.6.2 Metode Dilusi