30
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Sistem Distribusi BBM
Pertamina membentuk Integrated Supply Chain ISC menjadi lembaga think tank yang bertujuan mencari cara dan solusi untuk memperbaiki
sistem pengadaan minyak mentah dan pembelian Bahan Bakar Minyak BBM. Guna mendukung ketersediaan BBM secara efektif dan efesien diperlukan
perencanaan supply chain, dimana pada pembuatan model supply chain BBM ada beberapa pihak yang dilibatkan didalamnya, yaitu:
a. Supplier : sebagai pihak yang menyediakan bahan baku.
b. Manufaktur : pihak yang bertindak untuk mengubah bahan baku
menjadi barang setenga jadi atau barang jadi. c.
Distribusi retail : pihak yang menyalurkan produk kepengguna akhir. d.
User : pihak yang menjadi pengguna akhir suatu produk. Dalam supply chain Pertamina UPMS I, pihak yang bertindak sebagai
supplier dan manufaktur adalah kilang pertamina Dumai. Dengan adanya kebijakan pemerintah, menyebabkan kebutuhan penggunaan BBM meningkat
sehingga menuntut
dilakukannya penambahan supplier, mengingat bahwa pihak kilang pertamina Dumai belum sepenuhnya mampu menjadi
supplier tunggal. Dengan demikian dilakukan penambahan pihak yang bertindak sebagai supplier yaitu kilang swasta. Pemindahan bahan bakar dari supplier ke
distributor dilakukan dengan menggunakan kapal tanker dengan kapasitas 1.750.000 liter. Selain melakukan penambahan kapal tanker yang
Universitas Sumatera Utara
31 memindahakan BBM, dilakukan pula penambahan stasiun pengisian bahan
bakar ulang SPBU yang awalnya hanya berjumlah 6 SPBU di wilayah Labuhan Batu pada tahun 1995, setelah adanya kebijakan pemerintah berubah
saat ini menjadi 31 SPBU. Hal ini dikarenakan permintaan BBM akan semakin meningkat. Dengan bertambahnya SPBU akan meberikan kemudahan
bagi customer untuk melakukan pengisian ulang serta tidak menimbulakan antrian yang panjang di SPBU.
Proses distribusi BBM, dimulai dari BBM yang ditampung di tangki- tangki penimbunan instalasidepot untuk kemudian disalurkan kepada konsumen
secara langsung melalui SPBU. Pola penyaluranpola distribusi BBM pada pertamina UPPDN I Medan dapat diterangkan sebagai berikut :
a. Avgas dan Avtur diserahkan langsung ke Aircraft di DPPU Depot
Pengisian Pesawat Udara dan untuk para konsumen di DPPU penyerahan dengan drum yang diangkat sendiri oleh mereka.
b. Premium, Super TT dan sebagian penjualan Solar disalurkan melalui
pompa-pompa bensin SPBU yang pengusahaannya dilakukan oleh pihak ketiga.
c. Minyak tanah disalurkan melalui agen-agen yang berbentuk PT, PMT
Penyaluran Minyak Tanah yang selanjutnya menyerahkan kepada pangkalan-pangkalan minyak tanah atau langsung kepada konsumen.
Pangkalan-pangkalan ini menjual secara eceran atau oleh penjual keliling ke rumah-rumah.
d. Minyak Diesel dan minyak bakar dilayani langsung oleh instalasidepot
Pertamina kepada para konsumen yang diangkut sendiri oleh mereka.
Universitas Sumatera Utara
32 Untuk setiap jenis BBM, Pertamina menggunakan pola distribusi yang
berbeda-beda. Pertamina
pada umumnya
melakukan penyaluran
dan pengangkutan BBM sendiri, kecuali untuk BBM jenis minyak tanah.
Gambar 5. Pola Distribusi BBM Pertamina Pada Gambar 5. diperlihatkan pola distribusi BBM mulai dari kilang
kemudian disuplai keberbagai instalasi atau depot. Perusahaan pengangkutan dan kontraktor mengambil BBM di depot untuk kemudian disalurkan kepada SPBU
atau pihak yang ditunjuk Pertamina. Dari kilang instalasi Dumai, selama 1 jam dilakukan proses pemuatan BBM, kemudian setelah proses administrasi
diselesaikan, tangki menuju SPBU yang ditetapkan. Setelah sampai di SPBU dilakukan proses pembongkaran selama 1 jam.
Pendistribusian BBM dari kilang minyak ke berbagai depot dan instalasi selama ini dilakukan secara tidak beraturan melalui laut yang menggunakan alat
angkut laut yaitu kapal tanker sesuai dengan ketersediaan stok BBM di setiap
Universitas Sumatera Utara
33 depot dan instalasi. Masalah penentuan rute distribusi ini merupakan masalah
awal penyebab keterlambatan BBM. Sering terjadi dalam pendistribusian BBM, kapal tanker yang digunakan berangkat menuju depot, instalasi atau terminatl
transit dengan mengangkut BBM yang berjumlah lebih kecil dari kapasitas alat angkut. Hal ini mengakibatkan kapasitas alat angkut yang digunakan menjadi
tidak optimal. Permasalahan yang timbul dalam proses penjadwalan kapal adalah
kurangnya perhatian terhadap manajemen waktu akibat kurang terstrukturnya jadwal menimbulkan banyaknya ketidakpastian dan adanya nilai biaya yang
fluktuatif akibat perbedaan karakteristik dari masing-masing kapal yang memiliki nilai operasional yang berbeda pula.
Pertamina melayani kebutuhan bahan bakar minyak untuk seluruh nusantara. Dalam pendistribusiannya banyak kendala yang muncul dimana kadang
suplai salah satu jenis atau beberapa bahan bakar minyak terlambat atau kurang. Tidak dipungkiri kendala jarak, dan penjadwalan distribusi masih kurang optimal.
Selain itu permasalahan yang lain adalah kapal tanker dengan multi compartement dan tiga jenis produk hingga memaksa sejumlah kapal tanker harus melakukan
multi trip jika demand lebih kecil bila dibandingkan dengan kapasitas kapal. Nilai
permintaan demand
yang berbeda-beda
menimbulkan permasalahan jika tingkat utilisasi tangki pengangkut rendah. Penjadwalan kapal
sejauh ini hanya berdasarkan pada nilai permintaan saat ini saja dan intuisi dari
perencana penjadwalan kapal.
Kapasitas dermaga dan kedalaman alur pelayaran akan menentukan tipejenis kapal yang akan digunakan. Untuk menunjang kelancaran suplai dan
Universitas Sumatera Utara
34 distribusi DBM dalam negeri, Pertamina mengoperasikan lebih dari 130 unit
dermaga dan pelabuhan khusus. Persoalan yang timbul dalam distribusi BBM adalah terbatasnya kapasitas
dan jumlah dermaga lokasi tertentu serta keterbatasan kedalaman alur pelayaran, khususnya untuk wilayah-wilayah yang disuplai melalui sungai. Persoalan lain
adalah untuk dermaga-dermaga tertentu, sangat tergantung pada cuaca. sehingga untuk bulan-bulan tertentu tidak dapat disandari oleh tanker, dengan pertimbangan
faktor keamanan safety dan keselamatan kapal beserta crew-nya. Keterbatasan sarana dan fasilitas pelabuhan juga merupakan persoalan
yang harus dihadapi seperti ketidak-adanya sarana pengisian air tawar untuk kapal dan tidak adanya sarana pembuangan limbah kapal air kotor dari kamar mesin,
sehingga berakibat banyak kapal yang dideviasi untuk mengisi air tawar dan membuang kotoransludge khususnya kapal yang tank cleaning untuk persiapan
docking. Saat ini Pertamina mengoperasikan dermaga, pelsus, SBM, SPM dari
ukuran yang terkecil untuk tanker tipe Bulk Lighter ± 1.000 DWT sampai ukuran terbesar untuk tanker tipe VLCC. = ± 300.000 DWT. Untuk mengurangi
kesibukan berth occupancy di dermaga pelsus tertentu, seringkali kapal dioperasikan sebagi Semi Floating Storage, dimana kapal difungsikan sebagai
pelabuhan darurat. Kapal ukuran yang lebih besar mengisi BBM di dermaga kilang, kemudian kapal keluar dan berhenti di lokasi tertentu untuk kemudian
BBM tersebut dipindahkan ke kapal yang lebih kecil ukurannya atau dikenal dengan ship to ship transfer untuk selanjutnya didistribusikan ke depot-depot,
seperti terjadi di Dumai.
Universitas Sumatera Utara
35
Sumber : Pertamina UPMS-1, 2011
Gambar 6. Sumber Suplai BBM di Pertamina UPMS-1 Dari Gambar 6. terlihat, bahwa sumber suplai BBM di Pertamina UPMS-1
berasal dari Dumai Riau, Cilacap Jawa Tengah dan Tanjung Uban untuk BBM impor. Untuk wilayah Labuhan Batu sumber suplai BBM secara reguler dipasok
dari Dumai, jika BBM belum ada di Dumai atau terjadi gangguan disuplai di Tanjung Uban, dan jika tidak juga dapat terpenuhi diusahakan diambil dari
Kisaran. Pertamina telah merancang likasi dan sumber suplai BBM pada Pertamina UPMS I , sehingga setiap kebutuhan BBM diharapkan selalu dapat
dipenuhi. Jarak antar pelabuhan atau jarak antara sumber dengan depot merupakan
salah satu variabel penting yang akan berpengaruh terhadap biaya suplai dan distribusi BBM dalam negeri, Jarak antar pelabuhan akah berpengaruh terhadap
waktu yang diperlukan armada tanker untuk rnensuplai BBM di suatu depot tertentu, yang pada akhirnya akan menentukan kebutuhan armada tanker. Jarak
Universitas Sumatera Utara
36 yang ditempuh tangki dari kilang Dumai hingga SPBU di Rantau Parapat
mencapai 360 hingga 385 kilometer, dengan jarak tempuh rata-rata 6 hingga 9 jam jika kecepatan rata-rata 40 hingga 60 kmjam. Pada Tabel 6.1. diuraikan lokasi
dan sumber suplai BBM Pertamina UPMS I. Tabel 6.1. Lokasi dan Sumber Suplai BBM Pertamina UPMS I
Lokasi Reguler
Alternatif Emergency
1 IMG
ImportDumai Tj. UbanP. Sambu Kisaran, Siantar, L.
Seumawe, Balongan 2
P. Siantar IMG
Kisaran Sibolga KisaranSibolga
3 Kisaran
IMG Dumai P.Siantar
DumaiP.Siantar 4
Sibolga Tl. Kabung
Tj. Uban P. Siantar
5 G. Sitoli
Tl. Kabung Tj. Uban
Deviasi Tanker 6
Kr. Raya Tj. Uban
Tl. Kabung Dumai L. Seumawe
7 L.Seumawe
Tj. Uban Dumai
IMG 8
Meulaboh Tl. Kabung
Tj. UbanDumai Kr. Raya
9 Sabang
Tj. Uban Dumai Tl. Kabung
Deviasi Tanker 10 Simeulue
Tl. Kabung DumaiTj. Uban
Deviasi Tanker 11 Tl. Kabung
Import Cilacap Dumai SibolgaSei Siak
12 Sei. Siak DumaiSei.
Pakning Tj. UbanP. Sambu
Tl. Kabung 13 Tembilahan
Tj. Uban P.Sambu
Dumai 14 Dumai
Kilang Dumai Kisaran Sei. Siak KisaranSei. Siak
15 T. Uban Dumai
Balongan Import
Deviasi Tanker 16 P. Sambu
Dumai Balongan
Import Deviasi Tanker
17 Kabil Tj. Uban
DumaiSei PakningP.
SambuPlaju Deviasi Tanker
18 Kijang Tj. Uban
DumaiSei PakningP.
SambuPlaju Deviasi Tanker
19 Natuna Tj. Uban
DumaiP. SambuPlaju Deviasi Tanker
Sumber : Pertamina UPMS-1, 2011
6.2. Sistem Transportasi BBM