Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Konsep Hipotesis Definisi Operasional Desain Penelitian

kecemasan. Hal ini disebabkan oleh salah satunya adalah kurangnya pengetahuan remaja itu sendiri tentang dismenorhea. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMUN 3 Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan : apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan. b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan. c. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan. Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Remaja Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang dismenorhea. 2. Bagi Institusi Pendidikan D-IV Kebidanan Sebagai bahan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan serta acuan dalam pengembangan ilmu kebidanan yang berkaitan dengan dismenorhea. 3. Bagi Peneliti Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama ini, serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang Maulana, 2009.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, tingkat pengetahuan terdiri dari : a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu“ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara c. Aplikasi Application Aplikasi diatikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. d. Analisis Analysis Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang ada.

3. Proses Penyerapan Pengetahuan

a. Kesadaran Awarennes Kesadaran merupakan tahap di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus objek. b. Merasa tertarik Interest Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. Universitas Sumatera Utara c. Menimbang-nimbang Evaluation Tahap di mana responden menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial Di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diketahui oleh stimulus. e. Adoption Adoption merupakan tahap di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus Notoatmodjo, 2003.

B. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan

Menurut Stuart 2006 definisi kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek spesifik kecemasan dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu rentang. Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan secara intrapersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Suliswati, 2005. Universitas Sumatera Utara Menurut Dalami 2009, kecemasan adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.

2. Faktor Predisposisi

Stuart 2006 mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana sigud freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang terjdi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat Stuart, 2006. Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk meghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai pertentangan antar dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal Universitas Sumatera Utara balik antara konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan Stuart, 2006. Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Kesemasan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga Stuart, 2006. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama aminobutirat GABA, yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor Stuart, 2006. Menurut Stuart 2006 respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu : a. Respon fisiologi Gejala somatikfisik otot, meliputi : sakit dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala sensorik meliputi : tinnitus telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskular jantung dan pembuluh darah, meliputi : takikardia denyut jantung cepat, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lesulemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang berhenti sekejap. Gejala pernafasan : Rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendeksesak, sering menarik nafas panjang. Gejala gastrointestinal Universitas Sumatera Utara meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar konstipasi, kehilangan berat badan. Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, tidak datang bulan tidak ada haid, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin frigid, ejakulasi dini. Adapun gejala – gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah 1 ketegangan motorik alat gerak seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget 2. Hiperaktifitas saraf autonom simpatis dan saraf parasimpatis seperti keringat berlebihan, jantung berdebar – debar, rasa dingin ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah pucat, denyut nadi dan nafas cepat 3. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal –hal yang akan datang seperti : cemas, takut, khwatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya 4. Kewaspadaan berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar Hawari, 2004. b. Respon perilaku Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada. c. Respon kognitif Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, Universitas Sumatera Utara lapang persepsi menurun, keativitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk. d. Respon afektif Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu. Menurut suliswati 2005 respons afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

3. Tingkat Kecemasan Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat Stuart, 2001 yaitu:

a. Kecemasan ringan Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. b. Kecemasan sedang Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. c. Kecemasan berat Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh Universitas Sumatera Utara perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perhatian atau arahan untuk terfokus pada area lain. d. Kecemasan berat sekali atau panik Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai disorganisasi kepribadian.

4. Gejala Klinis Cemas

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut : a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c. Takut sendirian, takut keramaian, dan banyak orang. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya Hawari, 2004. Universitas Sumatera Utara

C. Remaja 1. Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” Inggris, berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis Widyastuti, 2009. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu: a. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. b. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal c. Menurut UU Perkawinan No,1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. d. Menurut World Health Organization WHO, remaja bila anak mencapai umur 10-18 tahun Soetjiningsih, 2004.

2. Ciri-ciri Perubahan Masa Remaja a. Perkembangan nonfisik

Masa remaja, menurut ciri perkembangannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 Masa remaja awal 10-12 tahun, dengan ciri yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya. 2 Masa remaja tengah 13-15 tahun, dengan ciri yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam. 3 Masa remaja akhir 16-19 tahun, dengan ciri yaitu mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.

b. Perubahan fisik pada masa remaja

Perubahan yang terjadi yaitu : 1 Pada remaja laki-laki yaitu muncul tanda seks primer yaitu mimpi basah. Muncul tanda-tanda seks skunder yaitu tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh kumis di atas bibir, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak. 2 Pada remaja perempuan yaitu muncul tanda seks primer yaitu terjadi haid yang pertama menarche. Muncul tanda seks skunder yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar. Universitas Sumatera Utara

c. Perubahan Kejiwaan

Perubahan kejiwaan yang dialami remaja meliputi : 1 Perubahan emosi yaitu : sensitif mudah menangis, cemas, tertawa dan frustasi, mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi. 2 Perkembangan inteligensia yaitu : mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal yang baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru Pinem, 2009.

D. Dismenorhea Nyeri Haid 1. Definisi

Dismenorhea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dibagi menjadi dua yaitu : a. Dismenorhea primer Dismenorhea primer, dengan mula timbulnya beberapa bulan sampai beberapa tahun sesudah menarche, terjadi berhubungan dengan siklus ovulasi. b. Dismenorhea sekunder Dismenorhea sekunder disebabkan oleh keadaan patologik pelvik yang spesifik dan dapat terjadi pada setiap saat selama masa reproduksi pasien Moore, 2001.

2. Etiologi

Etiologi dismenorhea berbeda antara dismenorhea primer dengan sekunder yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Dismenorhea primer Diduga disebabkan oleh kontraksi otot rahim atau iskemi, faktor-faktor psikologis, dan faktor-faktor servikal Moore, 2001. b. Dismenorhea sekunder Disebabkan oleh kelainan ginekologik Wiknjosastro, 2006.

3. Patofisiologi

Wanita dengan dismenorhea mempunyai peningkatan aktifitas rahim, yang ditunjukkan sebagai peningkatan tonus istirahat, peningkatan kontraktilitas, peningkatan frekuensi kontraksi atau kerja yang tak terkoordinasi. Bukti bahwa prostaglandin terlibat dalam dismenorheaa adalah meyakinkan. Cairan haid dari wanita dengan dismenorhea mempunyai kadar lebih tinggi daripada kadar prostaglandin normal Moore, 2001. Prostaglandin adalah C20 hidrokarbon dengan cincin siklopentan dan dihasilkan oleh enzim mikrosom sintetaseprostaglandin dari asam arakidonat. Ketika progesteron disekresi setelah ovulasi, endometrium yang telah mengalami luteinisasi sanggup mensintesis prostaglandin. Jika ada gangguan keseimbangan antara prostasiklin, yang menyebabkan vasodilatasi dan relaksasi miometrium, prostaglandin F 2α , yang menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi miometrium, dan prostaglandin E 2, yang menyebabkan kontraksi miometrium dan vasodilatasi, sehingga kerja PGF 2α lebih menonjol, akan terjadi iskemia miometrium angina uterus dan hiperkontraktilitas uterus. Di samping itu, vasopresin juga berperan pada dismenorhea. Vasopresin meningkatkan sintesis prostaglandin dan dapat bekerja pada arteri-arteri uterus secara langsung Llewellyn, 2001. Universitas Sumatera Utara

4. Tanda-Tanda Klinis

a. Dismenorhea Primer Ada beberapa tanda klinis yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami dismenorhea primer, yaitu : 1 Terjadi pada usia lebih muda 15-25 tahun dan frekuensi menurun sesuai bertambahnya usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan. 2 Sering terjadi pada nullipara 3 Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, permulaan awal 90 mengalami gejala di dalam 2 tahun menarche. 4 Nyeri timbul beberapa jam mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid. 5 Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik 6 Biasanya nyeri paling kuat terasa pada perut bawah dan menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam 7 Tidak dijumpai keadaan patologik pelvik 8 Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik 9 Sering memberikan respons terhadap pengobatan medika mentosa. 10 Pemeriksaan pelvik normal 11 Sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala. b. Dismenorhea sekunder Beberapa tanda klinis yang menggambarkan bahwa seseorang mengalami dismenorhea sekunder, yaitu : 1 Terjadi pada usia lebih tua 30 sampai 40 tahun 2 Tidak berhubungan dengan paritas Universitas Sumatera Utara 3 Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur 4 Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersama dengan keluarnya darah. 5 Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul. 6 Berhubungan dengan kelainan pelvik 7 Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi. 8 Seringkai memerlukan tindakan operatif Mansjoer, 2002.

5. Penanganan

a. Dismenorhea primer 1 Konseling Perlu dijelaskan bahwa dismenorhea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Nasehat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup dan berolahraga bisa membantu mengurangi nyeri. 2 Pemberian obat analgetik Obat analgetik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan lain-lain. 3 Terapi hormonal Dengan cara pemberian pil kombinasi kontrasepsi. 4 Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin 5 Dilatasi kanalis servikalis Merupakan upaya terakhir, apabila usaha-usaha lain gagal Winkjosastro, 2006. Universitas Sumatera Utara Beberapa tips untuk mengurangi dismenorhea primer, yaitu : 1 Mengurangi konsumsi kopi yang mengandung kafein 2 Tidak merokok maupun minum alkohol 3 Mengurangi mengkonsumsi garam dan memperbanyak minum air putih 4 Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, karena kalsium dapat meringankan kram 5 Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran 6 Suhu panas dapat meringankan keluhan, lakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah atau mandi dengan air hangat 7 Olahraga. b. Dismenorhea sekunder Penanganan sesuai dengan penyebabnya Manuaba, 2001. Universitas Sumatera Utara 30 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti Nursalam, 2008. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja puteri tentang dismenorhea dan variabel dependen adalah tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea. Variabel Independen Variabel Dependen Skema 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan remaja puteri tentang dismenorhea. Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea Universitas Sumatera Utara

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala 1. Pengeta huan remaja − Segala sesuatu yang diketahui remaja tentang dismenorhea Kuesioner Chek list − Kurang , jika bisa menjawab 0-10 pertanyaan − Baik, jika bisa menjawab 11-20 pertanyaan Ordinal 2 Tingkat kecemas an − Kebingungan atau kehawatiran remaja pada saat menghadapi dismenorhea Kuesioner Chek list 1. 0-31 = Kecemasan ringan 2. 32-63 = Kecemasan berat Ordinal Universitas Sumatera Utara 32 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional.

B. Populasi dan Sampel