Menurut Dalami 2009, kecemasan adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar
dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
2. Faktor Predisposisi
Stuart 2006 mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana sigud freud
mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang terjdi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan
juga berhubungan dengan perkembangan trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat Stuart, 2006.
Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk meghindari kepedihan.
Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan
selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai pertentangan antar dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal
Universitas Sumatera Utara
balik antara konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya
meningkatkan konflik yang dirasakan Stuart, 2006. Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Kesemasan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga Stuart, 2006.
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama
aminobutirat GABA, yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat
kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor Stuart, 2006. Menurut Stuart 2006 respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologi,
perilaku, kognitif dan efektif yaitu : a.
Respon fisiologi Gejala somatikfisik otot, meliputi : sakit dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala sensorik meliputi : tinnitus telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan
ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskular jantung dan pembuluh darah, meliputi : takikardia denyut jantung cepat, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi
mengeras, rasa lesulemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang berhenti sekejap. Gejala pernafasan : Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
merasa nafas pendeksesak, sering menarik nafas panjang. Gejala gastrointestinal
Universitas Sumatera Utara
meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual,
muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar konstipasi, kehilangan berat badan. Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat
menahan kencing, tidak datang bulan tidak ada haid, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin frigid, ejakulasi dini.
Adapun gejala – gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah 1 ketegangan motorik alat gerak seperti : gemetar, tegang, nyeri otot,
letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget 2. Hiperaktifitas saraf autonom simpatis dan saraf parasimpatis seperti keringat
berlebihan, jantung berdebar – debar, rasa dingin ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah pucat, denyut
nadi dan nafas cepat 3. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal –hal yang akan datang seperti : cemas, takut, khwatir, membayangkan akan datangnya kemalangan
terhadap dirinya 4. Kewaspadaan berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar Hawari, 2004.
b. Respon perilaku
Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera,
menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.
c. Respon kognitif
Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir,
Universitas Sumatera Utara
lapang persepsi menurun, keativitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali,
takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk. d.
Respon afektif Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu. Menurut suliswati 2005 respons afektif klien akan
mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
3. Tingkat Kecemasan Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat Stuart, 2001 yaitu: