Determinan Kinerja Kader Posyandu Dalam Menuju Revitalisasi Posyandu Di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

(1)

DETERMINAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM MENUJU REVITALISASI POSYANDU DI KECAMATAN PANTAI LABU

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

T E S I S

Oleh

VITRIAH MURSALIN NIM : 0773039/PKIP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

DETERMINAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM MENUJU REVITALISASI POSYANDU DI KECAMATAN PANTAI LABU

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

VITRIAH MURSALIN NIM : 0773039/PKIP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Judul Tesis : DETERMINAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM MENUJU REVITALISASI POSYANDU DI KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Vitriah Mursalin Nomor Pokok : 07731039

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Konsentrasi : Promosi dan Ilmu Perilaku Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.dr.Guslihan Dasatjipta,Sp.A(K)) (Drs Tukiman)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr.Drs.R. Kintoko Rochadi, MKM (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B., MSc)


(4)

ABSTRAK

Revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali daerah yang tidak berfungsi posyandu, yang pada masa silam pernah berjalan, atau mengendalikan, dan mengembangkan daerah, sehingga diharapkan dapat peningkatan kualitas hidup dan peningkatan status gizi serta derajat kesehatan. Upaya revitalisasi posyandu membutuhkan kader-kader posyandu yang aktif dan mempunyai kinerja yang baik dalam melaksanakan seluruh kegiatan-kegiatan posyandu. Kecamatan Pantai Labu mempunyai 54 kader posyandu yang aktif dari 87 kader posyandu yang ada, dan seharusnya memiliki 210 kader posyandu.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan pendekatan cross sectional study bertujuan untuk menganalisis determinan kinerja kader posyandu di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang aktif di kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang berjumlah 54 kader sekaligus menjadi sampel penelitian. Metode pengumpulan data meliputi data primer melaui wawancara dan data sekunder yang diperoleh catatan dokumen Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Pantai labu. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan Terdapat hubungan signifikan pendidikan (p=0,004), dan motivasi (p=0,015) dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang. Tidak terdapat hubungan umur (p=0,160), dan pekerjaan (p=0,114) dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan variabel pendidikan (ß=0,495; p=0,009), dan variabel motivasi (ß=0,489;p=0,002) merupakan variabel paling berhubungan dengan kinerja kader kader posyandu di Kecamatan Pantai labu.

Kepada Puskesmas Pantai Labu Kecamatan Pantai Labu supaya mengakomodir dan memberdayakan seluruh kader posyandu dalam setiap kegiatan-kegiatan puskesmas dan mengadakan jenis perlombaan kader posyandu terbaik, dan kepada perangkat desa supaya lebih intensif dalam mengikutsertakan kader posyandu dalam kegiatan-kegiatan sosial di kecamatan Pantai labu sebagai bentuk penghargaan terhadap kader posyandu.


(5)

ABSTRACT

Revitalization is an attempt to reactivate the area with in active posyandu (integrated service post) or to control and develop an area which is expected to be able to improve the quality of life, nutrient status, and health level of the local community. The attempt to revitalize the posyandu needs the active cadres with good performance in implementing all of the posyandu’s activities. Pantai Labu Sub-district has currently 54 avtive cadres of posyandu out of the available 87 cadres of posyandu although this district should have 210 cadres of posyandu.

The purpose of this survey study with cross-sectionel approach is to analyze the performance determinant of the cadres of posyandu in Pantai labu Sub-district, Deli Serdang District in 2009. The population of this study were all of the 54 active cadres of posyandu and all of them were selected to be the samples of this study. The primary data for this study were obtained through interviws and the secondary data were obtained through studying the documents available in the office of Deli Serdang District Health Service and Pantai Labu Puskesmas. The data obtained were analyzed through Chi-Square and multiple linear regression test at the level of confidence of 95%.

The result of this study shows that there was a significant relationship between education (p = 0.004) and motivation (p = 0.015) and the performance of the cadres of posyandu in Pantai Labu Sub-District, Deli Serdang District. The variabels of age (p = 0.160) and occupation (p = 0.114) did not show any relationship with the performance of the cadres of posyandu in Pantai Labu Sub – district Deli Serdang District. The multiple linear regression test shows that education (β = 0.495; p = 0.009) and motivation (β = 0.489; p = 0.002) were the most related variables to the performance of the cadres of posyandu in Pantai Labu Sub- district.

The Head of Puskesmas Pantai Labu, Pantai Labu Sub-district should accommodate and empower all the cadres of posyandu in each activity of Puskesmas and organize a conpetition to select the best cadres of posyandu. As an appreciation for the cadres of posyandu, the village administration should be more intent in encouraging the cadresof posyandu to participate in all social activities organized in Pantai Labu Sub-district.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Determinan Kinerja Kader Posyandu Menuju Revitalisasi Posyandu Di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi dan Ilmu Perilaku Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Bapak Prof.Chairuddin P.Lubis, DTMH& Sp.A(K).

Selanjutnya kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.Drs. R Kintoko Rochadi, MKM selaku ketua Program Studi Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan juga kepada Ibu dr. Halida Sari Lubis, MKK selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara


(7)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof.dr.Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K) selaku ketua komisi Pembimbing dan Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

Tak terhingga terima kasih saya ucapkan kepada suami tercinta dan anak tercinta yang telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.

Selanjutnya terima kasih penulis kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Agustus 2009


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Vitriah Mursalin lahir di Medan pada tanggal 20 September 1971, anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Ayahanda Mursalin dan Ibunda Ratna. Menikah dengan M. Jaffar S. Pada tanggal 13 Desember 1992 dan telah dikaruniai dua orang putra dan 2 orang putri, sekarang menetap di Jalan Rencong No. 32 Medan. Memulai pendidikan di SD Negeri Guru Patimpus Medan lulus tahun 1983, melanjutkan pendidikan di SMP Budi Utomo Medan lulus tahun 1986. kemudian melanjutkan pendidikan di SPK Malahayati Medan lulus tahun 1989. selanjutnya meneruskan pendidikan di Sekolah Pembantu Ahli Gizi lulus tahun 1992. Kemudian melanjutkan pendidikan DI Kebidanan Sari Mutiara lulus tahun 1997 selanjutnya meneruskan pendidikan S1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara di Medan dan selesai tahun 2003.

Pernah bekerja sebagai tenaga perawat di Ruang Bedah R.S. Malahayati dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1995, kemudian tahun 2001 sampai sekarang bekerja di Akademi Kebidanan Nusantara 2000 Medan.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Hipotesis Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 Posyandu ... 10

2.2 Program Posyandu ... 15

2.3 Cakupan Imunisasi ... 19

2.4 Revitalisasi Posyandu... 26

2.5 Kinerja Kader ... 36

2.6 Landasan Teori... 41

2.7 Kerangka Konsep ... 42

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 43

3.1. Jenis Penelitian ... 43

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 44

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 46

3.6. Metode Pengukuran ... 48

3.7. Analisis Data ... 50

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

4.2. Karakteristik Kader Posyandu ... 52

4.3. Motivasi Kader... 53

4.4. Kinerja Kader Posyandu ... 55


(10)

4.6. Hubungan Motivasi Kader Posyandu dengan Kinerja Kader

Posyandu ... 57

4.7. Hasi Uji Regresi Linear Berganda ... 57

BAB 5 PEMBAHASAN... 59

5.1.Kinerja Kader Posyandu ... 59

5.2.Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja Kader Posyandu .... 61

5.3.Hubungan Motivasi Kader Posyandu dengan Kinerja Kader Posyandu... 65

5.4.Upaya Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang ... 67

5.5.Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44 4.1. Distribusi Kader Posyandu Berdasarkan Karakteristik Individu di

kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang ... 52 4.2. Distribusi Kader Posyandu Berdasarkan Insentif di kecamatan Pantai

labu Kabupaten Deli Serdang ... 53 4.3. Distribusi Kader Posyandu Berdasarkan Tanggung Jawab di kecamatan

Pantai labu Kabupaten Deli Serdang ... 54 4.4. Distribusi Kader Posyandu Berdasarkan Motivasi di kecamatan Pantai

labu Kabupaten Deli Serdang ... 54 4.5. Distribusi Kinerja Kader Posyandu di kecamatan Pantai labu Kabupaten

Deli Serdang ... 55 4.6. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja Kader Posyandu ... 55 4.7. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja Kader Posyandu di

kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang ... 57 4.8. Hasil Uji Regresi Logistik ... 58


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 77 2. Hasi Pengolahan Data Penelitian ... 80 3 Surat Keterangan Izin Penelitian ... 88


(14)

ABSTRAK

Revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali daerah yang tidak berfungsi posyandu, yang pada masa silam pernah berjalan, atau mengendalikan, dan mengembangkan daerah, sehingga diharapkan dapat peningkatan kualitas hidup dan peningkatan status gizi serta derajat kesehatan. Upaya revitalisasi posyandu membutuhkan kader-kader posyandu yang aktif dan mempunyai kinerja yang baik dalam melaksanakan seluruh kegiatan-kegiatan posyandu. Kecamatan Pantai Labu mempunyai 54 kader posyandu yang aktif dari 87 kader posyandu yang ada, dan seharusnya memiliki 210 kader posyandu.

Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan pendekatan cross sectional study bertujuan untuk menganalisis determinan kinerja kader posyandu di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang aktif di kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang berjumlah 54 kader sekaligus menjadi sampel penelitian. Metode pengumpulan data meliputi data primer melaui wawancara dan data sekunder yang diperoleh catatan dokumen Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Pantai labu. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan Terdapat hubungan signifikan pendidikan (p=0,004), dan motivasi (p=0,015) dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang. Tidak terdapat hubungan umur (p=0,160), dan pekerjaan (p=0,114) dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Pantai labu Kabupaten Deli Serdang. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan variabel pendidikan (ß=0,495; p=0,009), dan variabel motivasi (ß=0,489;p=0,002) merupakan variabel paling berhubungan dengan kinerja kader kader posyandu di Kecamatan Pantai labu.

Kepada Puskesmas Pantai Labu Kecamatan Pantai Labu supaya mengakomodir dan memberdayakan seluruh kader posyandu dalam setiap kegiatan-kegiatan puskesmas dan mengadakan jenis perlombaan kader posyandu terbaik, dan kepada perangkat desa supaya lebih intensif dalam mengikutsertakan kader posyandu dalam kegiatan-kegiatan sosial di kecamatan Pantai labu sebagai bentuk penghargaan terhadap kader posyandu.


(15)

ABSTRACT

Revitalization is an attempt to reactivate the area with in active posyandu (integrated service post) or to control and develop an area which is expected to be able to improve the quality of life, nutrient status, and health level of the local community. The attempt to revitalize the posyandu needs the active cadres with good performance in implementing all of the posyandu’s activities. Pantai Labu Sub-district has currently 54 avtive cadres of posyandu out of the available 87 cadres of posyandu although this district should have 210 cadres of posyandu.

The purpose of this survey study with cross-sectionel approach is to analyze the performance determinant of the cadres of posyandu in Pantai labu Sub-district, Deli Serdang District in 2009. The population of this study were all of the 54 active cadres of posyandu and all of them were selected to be the samples of this study. The primary data for this study were obtained through interviws and the secondary data were obtained through studying the documents available in the office of Deli Serdang District Health Service and Pantai Labu Puskesmas. The data obtained were analyzed through Chi-Square and multiple linear regression test at the level of confidence of 95%.

The result of this study shows that there was a significant relationship between education (p = 0.004) and motivation (p = 0.015) and the performance of the cadres of posyandu in Pantai Labu Sub-District, Deli Serdang District. The variabels of age (p = 0.160) and occupation (p = 0.114) did not show any relationship with the performance of the cadres of posyandu in Pantai Labu Sub – district Deli Serdang District. The multiple linear regression test shows that education (β = 0.495; p = 0.009) and motivation (β = 0.489; p = 0.002) were the most related variables to the performance of the cadres of posyandu in Pantai Labu Sub- district.

The Head of Puskesmas Pantai Labu, Pantai Labu Sub-district should accommodate and empower all the cadres of posyandu in each activity of Puskesmas and organize a conpetition to select the best cadres of posyandu. As an appreciation for the cadres of posyandu, the village administration should be more intent in encouraging the cadresof posyandu to participate in all social activities organized in Pantai Labu Sub-district.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2004).

Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang merupakan arah dan tujuan serta serangkaian upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi pembangunan kesehatan antara lain memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau (Depkes RI, 2001).

Keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat. Salah satu peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaran upaya kesehatan masyarakat strata pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat (UKBM). Upaya kesehatan yang bersumber masyarakat ini telah dikembangkan, salah satunya adalah Posyandu (Depkes RI, 2004).

Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraannya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan


(17)

dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, oleh sebab itu masyarakat diharapkan aktif membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya yaitu dalam bentuk peran serta atau partisipasi di dalam Posyandu setiap bulan yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita (Depkes RI, 2001).

Sejak pencanangan Posyandu di tahun 1986, berbagai hasil telah dicapai antara lain, angka kematian ibu dan bayi telah berhasil diturunkan dan umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna (signifikan). Jika pada tahun 1995 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masing-masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 1995) serta 60/1000 kelahiran hidup (Susenas, 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 307/100000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi 45/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara Umur Harapan Hidup rata-rata meningkat dari 45 tahun 1970 manjadi 66,2%/tahun, pada tahun 2000 (DDKI, 2003).

Posyandu merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat yang strategis dibidang pelayanan kesehatan masyarakat. Kader memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan Posyandu di lapangan sehingga keberadaannya perlu dipertahankan. Persentase kader aktif nasional adalah 69,2% dan kader drop out sebesar 30,8%. Revitalisasi Posyandu secara nasional di canangkan oleh Mendagri pada tahun 1999 sebagai upaya membangkitkan kinerja Posyandu termasuk di dalamnya adalah kader (Mastuti, 2003).


(18)

Dengan pentingnya upaya Revitalisasi Posyandu dimaksud, mengharapkan agar jajaran Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota untuk

mensosialisasikan pedoman tersebut serta mengkoordinasikan pelaksanaannya pada tingkat pengelola dan dengan melibatkan peran serta masyarakat (LSM, organisasi kemasyarakatan, sektor swasta, dunia usaha, lembaga/negara donor atau Organisasi Internasional), agar pelaksanaan akselerasi Revitalisasi Posyandu dapat berlangsung secara optimal (Depkes RI, 2001).

Hasil peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Anita Syafridah (2003) di Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara, diperoleh bahwa upaya Revitalisasi Posyandu yang diteliti hasilnya tidak berjalan karena kurangnya kader disetiap pos penimbangan, dan peneliti hanya dominan kepada keaktifan kader saja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan, dkk (2007) di Kabupaten Tenggamus Provinsi Lampung, diperoleh bahwa adanya pengaruh dari Revitalisasi Posyandu yaitu peningkatan jumlah kader dari 3-4 kader yang aktif menjadi 6-7 kader yang aktif.

Tenaga utama pelaksana posyandu adalah kader posyandu, yang kualitasnya sangat menentukan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan yang dilaksanakan. Dengan demikian, kemampuan kader harus dikembangkan untuk berpotensi secara maksimal, dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tugas yang diemban dalam mengelola posyandu, agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2001).


(19)

Kader sebagai salah satu sub system dalam posyandu yang bertugas untuk mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu diantaranya adalah pelatihan, dan motivasi. (Sahrul, 2006).

Motivasi sumber daya manusia dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh berbagai hal dan beraneka baik antar individu maupun di dalam diri individu pada waktu-waktu berlainan. Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi suatu kebutuhan individual (Robbins, 2001).

Kinerja merupakan hasil dari perilaku karyawan, dalam perspektif teori harapan (expectancy), kinerja adalah merupakan hasil perkalian dari motivasi dan kemampuan (ability) (Gibson, 1997). Hasil Lokakarya Nasional Peningkatan Fungsi dan Kinerja Posyandu sebagaimana telah disampaikan melalui Surat Menteri Dalam Negeri No. 411.1/1180/PMD tanggal 25 Agustus 2000, maka Revitalisasi Posyandu perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Dengan demikian upaya akselerasi terhadap pelaksanaan Revitalisasi Posyandu masih perlu guna mendukung dan membina terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2001). Tujuan revitalisasi posyandu adalah untuk mengoptimalkan fungsi Posyandu dalam rangka meningkatkan gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak sebagai upaya mencegah terjadinya kehilangan generasi penerus melalui percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak.


(20)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara jumlah Posyandu pada tahun 2007 ada 14.533 yang terdiri dari Posyandu Pratama 4.960 (34,13%), Posyandu Madya 7.054 (48,54%), Posyandu Purnama 2.338 (16,09%) dan Posyandu Mandiri 181 (1,25%). Sedangkan menurut strata dari tahun 2005-2007 khusus persentase Posyandu Purnama dan Mandiri baru mencapai 17,34%, angka ini masih jauh dari target yaitu 40% (Dinkes SU, 2007).

Data Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2007), Posyandu aktif (Posyandu Purnama) yang ada di Kabupaten Deli Serdang meningkat dalam kurun waktu selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu pada tahun 2005 sebesar 0,3%, tahun 2006 menjadi 7,7% dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 18,5%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2007

Jumlah Posyandu Persentase Posyandu Tahun

Prata ma

Madya Purna ma

Man diri

N Prata ma

Madya Purna ma Man diri Posyan du Aktif (%)

2005 405 919 4 0 1328 30,5 69,2 0,3 0 0,3 2006 452 820 106 0 1378 32,8 59,5 7,7 0 7,7 2007 206 908 253 0 1367 15,1 66,4 18,5 0 18,5

Sumber Dinkes Kabupaten Deli Serdang (2007)

Berdasarkan survai awal di Kecamatan Pantai Labu pada bulan Oktober 2008, bahwa di Kecamatan Pantai Labu terbagi menjadi 19 desa dengan jumlah Posyandu ada 42 yang terdiri dari Posyandu Pratama 30 (71,43%) dan Posyandu Madya 12 (28,57%). Sementara itu jumlah kader yang ada 87 kader, sedangkan yang aktif 54 kader, sedangkan untuk jumlah kader yang seharusnya berjumlah 210 kader. Ini


(21)

berarti setiap posyandu rata-rata hanya memiliki 1-2 orang kader saja. Idealnya, jumlah kader yang diharuskan dalam kegiatan di Posyandu adalah 5 orang. Supaya kinerja kader Posyandu dapat berjalan baik, maka diberikan pemberian insentif sebagai bentuk motivasi terhadap kinerja kader Posyandu. Insentif yang diberikan berupa uang sejumlah Rp.50.000, untuk setiap posyandu per bulan. Biasanya insentif ini diberikan secara berkala yaitu tiap tiga bulan sekali.

Sedangkan dari laporan bulanan Puskesmas pada bulan Oktober 2008 jumlah balita yang terdaftar di Posyandu dan mempunyai KMS ada 4.397 balita. Kegiatan pemantauan imunisasi balita di posyandu didukung oleh sumber daya kesehatan, seperti petugas gizi dan Juru Imunisasi (JURIM), karena dari 5 (lima) program Posyandu salah satunya yaitu tentang pemberian imunisasi bagi balita. Namun dari data Revitalisasi Posyandu tentang cakupan imunisasi (2007), hanya 989 (22,5%) balita yang diimunisasi, hal ini berarti masih ada (77,5%) balita yang belum diimunisasi ke Posyandu, karena kurangnya kesadaran dari masyarakat sendiri untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu. Masih tingginya masalah kesehatan yang terjadi didalam sebuah komunitas masyarakat tidak terlepas dari peranan yang dilakukan kader disebuah posyandu. Kader sebagai salah satu sub system dalam posyandu yang bertugas untuk mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan

Kinerja yang baik merupakan salah satu sasaran organisasi dalam mencaapi produktifitas yang tinggi. Tercapainya kinerja yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan


(22)

untuk memantau produktivitas kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa maupun pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya dan seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu dikembangkan hal-hal seperti : kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerjasama saling menguntungkan serta partisipasi seutuhnya (Wangmuba, 2009).

Perlunya kader di dalam setiap kegiatan Posyandu seperti kunjungan rumah kepada masyarakat dibutuhkan kader yang aktif dan terlatih dengan harapan untuk mendapatkan suatu hasil yang bisa dikembangkan sebagai upaya revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pantai Labu, sehingga masyarakat tidak ragu-ragu untuk memakai pelayanan Posyandu. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan determin kinerja kader Posyandu dalam menuju Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Permasalahan

Perlunya kader yang aktif dan terlatih disetiap Posyandu dalam meningkatkan revitalisasi Posyandu sangat berpengaruh terhadap program revitalisasi Posyandu, sehingga masyarakat akan memanfaatkan pelayanan Posyandu. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui determin kinerja kader Posyandu dalam menuju Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan kinerja kader Posyandu dalam menuju Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

1.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan umur, pendidikan dan pekerjaan dengan kinerja kader Posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

2. Ada hubungan motivasi kader Posyandu dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam memningkatkan dan pemberdayaan posyandu guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang manfaat Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3. Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yagn terlatih dibidang kesehatan menyelenggarakan 5 (lima) program prioritas secara terpadu pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan bantuan pelayanan dari petugas Puskesmas, bagi jenis pelayanan dimana msayrakat tidak mampu memberikan sendiri (Depkes RI, 1986).

2.1.1. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan mayarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan tehnis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategi untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam meningkatkan mutu manusia dimasa mendatang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 (tiga) intervensi (Sembiring, N. 2004), yaitu :

1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.


(25)

2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.

3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Agar kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat setempat maka kader dan pemuka masyarakat berperan untuk menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa Posyandu adalah milik warga. Pemerintah khususnya petugas kesehatan hanya berperan membantu (Azwar, 2002).

Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes, Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu : (1) Posyangu Pratama; (2) Posyandu Madya; (3) Posyandu Purnama dan (4). Posyandu Mandiri (Depkes RI, 2006).

1. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.


(26)

2. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.

3. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.


(27)

Secara sederhana indikator untuk tiap peringkat Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Tingkat Perkembangan Posyandu

No. Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Frekuensi Penimbangan < 8 > 8 > 8 > 8 2. Rerata Kader Tugas < 5 ≥ 5 ≥ 5 ≥ 5 3. Rerata Cakupan D/S < 50% < 50% ≥ 50% ≥ 50% 4. Cakupan Kumulatif KIA < 50% < 50% ≥ 50% ≥ 50% 5. Cakupan Kumulatif KB < 50% < 50% ≥ 50% ≥ 50% 6. Cakupan Kumulatif Imunisasi < 50% < 50% ≥ 50% ≥ 50%

7. Program Tambahan - - + +

8. Cakupan Dana Sehat < 50% < 50% < 50 ≥ 50% Sumber : Depkes RI (2006).

2.1.2. Tujuan Penyelenggara Posyandu

Secara umum tujuan penyelenggara posyandu adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2006) :

1. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka kelahiran

2. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu ), ibu hamil dan ibu nifas 3. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS)

4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan


(28)

Sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1 tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS (pasangan usia subur).

2.1.3. Manfaat Posyandu

Adapun manfaat dari Posyandu adalah sebagai berikut : 1. Bagi Masyarakat

Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2. Bagi Kader

Pengurus posyandu dan tokoh masyarakat mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

3. Bagi Puskesmas

Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

4. Bagi Sektor Lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat

b. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan terpoksi masing-masing sektor (Wikipedia, 2007).


(29)

2.2. Program Posyandu

Program kegiatan yang dilakukan di Posyandu, yang sekaligus masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan antara lain mencakup: keluarga berencana (KB), kesehatan ibu dan anak, imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare (Sembiring, 2004).

2.2.1. Keluarga Berencana (KB)

Pemerintah dalam rangka mengupayakan kesejahteraan masyarakat selain melalui pembangunan dalam bidang ekonomi, pembangunan fisik maka upaya yang tidak kalah penting adalah melalui pertumbuhan penduduk supaya tidak berlebihan. Upaya yang menyangkut pertumbuhan penduduk tersebut adalah melalui program keluarga berencana (Depkes RI, 2006).

Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperjarang untuk membina kesehatan bagi keluarga. Keberhasilan KB harus diikuti dengan penurunan angka kematian bayi dan anak balita atau ibu keluarga atau sebaliknya, untuk itu maka perlu adanya upaya peningkatan pelestarian pemakaian alat kontrasepsi yang efektif serta pengayoman medis terhadap penderita. Dalam pelayanan Keluarga berencana di posyandu antara lain : pembagian pil KB atau kondom, suntikan KB, konsultasi KB, alat kontrasepsi dalam rahim dan imflan (susuk) (Depkes RI, 2006).


(30)

2.2.2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Bahwa salah satu hal yang penting untuk mendukung keberhasilan melahirkan bayi yang sehat adalah seorang ibu yang sehat di waktu kehamilannya. Bayi yang akan lahir dari seorang ibu ditumbuhkan oleh gizi di dalam rahim. Zat gizi tersebut diambil dari bagian lain tubuh ibu melalui tali pusat. Bila ibu hamil kurang makan, maka bayi yang akan dilahirkan kecil dan lemah karena itu kesehatan ibu amatlah penting. Didalam program posyandu dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu pemberian pil tambah darah (ibu hamil), pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), Imunisasi, penimbangan balita, pemberian oralit dan pemberian makanan tambahan (PMT) (Depkes RI, 2006).

Kesehatan ibu hamil yang harus diperhatikan meliputi sebagai berikut : a. Ibu hamil harus makan lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil b. 1-2 piring nasi lebih banyak dari biasa dalam satu hari, ditambah dengan

sayur dan buah

c. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan minimal 4 kali selama hamil

d. Mendapatkan imunisasi tetanus toxoid (TT) sebanyak 2 kali

Sedangkan yang perlu diperhatikan untuk ibu menyusui dan nifas mencakup : a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, untuk ibu nifas perawatan

kebersihan jalan lahir (vagina).

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi dan tablet besi c. Perawatan payudara


(31)

d. Senam ibu nifas

e. Jika ada tenaga kesehatan dan tersedia ruangan dilakukan pemeriksaan kesehtan umum, pemeriksaan payudara

f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ada ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2.2.3. Pelayanan Gizi

Tujuan pelayanan gizi yang utama adalah untuk menurunkan angka Kurang Kalori Protein (KKP) dan kebutaan karena kekurangn vitamin A pada balita, serta anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien dengan jalan memadukan kegiatan-kegiatan penyuluhan gizi, pelayanan kesehatan dasar dan keluarga berencana di posyandu. Dengan demikian sasaran pelayanan gizi di posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Pelayanan gizi di Posyandu meliputi : pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan berat badan balita, pendistribusian kapsul vitamin A, zat besi (Fe), pemberian larutan oralit, penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan (Depkes RI, 1990).

2.2.4. Imunisasi

Imunisasi balita berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tingkat kekebalan terhadap penyakit tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 1997).


(32)

Imunisasi didapatkan oleh anak melalui pemberian vaksin secara sengaja. Imunisasi yang diberikan terdiri dari imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC (Tubercolosis), imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus, imunisasi Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan, imunisasi Campak untuk mencegah penyakit campak dan imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1999).

Setiap anak sebelum umur 1 tahun harus mendapatkan imunisasi lengkap. Imunisasi yang diberikan pada waktu kegiatan di Posyandu antara lain BCG, DPT I, II, III, Polio I, II, III,IV, Campak pada umur 9 bulan dan Hepatitis B (Depkes RI, 1990).

Menurut program Departemen Kesehatan RI (1996), pemberian imunisasi lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, Campak satu kali dan Hepatitis B tiga kali.

2.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Menurut Depkes RI (2002), diare (mencret) adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal dan konsistensinya lebih lembek atau cair. Diare dapat terjadi secara perlahan-lahan, bertahap, tiba-tiba dan perkembangannya cepat sekali. Diare adalah penyebab utama kematian balita. Penanggulangan diare dapat dilakukan dengan : memberikan oralit, bila oralit tidak ada membuat larutan gula garam, asi dan makanan terus diberikan kepada anak seperti biasa.


(33)

2.3. Cakupan Imunisasi

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta kecacatan bayi dan balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dangan imunisasi seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak. Idealnya bayi harus mendaapt imunisasi dasar lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis B 3 kali dan campak 1 kali. Berdasarkan laporan Dinkes Kabupaten Deli Serdang, persentase bayi yang diimunisasi lengkap sebesar 92,30% (Dinkes Deli Serdang, 2007).

2.3.1. Pengertian Imunisasi

Menurut Markum, AH, (2000), imunisasi yaitu suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti, untuk digunakan melawan kuman/bibit penyakit yang menyerang tubuh.

Sedangkan menurut Notoatmodjo, (1997) imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Kekebalan terhadap suatu penyakti menular dpat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :


(34)

1. Kekebalan Tidak Spesifiknon Spesifik Resistance

Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya reflek-reflek tertentu misalnya batuk, bersin dan sebagainya.

2. Kekebalan Spesifik (specipice resistance)

Kekebalan specifik dapat diperoleh dari dua sumber yaitu : a. Genetik

Kekebalan yang berasal dari sumber genetic ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (Negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium Falciparum, dari pada orang yang mempunyai hemoglobin AA. b. Kekebalan yang diperoleh (acq uaied immunity)

Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam tubuh dimasukkan organisme pathogen (bibit) penyakit. Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria dan tetanus, maka bayi


(35)

akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum anti body dan manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja) (Notoatmodjo, 1997).

2.3.2. Jenis-Jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi yaitu : a. Imunisasi pasif (pasive immunization)

Imunisasi pasif ini adalah “Inmuno globulin” jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak)

b. Imunisasi aktif (active immunization)

Imunisasi yang diberikan pada anak adalah : - BCG, untuk mencegah panyakit TBC

- DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, partusis dan tetanus

- Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis dan campak untuk mencegah penyakit campak (measles).

2.3.3. Cara Pemberian Imunisasi atau Vaksin

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Jenis-jenis vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia adalah :


(36)

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), cara pemberiannya yaitu

- Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)

- Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali

- Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml)

- Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. 2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), cara pemberiannya yaitu :

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

- Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis

- Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)

- Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga


(37)

- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

3. Vaksin TT (Tetanus Toksoid), cara pemberiannya yaitu :

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

- Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular, atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke 4 dan ke 5 diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan periode trimester pertama

- Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2ºC 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga

5. VVM masih dalam kondisi A atau B

- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak bisa digunakan untuk hari berikutnya


(38)

4. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus), cara pemberiannya yaitu :

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

- Disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td

- Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan kriteria :

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Strilitasnya terjaga

5. VVM masih dalam kondisi A atau B

- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya

5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine =OPV), cara pemberiannya yaitu :

- Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu

- Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru - Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan


(39)

1. Vaksin belum kadaluarsa

2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2º C 8ºC 3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga

5. VVM masih dalam kondisi A atau B

6. Vaksin Campak. Merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, cara pemberian:

- Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut

- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah

cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.

7. Vaksin Hepatitis B. Merupakan vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari HbsAg yagn dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorphl) menggunakan teknologi DNA rekombinan. Cara pemberian :

- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadai homogen

- Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha


(40)

- Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan) (Depkes RI, 2005).

2.3.4. Tujuan dan Sasaran Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse. Imunisasi bermanfaat untuk melindungi anak balita dari beberapa penyakit infeksi yang berbahaya. Sasaran imunisasi adalah bayi dibawah umur 1 tahun (0-12 bulan), ibu hamil (awal kehamilan – 8 bulan), wanita usia subur (calon mempelai wanita) dan anak sekolah dasar kelas I dan VI. Setiap anak sebelum umur 1 tahun harus mendapatkan cakupan imunisasi lengkap (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Depkes RI (2005), sasaran imunisasi meliputi imunisasi pada anak sekolah untuk DT dan TT yang dikenal dengan Bulan imunisasi Anak Sekolah (BIAS), TT pada wanita usia subur (WUS), crash program pada Balita maupun cath up campaign campak pada anak sekolah yang dilanjutkan dengan BIAS Campak

2.4. Revitalisasi Posyandu

2.4.1. Pengertian Revitalisasi Posyandu

Revitalisasi Posyandu adalah upaya pemberdayaan kembali Posyandu sebagai salah satu upaya untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi tahun 1997 pada penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi Posyandu diperlukan untuk menunjang program JPSBK baik dalam PMT pemulihan maupun dalam


(41)

penemuan sasaran yang berhak dan perlu mendapatkan bantuan program JPSBK. Upaya revitalisasi Posyandu harus dikembangkan meskipun krisis sudah teratasi sebagai upaya permanen mempertemukan kebutuhan masyarakat dengan ketersediaan layanan oleh petugas kesehatan untuk menjaga keluarga sehat tetap sehat (Depkes RI, 2001).

Revitalisasi Posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat, yang secara umum terpuruk sebagai akibat langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan setiap keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya manusia, diperlukan upaya Revitalisasi Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen perwujudan kesejahteraan keluarga.

Untuk melaksanakan Revitalisasi Posyandu perlu dihimpun seluruh kegiatan masyarakat agar berperan serta secara aktif sesuai dengan kemampuannya, baik sebagai pelaksana maupun sebagai pembina dilingkungannya masing-masing, sehingga cakupan sasaran kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan Posyandu pada hari buka dan kunjungan rumah dapat mencapai hasil yang setinggi-tingginya. (Depkes RI, 2001).


(42)

2.4.2. Tujuan Revitalisasi Posyandu 1. Tujuan umum

Meningkatkannya fungsi dan kinerja Posyandu agar dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan (Depkes RI, 2001).

1. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan kader Posyandu b. Meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan Posyandu

c. Meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana, alat dan obat di Posyandu

d. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk kesinambungan kegiatan Posyandu

e. Meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan Posyandu (Depkes RI, 2001).

2.4.3. Sasaran Revitalisasi Posyandu

Sasaran kegiatan revitalisasai Posyandu pada dasarnya meliputi seluruh Posyandu dengan prioritas utama pada Posyandu yang sudah tidak aktif atau yang berstrata rendah (Posyandu Pratama dan Madya) dan Posyandu yang ada di daerah yang sebagian besar penduudknya tergolong miskin.(Depkes RI,2006).


(43)

2.4.4. Strategi Revitalisasi Posyandu

Strategi yang perlu ditempuh dalam rangka mencapai tujuan Revitalisasi Posyandu adalah (Depkes RI, 2001) :

1. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta dedikasi kader di Posyandu

2. Memperluas sistem Posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah

3. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarana kerja Posyandu

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan Posyandu

5. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga professional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

2.4.5. Komponen Program Revitalisasi Posyandu I. Pelatihan Pelatih dan Pelatihan Kader

Kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang kesehatan.

Pelatihan kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat baik di posyandu maupun saat


(44)

melakukan kunjungan rumah. Materi dalam pelatihan kader dititik-beratkan pada keterampilan teknis menyusun rencana kerja kegiatan di Posyandu, cara menimbang, menilai pertumbuhan anak, cara menyiapkan peragaan cara pemberian makanan pendamping ASI dan PMT untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup sebagaimana pertambahan umurnya dan anak yang berat badannya tidak naik, memantau perkembangan ibu hamil dan ibu menyusui dan sebagainya.

Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih kader yang mampu dan berdedikasi dalam memberikan materi pelatihan secara efektif dan berkesinambungan yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada modul pelatihan kader (Depkes RI, 2001).

Maksud diadakannya pelatihan yaitu untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya sasarannya adalah seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang efisien, efektivitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu ditingkatkan secara terarah dan programatik (Syafridah, 2003).

II.

    

Optimalisasi

 

Kegiatan

 

Posyandu

 

Mengoptimalkan kegiatan Posyandu dengan cara memenuhi sarana dan prasarananya, sehingga Posyandu dapat berlangsung secara optimal, baik saat hari buka maupun saat kunjungan rumah tanpa mengalami hambatan. Sarana dasar seperti timbangan bayi, timbangan dewasa, kartu KMS, pita LILA, alat peragaan memasak,


(45)

bahan KIE, obat-obatan berupa Vit.A, tablet dan sirup Fe, kapsul iodium, obat cacing, oralit, ATK dan format SIP untuk menunjang kegiatan pelayanan minimal dan paket tambahan sesuai jumlah kelompok sasaran yang ditetapkan, merupakan syarat dasar untuk berfungsinya Posyandu secara baik. Bahwa pemenuhan sarana dan prasarana tersebut pada hakekatnya menjadi tanggung jawab pengelola Posyandu dan masyarakat setempat. Pemerintah dan lembaga donor lainnya dapat membantu dalam melengkapi kegiatan, yang selanjutnya untuk kesinambungannya harus diusahakan oleh masyarakat.

Pada hari buka biasanya Posyandu menggunakan ruangan dan peralatan yang disediakan oleh masyarakat yang peduli terhadap keberadaan Posyandu. Prasarana kerja dan sumbangan masyarakat akan sangat mempengaruhi kinerja para kader maupun para pengunjung Posyandu pada saat pelayanan. Prasarana kerja yang menciptakan suasana menentramkan dan akrab pendatang, akan menjadi salah satu daya tarik bagi kelompok sasaran untuk secara teratur atau secara berkala mengunjungi Posyandu.

III. Memperkuat Dukungan Pendampingan Dan Pembinaan Oleh Tenaga Profesional dan Tokoh Masyarakat.

Tugas kader Posyandu untuk mengelola dan melayani masyarakat untuk mendukung peningkatan kualitas SDM dini merupakan tugas yang berat dan dilakukan secara sukarela. Berkaitan dengan hal tersebut, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki kader, maka keberhasilannya akan sangat tergantung dari


(46)

seberapa jauh upaya pelaksanaan tugas kader mendapatkan dukungan pendampingan maupun bimbingan tenaga professional terkait maupun dari para tokoh masyarakat.

Secara teknis pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga profesional pada saat posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja II, III, IV, dengan cara meningkatkan ketrampilan kader dalam menimbang, mencatat hasil penimbangan pada kartu KMS maupun register dan memahami hasil penimbangan, serta melakukan penyuluhan perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu baik untuk dirinya maupun untuk anaknya.

Secara teratur pembinaan harus dilakukan oleh pengelola Posyandu di desa untuk memajukan penyelenggaraan Posyandu. Selain itu, pembinaan juga dilakukan oleh Dinas/Instansi yang peduli dan terkait dengan kegiatan program Posyandu, seperti Pokjanal Posyandu Kecamatan, unsure Puskesmas (Bidan di Desa / Polindes), Dinas Pendidikan, BKKBN, Kepala Desa/Lurah, Tim Penggerak PKK, dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang mengelola Posyandu. Pembinaan dapat dilakukan secara sendiri atau dalam kesatuan Tim yang dibentuk untuk pembinaan Posyandu, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat (Depkes RI, 2001). 2.4.6. Pengorganisasian Revitalisasi Posyandu

Untuk melaksanakan Revitalisasi Posyandu, perlu dilakukan pengorganisasian terhadap dua hal yang berkaitan, yaitu pengorganisasian Posyandu di Desa dan pengorganisasian untuk pembinaan Posyandu (Depkes RI, 2001).


(47)

Sebagai unit yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat terutama ibu dan anak, maka organisasi Posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang dipimpin oleh seorang Pimpinan/Penanggungjawab dan dibantu oleh para pelaksana pelayanan yang terdiri dari kader Posyandu sebanyak 4-5 orang. Agar Posyandu dapat dikelola secara baik, perlu dukungan tenaga administrasi yang bertugas mengadministrasikan kegiatan Posyandu. Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok (nama lain) Pengelola Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu ini dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari para anggota.

Bentuk susunan organisasi Unit Pengelola Posyandu di Desa, ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota Pengelola Posyandu. Tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur pada setiap kepengurusan, juga disepakati dalam unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. Namun pada hakekatnya susunan kepengurusan itu sifatnya fleksibel, tergantung pada kondisi setempat. Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di desa, unit Pengelola Posyandu mempunyai kewajiban melaporkan keberadaannya kepada Kepala Desa/Lurah. Oleh karena itu, Kepala Desa/Lurah berkewajiban pula untuk membina keberadaan unit Pengelola Posyandu, karena kegiatan Posyandu yang dikelola oleh masyarakat itu pada dasarnya adalah untuk kepentingan pemajuan pengembangan kualitas sumber


(48)

daya manusia (SDM) dini di daerahnya, yang berarti sebagai suatu asset di desa (Depkes RI, 2001).

B. Pengorganisasian Institusi Pembina Posyandu

Untuk mendukung kegiatan Posyandu sebagai wahana yang memberi pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, perlu dibentuk institusi Pembina Posyandu yang berfungsi memfasilitasi, membina, memantau dan mengevaluasi kegiatan Posyandu sesuai kebutuhan. Institusi tersebut mempunyai struktur seperti Pokjanal Posyandu yang berada di Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.

Bila Pokjanal Posyandu di daerah masih berfungsi, maka diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan organisasi tersebut sebagai institusi Pembina Posyandu yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil dinas/ instansi/ lembaga terkait dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki kepedulian terhadap kegiatan pelayanan masyarakat di Posyandu. Dalam melaksanakan tugasnya, institusi Pembina Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang Ketua, yang dibantu oleh beberapa anggota yang mewakili instansi-instansi dan unsur yang terlibat dalam Posyandu. Susunan organisasi institusi Pembina Posyandu ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing. Namun dengan tidak bermaksud untuk menyeragamkan bentuk susunan organisasi dan tata kerja institusi Pembina Posyandu, seyogyanya untuk mencegah kerancuan perlu ada uraian peran


(49)

masing-masing unsur dinas/instansi/lembaga yang terkait dalam pembinaan Posyandu, misalnya :

a. Dinas/Badan/Kantor PMD/Bina Pemberdayaan Masyarakat : berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan,penggerakan dan pengembangan masyarakat, pengembangan metode pendampingan masyarakat, teknis advokasi, dan sebagainya.

b. Dinas Kesehatan :berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi KMS, distribusi obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.

c. BKKBN/PLKB : berperan dalam pelayanan kontrasepsi, penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat, dan sebagainya.

d. BAPPEDA : berperan dalam perencanaan umum dan evaluasi

e. TP-PKK : berperan dalam pendayagunaan Kader, motivasi masyarakat, penyuluhan dan bimbingan teknis, dan sebagainya.

f. Dinas Pendidikan, LSM dan sebagainya : berperan dalam mendukung teknis operasional Posyandu.

Tugas dan fungsi institusi Pembina Posyandu secara keseluruhan ialah mendukung kelangsungan Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat, khususnya dari kelompok paling rentan Ibu dan Anak.

Meskipun Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat yang berada di kelurahan/desa, namun karena peran Posyandu sangat


(50)

menentukan terhadap gambaran kondisi ibu dan anak secara nasional, maka disetiap daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan Revitalisasi Posyandu. Frekuensi dan jenis kegiatan Revitalisasi Posyandu yang dipantau ditetapkan atas kebutuhan masing-masing daerah. Pada tingkat operasional (Kelurahan/Desa, Kecamatan), pemantauan dilakukan secara bulanan, dengan melaksanakan kunjungan lapangan atau dengan mempelajari laporan yang disampaikan oleh Posyandu di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2001).

C. Pendanaan

Dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan Posyandu termasuk untuk Revitalisasi, dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah Kabupaten/Kota, Propinsi dan pemerintah pusat serta sumbangan swasta dan donor lainnya, baik domestik maupun Internasional.

Agar kegiatan Posyandu dapat berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka perlu digali potensi sumber dana yang saat ini masih belum digunakan khususnya penghimpunan dana secara tradisional maupun berbasis keagamaan.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat melanjutkan membiayai Revitalisasi Posyandu sebagai kegiatan pelayanan dasar yang pada saat ini dibiayai dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS-BK).


(51)

Kader sebagai salah satu sub system dalam posyandu yang bertugas untuk mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan (Sahrul, 2006)

Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih atau dituju oleh masyarakat dengan kata lain kader kesehatan merupakan wakil dari warga setempat yang membantu masyarakat dalam masalah kesehatan agar diperoleh kesesuaian antara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67), Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang kader dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 ), Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Maluyu S.P. Hasibuan (2001), mengemukakan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Wikipedia, 2009).

Keaktifan kader dapat dilihat dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai tugas yang diembannya. Kegiatan-kegiatan-kegiatan ini akan berjalan dengan baik bila didukung oleh fasilitas yang memadai. Penyediaan fasilitas kerja adalah bahwa fasilitas kerja yang disediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan serta tersedia waktu dan tempat yang tepat. Fasilitas Posyandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang penyelenggaraan kegiatan


(52)

Posyandu, seperti lokasi yang tetap dan rutin untuk pemberian makanan tambahan, alat-alat yang diperlukan misalnya, meja, kursi, buku register, KMS dan lain-lain (Syafridah, 2003).

Menurut beberapa peneliti tentang kader antara lain Bambang Hartono (1978) yang dikutip oleh Syafridah (2003), mengatakan bahwa ciri-ciri kader yang aktif berumur antara 25-34 tahun, tidak bekerja, tamat SLTP, mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, mengikuti kegiatan masyarakat setiap hari, inovatif, dan tinggal di RW tempat pos kesehatan berada.

Sedangkan menurut Syamsul Bahri (1981), yang ditulis oleh Syafridah (2003), dalam penelitiannya di Kecamatan Pasar Minggu menemukan bahwa ciri-ciri kader aktif adalah : wanita, berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, berpendidikan SD, bekerja sukarela. Tidak bekerja dan bertempat tinggal satu wilayah dengan RW setempat.

Menurut Dr. Ida Bagus (1987) dalam buku Zulkifli (2003), pendapat lain mengenai persyaratan atau ciri-ciri bagi seorang kader antara lain : berasal dari masyarakat setempat, tinggal didesa tersebut, tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain, dan sebaiknya bisa baca tulis.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader posyandu diantaranya yang diteliti pada penelitian ini adalah pengetahuan, pelatihan, dan motivasi.


(53)

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni dengan indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaivour) (Notoatmodjo, 2003).

2. Pelatihan

Pelatihan adalah penyempurnaan potensi tenaga-tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu. Pelatihan atau latihan merupakan suatu perbuatan pokok dalam kegiatan belajar, sama halnya dengan pembiasaan (Notoatmodjo, 2003). 4. Motivasi

Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yaitu monere yang artinya menggerakkan. Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Respon instrinsik ditopang oleh sumber energi yang disebut motif. Sering dijelaskan hal itu sebagai suatu kebutuhan, keinginan atau dorongan, semua manusia hidup mempunyai motivasi. Motivasi diukur dengan perilaku yang dapat diobservasi dan dicatat. Kekurangan dalam kebutuhan merangsang manusia untuk mencari dan mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka (Swanburg, 2000).

Motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang sering dikenal dengan istilah motivasi internal atau instrik dan juga dari luar diri orang yang bersangkutan yang disebut motivasi eksternal atau ekstrinsik. Motivasi instrinsik


(54)

maupun ekstrinsik ada yang bersifat positif maupun negatif. Contoh motivasi positif, seseorang yang merasa berhasil menunaikan kewajibannya dengan sangat memuaskan akan memperoleh dorongan untuk bekerja lebih keras lagi dimasa yang akan datang. Contoh motivasi negatif, seseorang yang kurang berhasil dalam melaksanakan tugasnya sehingga mendapat teguran dan teguran itu dijadikan dorongan untuk memperbaiki kekurangan atas kesalahannya, sehingga dimasa yang akan datang situasi kekurang berhasilan itu tidak terulang kembali (Hasibuan, H, 2003).

Menurut Winardi (2001), motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang intinya berkisar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal sama tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.

Semua manusia mempunyai motivasi yang dapat diukur dengan perilaku yang diobservasi dan dicatat. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerjanya (Swanburg, 2000).

a. Gaji.

Banyak penelitian yang menemukan bahwa upah yang lebih tinggi lebih memuaskan dari pada upah yang rendah dan karyawannya lebih jarang berpindah kerja. Tidak semua orang mengejar uang, banyak orang bersedia menerima upah yang lebih kecil untuk bekerja lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang memunyai


(55)

keleluasaan yang lebih besar dalam kerja mereka lakukan. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat pendidikan dan keterampilan individu dan standar pengupahan yang berlaku, kemungkinan besar akan memberikan kepuasan. Di samping itu karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang adil (Arep dan Tanjung, 2003).

b. Tanggung jawab dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan.

Dalam hal ini kader turut serta dalam pemberian saran, kritik dan ide-ide yang dapat digunakan untuk perbaikan mutu maupun produktivitas pekerjaan.

2.6. Landasan Teori

Revitálisasi adalah “upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota baik dari segi sosio-kultural, sosio-ekonomi, segi fisik alam lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan penigkatan kualitas lingkungan kota yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari penghuninya.

Menurut Ilyas (2001) yang mengutip pendapat Gibson (1987) ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu faktor individu, faktor psikologis dan organisasi.

1. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama


(56)

yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

2. Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang kompleks yang sulit untuk diukur. 3. Faktor organisasi berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu

terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

2.7. Kerangka Konsep

Revitalisasi Posyandu Karakteristik Kader

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan

Kinerja Kader Motivasi

1. Insentif/jasa 2. Tanggung jawab


(57)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan sekat lintang (cross sectional study) yang bertujuan untuk menganalisis determinan kinerja kader posyandu dalam upaya revitalisasi posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan masih ditemukan kader yang mempunyai kinerja tidak baik yang dindikasikan dari keaktifan kader hanya 62,0%, dan belum pernah diadakan penelitian mengenai program promosi revitalisasi posyandu di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dari persetujuan judul penelitian, telaah pustaka, konsultasi, kolokium, penelitian lapangan, analisis data, seminar hasil penelitian dan komprehensif membutuhkan waktu delapan bulan sejak Januari sampai Agustus 2009.


(58)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu yang ada di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 54 kader/orang, dan sekaligus menjadi sampel penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara kepada kader dengan menggunakan kuesioner yang meliputi data variabel independen dan variabel dependen.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yaitu data geografis wilayah, demografi, daftar nama seluruh Posyandu dan jumlah posyandu yang ada di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, serta data-data pendukung lainnya.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data maka dilakukan uji coba pada 10 kader lainnya guna mendapatkan validitas dan reliabilitas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang


(59)

diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total variabel yang dilihat dari nilai correcteditem total correlation pada hasil reability. Adapun nilai r-Tabel untuk responden 10 orang adalah r=0,632 dengan ketentuan:

1. Jika nilai r hitung > r tabel (>0,632), maka dinyatakan valid 2. Jika nilai r hitung < r tabel (<0,632), maka dinyatakan tidak valid

Sedangkan reliabilitas data diukur dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, dengan nilai r-Tabel=0,60, dengan ketentuan:

1. Jika nilai r hitung > r tabel (>0,60), maka dinyatakan valid 2. Jika nilai r hitung < r tabel (<0,60), maka dinyatakan tidak valid

Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.1:

No Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation

Keterangan 1 Insentif

Pertanyaan 1 0,9597 Valid

Pertanyaan 2 0,7758 Valid

Pertanyaan 3 0,9597 Valid

Pertanyaan 4 0,8120 Valid

Pertanyaan 5 0,9154 Valid

Pertanyaan 6 0,8478 Valid

Pertanyaan 7 0,7416 Valid

Alpha Cronbach 0,9584 Reliabel

2 Tanggung Jawab

Pertanyaan 1 0,7886 Valid

Pertanyaan 2 0,8629 Valid

Pertanyaan 3 0,6820 Valid

Pertanyaan 4 0,8629 Valid

Pertanyaan 5 0,7886 Valid

Pertanyaan 6 0,9708 Valid


(60)

Tabel 3.1. Lanjutan

No Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation

Keterangan 3 Kinerja

Pertanyaan 1 0,9581 Valid

Pertanyaan 2 0,7559 Valid

Pertanyaan 3 0,6824 Valid

Pertanyaan 4 0,9581 Valid

Pertanyaan 5 0,8462 Valid

Pertanyaan 6 0,9581 Valid

Pertanyaan 7 0,6824 Valid

Pertanyaan 8 0,9581 Valid

Pertanyaan 9 0,6996 Valid

Pertanyaan 10 0,9580 Valid

Pertanyaan 11 0,7581 Valid

Pertanyaan 12 0,6824 Valid

Pertanyaan 13 0,7554 Valid

Pertanyaan 14 0,8472 Valid

Pertanyaan 15 0,6670 Valid

Alpha Cronbach 0,9681 Reliabel

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian terdiri dari :

1. Variabel independen (variabel bebas) yaitu karakteristik kader posyandu (umur, pendidikan dan pekerjaan) dan variabel motivasi (insentif dan tanggung jawab). 2. Variabel dependen (variabel terikat) yaitu kinerja kader Posyandu

3.5.2. Definisi Operasional I. Variabel Independen

1. Karakteristik kader Posyandu meliputi umur, pendidikan, pelatihan dan pekerjaan a. Umur yaitu usia responden yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat


(61)

b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditamatkan responden dan memperoleh ijazah yang sah.

c. Pekerjaan yaitu segala jenis kegiatan rutin yang dilakukan responden untuk memperoleh uang untuk kebutuhan sehari-hari

2. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri individu dalam melakukan tugas-tugasnya sebagai kader posyandu yang didasarkan dari:

a. Insentif/jasa yaitu upah yang diberikan kepada kader Posyandu di dalam pekerjaannya berupa uang

b. Tanggung jawab yaitu ikut dalam memberikan saran, kritik dan ide-ide untuk perbaikan mutu maupun produktivitas Revitalisasi Posyandu

3. Program Revitalisasi Posyandu adalah upaya untuk menghidupkan kembali posyandu yang dianggap kegiatannya semakin menurun dengan cara pemberian suntikan dana (dari masyarakat atau donatur maupun dari pemerintah setempat),

a. Jumlah kader yang terlatih dan tak terlatih adalah jumlah dari masing-masing kelompok kader yang digolongkan berdasarkan kondisi penerapan pelatihan tugas yang diberikan kepada masing-masing kader. Kader yang terlatih adalah mereka yang telah mendapat pelatihan formal dari instruktur yaitu petugas dari Dinas Kesehatan yang menjadi penanggung jawab pelatihan. Kader yang tidak terlatih adalah mereka yang bertugas di Posyandu berdasarkan penunjukkan tetapi belum pernah mendapat pelatihan yang formal seperti yang seharusnya.


(62)

b. Keaktifan kader adalah kader yang aktif dan tetap konsisten bertugas di Posyandu ketika penelitian dilaksanakan.

4. Kinerja Kader yaitu hasil kerja dan tugas yang harus dijalankan atau dilaksanakan dalam setiap kegiatan posyandu dan upaya revitalisasi posyandu di wilayah Puskesmas Pantai Labu.

3.6. Metode Pengukuran

(1) Pengukuran Variabel Independen

a. Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala rasio berdasarkan tahun, yang dilihat dari usia maksimum dan minimum kemudian dikategorikan menjadi: 1. 20 – 30 Tahun

2. 31 – 40 Tahun

b. Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ordinal dari jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden, kemudian dikategorikan menjadi:

1. Tinggi, jika responden menamatkan D-3/S-1

2. Sedang, jika responden menamatkan pendidikan SLTP dan SLTA 3. Rendah, jika responden hanya menamatkan SD

c. Pengukuran variabel pekerjaan didasarkan pada skala nominal dari kegiatan rutin responden sehari-hari, kemudian dikategorikan menjadi:

1. Bekerja, jika responden berprofesi sebagai PNS, Pegawai Swasta dan atau wiraswasta


(1)

8 14.8 14.8 14.8

19 35.2 35.2 50.0

27 50.0 50.0 100.0

54 100.0 100.0

Baik Sedang Kurang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent Percent

TGG_JWB

10 18.5 18.5 18.5

19 35.2 35.2 53.7

25 46.3 46.3 100.0

54 100.0 100.0

Rendah Sedang Tinggi Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Motivasi Kader Posyandu

8 14.8 14.8 14.8

17 31.5 31.5 46.3

29 53.7 53.7 100.0

54 100.0 100.0

Tinggi Sedang Rendah Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Kinerja Kader Posyandu

15 27.8 27.8 27.8

10 18.5 18.5 46.3

29 53.7 53.7 100.0

54 100.0 100.0

Baik Sedang Kurang Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

7 1 10 18

5.0 3.3 9.7 18.0

38.9% 5.6% 55.6% 100.0%

46.7% 10.0% 34.5% 33.3%

13.0% 1.9% 18.5% 33.3%

8 9 19 36

10.0 6.7 19.3 36.0

22.2% 25.0% 52.8% 100.0%

53.3% 90.0% 65.5% 66.7%

14.8% 16.7% 35.2% 66.7%

15 10 29 54

15.0 10.0 29.0 54.0

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

Count

Expected Count % within UMUR % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within UMUR % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within UMUR % within Kinerja Kader Posyandu % of Total 20-30 Tahun

31-40 Tahun UMUR

Total

Baik Sedang Kurang Total

Chi-Square Tests

3.667a 2 .160

4.151 2 .125

.304 1 .581

54 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33.

a.


(3)

15 6 15 36

10.0 6.7 19.3 36.0

41.7% 16.7% 41.7% 100.0%

100.0% 60.0% 51.7% 66.7%

27.8% 11.1% 27.8% 66.7%

0 4 14 18

5.0 3.3 9.7 18.0

.0% 22.2% 77.8% 100.0%

.0% 40.0% 48.3% 33.3%

.0% 7.4% 25.9% 33.3%

15 10 29 54

15.0 10.0 29.0 54.0

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

Count

Expected Count % within DIDIK % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within DIDIK % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within DIDIK % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Sedang

Rendah DIDIK

Total

Baik Sedang Kurang Total

Chi-Square Tests

10.614a 2 .005

15.115 2 .001

9.530 1 .002

54 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33.

a.


(4)

10 3 11 24

6.7 4.4 12.9 24.0

41.7% 12.5% 45.8% 100.0%

66.7% 30.0% 37.9% 44.4%

18.5% 5.6% 20.4% 44.4%

5 7 18 30

8.3 5.6 16.1 30.0

16.7% 23.3% 60.0% 100.0%

33.3% 70.0% 62.1% 55.6%

9.3% 13.0% 33.3% 55.6%

15 10 29 54

15.0 10.0 29.0 54.0

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

Count

Expected Count % within KERJA % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within KERJA % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within KERJA % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Bekerja

Tidak Bekerja KERJA

Total

Baik Sedang Kurang Total

Chi-Square Tests

4.343a 2 .114

4.383 2 .112

2.685 1 .101

54 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.44.

a.


(5)

5 2 1 8

2.2 1.5 4.3 8.0

62.5% 25.0% 12.5% 100.0%

33.3% 20.0% 3.4% 14.8%

9.3% 3.7% 1.9% 14.8%

7 2 8 17

4.7 3.1 9.1 17.0

41.2% 11.8% 47.1% 100.0%

46.7% 20.0% 27.6% 31.5%

13.0% 3.7% 14.8% 31.5%

3 6 20 29

8.1 5.4 15.6 29.0

10.3% 20.7% 69.0% 100.0%

20.0% 60.0% 69.0% 53.7%

5.6% 11.1% 37.0% 53.7%

15 10 29 54

15.0 10.0 29.0 54.0

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

27.8% 18.5% 53.7% 100.0%

Count

Expected Count % within Motivasi Kader Posyandu % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within Motivasi Kader Posyandu % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within Motivasi Kader Posyandu % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Count

Expected Count % within Motivasi Kader Posyandu % within Kinerja Kader Posyandu % of Total Tinggi

Sedang

Rendah Motivasi Kader

Posyandu

Total

Baik Sedang Kurang Total

Chi-Square Tests

12.344a 4 .015

13.386 4 .010

11.018 1 .001

54 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.48.

a.


(6)

Motivasi Kader Posyandu, KERJA, UMUR, DIDIKa

. Enter Model

1

Entered Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Kinerja Kader Posyandu b.

Model Summary

.578a .334 .279 .741

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Motivasi Kader Posyandu, KERJA, UMUR, DIDIK

a.

ANOVAb

13.470 4 3.367 6.134 .000a

26.901 49 .549

40.370 53

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Motivasi Kader Posyandu, KERJA, UMUR, DIDIK a.

Dependent Variable: Kinerja Kader Posyandu b.

Coefficientsa

-.534 .647 -.825 .413

.085 .222 .046 .383 .703

.495 .255 .270 1.941 .009

.211 .239 .121 .882 .382

.489 .146 .413 3.355 .002

(Constant) UMUR DIDIK KERJA

Motivasi Kader Posyandu Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kinerja Kader Posyandu a.