46
Akhirnya, saksi pun menyerahkan kembali kepada pemohon dan Termohon yang menjalani rumah tangga.
Adapun saksi kedua yang Pemohon ajukan ke Pengadilan Agama Depok adalah bernama NURHUDAYA BIN IDUP, Umur 50 tahun, agama Islam,
Pekerjaan Buruh, bertempat tinggal di Jalan Pasar Minggu Kp. Serab Rt.01Rw.02 Kelurahan Tirtajaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.
Pokok keterangan yang dituturkan oleh saksi adalah bahwa hubungan antara saksi dengan Pemohon adalah Paman Pemohon, saksi pun berkata ia sangat
mengenali Pemohon dan Termohon, karena menurutnya Pemohon dan Termohon adalah Keponakan saksi. Di samping itu, dalam keterangannya juga dikatakan
bahwa antara Pemohon dan Termohon sebenarnya masih saudara seibu lain ayahada hubungan nasab. Oleh karena itu, dalam keterangannya, saksi mohon
kepada Majelis Hakim untuk diputuskan perkawinannya antara Pemohon dan Termohon.
5
C. TuntutanPetitum Perkara
Dari duduk Perkara yang dipaparkan di atas, maka tuntutan yang diajukan oleh Pemohon dalam Surat Permohonannya adalah :
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya
2. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk mengucapkan ikrar Thalak
terhadap Termohon
5
Salinan Putusan Nomor 1723Pdt.G2009PA.Dpk, Hal. 4
47
3. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.
6
D. Pertimbangan Hukum
Dalam perkara nomor 1723Pdt.G2009PA.Dpk, Pertimbangan Hukum yang dipakai oleh Majelis Hakim dalam memutus perkara ini adalah bahwa
Majelis Hakim telah berupaya dan berusaha menasehati Pemohon agar berdamai dengan Termohon dan segala permasalahan keluarga hendaknya diselesaikan
dengan jalan damai, hal ini sesuai dengan maksud dari pasal 82 ayat 1 dan ayat 4 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, jo pasal 31 ayat 1 dan 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, namun maksud yang baik tersebut tidak berhasil.
7
Oleh karena itu, proses pemeriksaan perkara akhirnya dilanjutkan dengan pembacaan surat Permohonan, hingga pada saat pengajuan alat bukti dan
keterangan saksi, Majelis Hakim memandang dalam pemeriksaan perkara ini telah memenuhi maksud pasal 22 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun
1975 yang berbunyi: “ gugatan tersebut dalam ayat 1 dapat diterima apabila
telah cukup jelas bagi Pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan
6
Salinan Putusan Nomor 1723Pdt.G2009PA.Dpk, Hal. 2
7
Pasal 82 ayat 1 dan 4 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Pasal 31 ayat 91 dan 2 berbunyi 1. Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, hakim berusaha
mendamaikan kedua pihak; 4. Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan. Lihat Buku karangan A. Basiq Djalil, Peradilan
Agama di Indonesia Gemuruhnya Politik Hukum Hk. Islam, Hk. Barat, dan Hk. Adat dalam rentang sejarah Bersama pasang surut Lembaga Peradilan Agama hingga lahirnya Peradilan
Syariat Islam Aceh, Jakarta: Kencana, 2006 Hal. 209-210. Dan lihat buku karangan R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata BW dengan tambahan Undang-
undang Pokok Agraria dan Undang-undang Perkawinan, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2007 hal. 570.
48
pertengkaran itu setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami
istri itu”,
8
dan Pasal 76 ayat 1 Undang-undang nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
Undang- Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang berbunyi: “Apabila gugatan
perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk mendapatkan putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga
atau orang- orang yang dekat dengan suami istri”.
9
Berdasar surat Permohonan Pemohon, keterangan Pemohon di Persidangan, Jawaban Termohon serta keterangan saksi-saksi dari Pemohon dan
Termohon di Persidangan, maka Majelis Hakim menemukan fakta-fakta yang disimpulkan sebagai berikut:
1. Antara Pemohon dan Termohon adalah suami istri, dan telah dikaruniai tiga
orang anak, namun ternyata masih ada hubungan darah seibu yaitu lain ayah, Pemohon ayahnya H. Tohiri sedangkan Termohon, ayahnya Sukadi Hasan;
2. Karena Pemohon dan Termohon masih ada ikatan saudara seibu dan ada
ikatan pernikahan, maka Pemohon dan Termohon memohon kepada Majelis Hakim untuk diputuskan perkawinannya;
8
R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata BW dengan tambahan Undang-undang Pokok Agraria dan Undang-undang Perkawinan, Jakarta: PT.
Pradnya Paramita, 2007 hal. 567-568.
9
A. Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia Gemuruhnya Politik Hukum Hk. Islam, Hk. Barat, dan Hk. Adat dalam rentang sejarah Bersama pasang surut Lembaga Peradilan
Agama hingga lahirnya Peradilan Syariat Islam Aceh, Jakarta: Kencana, 2006 Hal. 208
49
3. Dengan adanya saksi yang kedua paman pemohon menyatakan bahwa
perkawinan Pemohon dengan Termohon harus diputuskan karena ada larangan yang dilanggar oleh Pemohon dan Termohon dalam menikah secara
Islam.
10
Melihat fakta-fakta yang disimpulkan di atas, Majelis Hakim berpendapat dalam pertimbangan hukumnya adalah melarang dan menolak kepada Pemohon
untuk mengucapkan ikrar Thalak terhadap Termohon, disebabkan antara Pemohon dan Termohon masih ada hubungan darah yaitu seibu. Hal ini sesuai
dengan pasal 39 Kompilasi Hukum Islam KHI Pasal 39 ayat 1 huruf b yang berbunyi:
“Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita disebabkan:karena pertalian nasab dengan seorang wanita keturunan
ayah dan ibu”.
11
Melihat perkara nomor 1723Pdt.G2009PA.Dpk masuk dalam bidang Perkawinan, berdasarkan Pasal 89 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989,
yang telah diubah dengan Undang-undang nomor 3 tahun 2006, Undang-undang nomor 50 tahun 2009, maka semua biaya yang timbul dalam perkara ini
dobebankan kepada Pemohon
10
Salinan Putusan Nomor 1723Pdt.G2009PA.Dpk. Hal 5-6
11
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika Presindo, 1995, hal. 121-122
50
E. Keputusan Majelis Hakim