Pandangan Majelis Hakim Tentang Status Anak Akibat Pembatalan

68 b. Pengakuan dengan paksaan Pengakuan dengan paksaan yang di maksud di sini, adalah keputusan Pengadilan yang menetapkan perihal ibu atau ayah seorang anak luar kawin. 29 Oleh karena itu, anak-anak luar kawin yang tidak diakui oleh bapaknya, akan tetapi setelah adanya pengakuan maka ia dinasabkan kepada ayah yang mengakuinya. Akan tetapi, lain halnya dengan seorang anak luar kawin yang dibuahi dan dilahirkan di luar pernikahan yang sah, meskipun sudah mendapatkan pengakuan dari ayah yang mengawini ibunya, tetap saja nasabya di hubungkan kepada ibunya. Dengan demikian, anak tersebut tidak berhak mendapat hak atas ayah suami ibunya.

B. Pandangan Majelis Hakim Tentang Status Anak Akibat Pembatalan

Perkawinan Pernikahan merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan berlawanan jenis dalam satu ikatan keluarga. Secara sederhana, pernikahan dapat pula dipahami sebagai jalan legal untuk memenuhi hajat biologis, persetubuhan antara laki-laki dan perempuan, berdasarkan ajaran Islam. 30 29 R. Soetojo Prawirohamidjojo, dan Marthaena Pohan, Hukum Orang dan Keluarga Personen en femilie-recht, hal. 181 30 M. Cholil Nafis, dan Abdullah Ubaid, Keluarga Maslahah Terapan Fikih Sosial Kiai Sahal, Jakarta: Mitra Abadi Press, 2010, cet I, hal. 3 69 Sebuah pernikahan yang sah tentunya akan menghasilkan anak yang sah, jika proses pembuahan dan lahirnya seorang anak dalam sebuah perkawinan yang sah. Kehadiran seorang anak berpengaruh terhadap keharmonisan sebuah keluarga. Anak merupakan salah satu anugerah yang Allah berikan kepada pasangan suami istri. Oleh karenanya seorang anak mempunyai hak-hak atas orang tuanya, seperti mendapatkan kasih sayang dari orang tua, mendapat biaya pendidikan dan pengasuhan, mendapatkan harta dari orang tuanya bahkan ketentuan dan kepastian nasab. Jika dihubungkan dengan status anak yang dilahirkan atas pernikahan yang yang dilarang untuk selamanya, menurut Majelis Hakim yang menangani putusan nomor 1723Pdt.G2009PA.Dpk berpendapat: Ketika disuguhkan sebuah pertanyaan atas kasus putusan tersebut di atas, terlebih dahulu Ketua Majelis Bapak Drs. Azid Izuddin, M.H. menceritakan secara detail perihal kasus yang ia putus. Menurutnya, pada saat ia menangani kasus ini memang pada awalnya pernikahan antara Pemohon dan Termohon sudah fasid, sebab keduanya pun menyadari bahwa mereka masih saudara seibu, ketika proses pengajuan bukti dan saksi dalam persidangan. Akan tetapi karena telah terjadi pembuahan di luar perkawinan yang dilakukan oleh kakak kandungnya, sehingga mengakibatkan kehamilan maka keduanya pun kemudian dinikahkan secara sah oleh walinya. Padahal walinya pun selalu berpesan bahwa setelah akad nikah dilakukan, keduanya di suruh untuk secepatnya membatalkan perkawinan, karena pada hakekatnya pernikahan tersebut dilarang. Selang 70 beberapa waktu dari perkawinan keduanya, akhirnya tepatnya pada tahun 2009 setelah bapaknya meninggal dunia Pemohon pun mengajukan permohonan cerai thalak. Dalam putusan subsidairnya dikatakan bahwa antara Pemohon dengan Termohon batal demi hukum untuk selamanya sebab perkawinannya dinyatakan fasidrusak. Dari pemaparan kasus di atas, menurut Ketua Majelis bahwa pada dasarnya pernikahan kedua insan tersebut sudah fasidrusak meskipun belum dijatuhi putusan dari Pengadilan. Akan tetapi jika dihubungkan dengan anak yang dilahirkan dari keduanya, menurut Ketua Majelis anak tersebut masih dikatakan sebagai anak sah, sebagaimana tercantum dalam pasal 75 Kompilasi Hukum Islam KHI point b: Keputusan Pembatalan Perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak-anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut. 31 Dalam penjelasan lain pun diungkapkan bahwa seorang anak yang dilahirkan selama 180 hari atau 6 bulan masih disebut sebagai anak sah jika dilahirkan dalam perkawinan yang sah. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa meskipun perkawinannya itu batal demi hukum, tetap saja anak yang dilahirkan dari hubungan suami istrinya tersebut di sebut anak sah, jika masa kehamilan sampai kelahirannya mencapai 180 hari atau 6 bulan. Lamanya waktu tersebut telah disebutkan dalam Fikih dan Hukum Perdata. 32 31 Wawancara Pribadi dengan Azid Izuddin, Jakarta, 29 April 2011 32 Wawancara Pribadi dengan Azid Izuddin, Jakarta, 29 April 2011 71

C. Analisa Penulis

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN SEBAGAI AKIBAT SALAH SANGKA TERHADAP STATUS SUAMI (Studi Putusan Pengadilan Agama Ketapang Nomor 198/Pdt.G/2011/PA.Ktp)

0 18 17

Putusan verstek pengadilan agama depok dalam perkara cerai gugat : analisa putusan pengadilan agama depok perkara no. 1227/pdt.g/2008/pa.dpk

4 21 94

Pencabutan hak asuh anak dari Ibu : Studi analisis putusan pengadilan agama Depok Nomor 430/Pdt.G/2006/PA.Dpk

1 15 74

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN SEPERSUSUAN DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP ANAK YANG DILAHIRKAN Proses Penyelesaian Perkara Pembatalan Perkawinan Sepersusuan Dan Akibat Hukum Terhadap Anak Yang Dilahirkan (Analisis Putusan Pengadilan Agama S

0 4 19

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN PERKAWINAN Proses Penyelesaian Perkara Pembatalan Perkawinan Sepersusuan Dan Akibat Hukum Terhadap Anak Yang Dilahirkan (Analisis Putusan Pengadilan Agama Surakarta).

0 3 12

PENDAHULUAN Proses Penyelesaian Perkara Pembatalan Perkawinan Sepersusuan Dan Akibat Hukum Terhadap Anak Yang Dilahirkan (Analisis Putusan Pengadilan Agama Surakarta).

0 3 13

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS DALAM PERKAWINAN POLIGAMI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Sidoarjo Nomor : 1624/Pdt.G/2009/PA.SDA).

0 2 77

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN IDENTITAS DALAM PERKAWINAN POLIGAMI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Sidoarjo Nomor : 1624/Pdt.G/2009/PA.SDA).

0 0 77

Analisis yuridis terhadap status perwalian anak akibat pembatalan nikah : studi putusan pengadilan agama Probolinggo No.154/Pdt.G/2015/PA.Prob.

0 2 77

PEMBATALAN PERKAWINAN DI PENGADILAN AGAMA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Sumber No.3512/Pdt.G/2009) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 99