88,5. Seluruh responden menyatakan petugas kesehatan dan kader selalu bersikap baik dalam menanggapi keluhan, 61 orang 100, dan 59 orang
96,7 responden menjawab selalu pada pernyataan petugas kesehatan dan kader memberikan pelayanan sesuai dengan keluhan.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi, dan Persentase pernyataan mengenai kepuasan ibu pengguna popsyandu
No Pernyataan Selalu
Kadang- kadang
Tidak pernah N
N N
1 Pemahaman tentang pelayanan yang
diberikan 93
157 48
78.7 42
68,9 2
Empati sikap peduli 107
175,4 26 31,7
50 81,9
3 Penampilan fisik
178 291,8 5
8,2 -
- 4
Jaminan keamanan 90
147,5 47 7746
45 74,71
5 Keandalan dan keterampilan
118 193.5 34
55,7 -
- 6
Cepat tanggap 117
191,8 53 89,6
7 11,4
2. Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan membahas hasil penelitian karakteristik responden, kinerja petugas posyandu, dan kepuasan ibu pengguna posyandu di
Desa Sei Semayan Kabupaten Deli Serdang.
2.1 Kinerja Petugas Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas usia responden adalah usia 45-54 tahun 40. Penelitian yang pernah diakukan oleh Adjad
dalam Puspasari 2002 menemukan bahwa sebagian besar kader yang aktif di
Universitas Sumatera Utara
Posyandu berumur di atas 25 tahun. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan adat ketimuran yang tidak membenarkan yang muda mengajari yang tua, sehingga
kader yang berusia muda segan untuk melakukan penyulihan dan memberikan nasehat kepada kader yang berusia lebih tua. Namun bila dilihat dari segi
kemampuan menerima informasi, kader yang berumur lebih muda akan lebih mudah menerima dan memahami informasi-informasi baru untuk pembaruan yang
berkaitan dengan kemajuan Posyandu dibandingkan dengan kader yang berusia lebih tua. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock 1999 yang menyebutkan
bahwa usia dini merupakan usia yang produktif dan belum terjadi penurunan daya ingat, sehingga akan lebih mudah menerima dan memahami informasi baru yang
diberikan. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas kader berpendidikan SMP
46,7. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan kader sudah cukup untuk menerima tugas-tugas sebagai kader. Penelitian Hartoyo dkk 2000 yang dikutip
oleh Puspasari, 2002 menyebutkan bahwa sebaiknya kader berpendidikan SMP karena memiliki kemampuan dan daya pikir yang cukup untuk menjalankan tugas
sebagai kader. Pendidikan kader berhubungan dengan pendidikan kader dalam pelaksanaan tugas-tugas di Posyandu oleh karena itu kinerja posyandu sangat
tergantung pada kualitas kader. Hal ini sejalan dengan pendapat Kopelmen 1986, yang dikutip oleh Sihite 2005 bahwa pendidikan mempunyai efek 10-15
terhadap kinerja seseorang. Kader merupakan motor penggerak posyandu yang sampai saat ini masih
diakui eksistensinya dalam menggerakkan keluarga untuk hidup sehat yng
Universitas Sumatera Utara
diwujudkan dengan pengelolaan posyandu sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan posyandu sangat ditentukan oleh kinerja kader. Menurut Maier
dalam Puspasari 2002 kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Dari studi kepustakaan tersebut dapat dikatakan
bahwa kinerja kader dapat diukur berdasarkan uraian tugasnya baik pada saat hari pelaksanaan Posyandu maupun diluar hari pelaksanaan Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kinerja petugas posyandu dalam kategori kinerja baik 83,3. Kinerja individu dikatakan baik jika tujuan dari
suatu pekerjaan itu dapat dilakukan dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang baik yang dapat dirasakan oleh orang lain. Baik atau buruknya suatu kinerja
dipengaruhi oleh banyak hal antara lain kemampuan pribadi yang mereka miliki, motivasi dan dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka
lakukan, hubungan mereka dengan organisasi, kemampuan manajer, kesenjangan proses, masalah lingkungan dan situasi pribadi dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang berdampak pada organisasi tempat kerja yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Mathis
Jackson 2001, Jones 2002. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kader memiliki kemampuan yang
baik dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Hal ini sangat diperlukan oleh kader untuk meningkatkan motivasi kerja agar tercapainya peningkatan kinerja
menjadi lebih baik, mengingat bahwa kader melaksanakan tugasnya dengan sukarela. Dukungan tokoh masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan diri kader
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dukungan tidak hanya bersifat materil tetapi
Universitas Sumatera Utara
juga dalam bentuk moril sehingga jika kader menemukan hambatan dalam pekerjaannya dapat melibatkan tokoh masyarakat dalam mengatasi hambatan
tersebut Puspasari, 2002. Sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja
posyandu. Untuk kelancaran kegiatan posyandu perlu disediakan tempat yang memadai, selain itu juga diperlukan alat-alat penunjang lain seperti timbangan,
KMS, lembar balik untuk melakukan penyuluhan dan buku register untuk mencatat hasil kegiatan posyandu. Semua sarana dan prasarana disediakan oleh
dinas kesehatan, namun karena keterbatasan dana banyak posyandu yang belum memiliki sarana yang baik. Dan ini akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan
posyandu. Hasil penelitian menyebutkan kader nyaman dengan tempat pelaksanaan posyandu dan fasilitas yang digunakan juga cukup memadai. Hal ini
sejalan dengan pendapat Yazid 1991 dalam Puspasari 2002, sarana yang tersedia di Posyandu merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi
kelancaran pelayanan serta mempengaruhi mutu dan jenis kegiatan di posyandu.
2.2 Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu