SIR Standard Indonesian Rubber Air Pengolahan Pengujian Sifat Mekanis Karet

5. Meresapi lateks Proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada proses semprot yang membubuhi karet pada benang.

2.6 SIR Standard Indonesian Rubber

Table 2.3 Standard Indonesian Rubber TSR CTV TSR L TSR 5 TSR 10 TSR 20 Parameter Unit SIR 3CV50 SIR SIR 3L SIR 3WF SIR 5 SIR 10 SIR 10VK SIR 20 SIR 20VK 3CV60 Dirt Max wt 0,3 0.03 0.03 0.03 0.05 0.10 0.10 0.20 0.20 Ash Max wt 0.60 0.50 0.50 0.50 0.50 0.75 0.75 1.00 1.00 Nitrogen Max wt 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 Volatile matter Max wt 0.60 0.60 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 Initial Plasticity Min 30 30 30 30 30 30 30 30 30 PRI Index Min 60 60 75 75 70 60 60 50 50 Color lovibond scale NA NA 60 NA NA NA NA NA NA Individual Value Max Mooney Viscosity 50+- 5 60+- 5 NA NA NA NA 60+- 5 NA 60+- 5 ML, 1+4, 100 o C No specification status

2.7 Penyebab Terjadinya Prokoagulasi

Prokoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan – gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal Universitas Sumatera Utara perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Bila hal ini terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang mengalami prokoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang bukan jenis baku dan kualitasnya pun rendah. Prokoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berkurang lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prokoagulasi. Penyebab terjadinya prokoagulasi antara lain adalah sebagai berikut. 1. Jenis karet yang ditanam Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda – beda pula. Otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Klon – klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya. Namun, banyak pula karet yang mempunyai kadar kestabilan koloidal yang tinggi. Kadar kestabilan koloidal yang ini sedikit banyak berpengaruh terhadap faktor lain yang juga mampu menyebabkan terjadinya prokoagulasi. 2. Enzimatis Enzim dikenal sebagai bokatalais yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walau hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan karet. Akibatnya, kemantapan karet berkurang dan terjadilah prokoagulasi. Biasanya enzim – enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang yang disadap. Universitas Sumatera Utara 3. Mikroorganisme atau jasad – jasad renik Mikroorgaisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasa ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat – alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. Tetapi, pohon yang baru disadap mudah sekali terkena infeksi oleh jasad – jasad renik.Apabila mikrooganisme masuk ke dalam getah yang baru disadap, dan melakukan aktivitas hidup di dalamnya, maka akan terjadi reaksi dengan senyawa – senyawa yang terkandung dalam lateks. Akibatnya timbul senyawa – senyawa seperti asam dan sejenisnya. Bila banyak mikroorganisme dalam lateks, maka senyawa asam yang dihasilkan akan banyak pula. Ini memungkinkan terjadinya prokoagulasi. Oleh karena itu, kebersihan kebun serta alat – alat yang dipergunakan harus dijaga agar jumlah mikroorganisme yang merugukan dapat ditekan. 4. Faktor cuaca dan musim Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prokoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya musim gugur daun prokoagulasi terjadi lebih sering. Begitu juga pada saat usim hujan. Itulah sebabnya penyadapan pada saat banyak turun hujan sering tidak dilakukan di perkebunan- perkebunan. Selain pelaksanaannya sulit, juga untuk mencegah prokoagulasi. Akan tetapi bila tindakan pencegahan prokoagulasi telah dilaksanakan, maka penyadapan pada musim hujan bisa terus dilakukan. Lateks yag bau disadap juga mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak oleh panas yang terjadi. Universitas Sumatera Utara 5. Kondisi tanaman Tanaman karet yang sedang sakit, masih muda atau sudah tua bisa mempengaruhi prokoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah menggumpal. Hasil sadapan dari tanaman yang menderita penyakit fisiologis sering membeku dimangkok. Sedangkan tanaman tua dan sering sakit – sakitan sering menghasilkan lateks yang sudah membeku diatas bidang sadap. 6. Air sadah Air sadah atau hard water adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air ini tercampur kedalam lateks, mak prokoagulasi akan terjadi dengan cepat. Untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. Derajat kesadahan air yang masih mungkin digunakan adalah 6 o C Derajat Jerman. 7. Cara pengangkutan Sarana transportasi, baik jalan atau kendaraan, yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prokoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang – guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok – kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang menyebabkan lateks baru tiba ditempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena terik matahari di perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya prokogulasi. Universitas Sumatera Utara 8. Kotoran dan bahan – bahan lain yang tercampur Prokogulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan – bahan lain yang mengandung kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh sama. Lateks dari kebun karena rakyat biasa banyak tercampur kotoran atau bahan – bahan lain daripada lateks hasil perkebunan besar swasta atau milik pemerintah.

2.7.1 Tindakan Pencegahan Prokogulasi Dan Zat Antikoagulan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prokoagulasi antara lain sebagai berikut : 1. Menjaga kebersihan alat – alat yang digunakan dalam penyadapan, penampungan, maupun pengankutan. 2. Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai, air saluran atau air got. 3. Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit untuk membantu agar lateks dapat ampai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas. Tim penulis .1999

2.7.2 Senyawa Kimia Sebagai Bahan Antikoagulan

Pemakaian bahan antikoagulan ahrus dibatsi, karena pemakainnya berarti memakan biaya, perlu penambahanb dosis asam dalam proses kogulasi ,dan mempengaruhi proses pengeringan. Pemberian antikoagulan ke dalam lateks biasanya dilakukan pada musim rontok daun, sesudah berlangsung hujan malam, pengankutan lateks pada jarak yang jauh, dan hasil penyedapan kebun – kebun muda. Universitas Sumatera Utara Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah : 1. Soda atau natrium karbonat Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan , hanya mudah membentuk gas asam arang CO 2 dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan Koagulum. 2. Amoniak Bersifat senyawa antikogulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7 NH 3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan centrifuge latex. Tiap liter lateks membutuhkan 5 – 10 cc larutan amoniak 2 – 2,5. 3. Natrium sulfit Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan. Untuk pemakaian segera dibuat larutan 10 dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5 – 10 cc Natrium sulfit 10. 4. Formaldehida Pemakaian formaldehid sebagai antikogulan paling merepotkan dibanding zat lainnya. Formaldehid kurang baik apabila digunakan di musim hujan .Apabila disimpan, zat ini sering teroksidasi menjadi asam semut atau asam format.

2.7.3 Bahan Senyawa Penggumpal Koagulan

1. Asam semut Disebut juga asam formiat, CHOOH Universitas Sumatera Utara Berupa cairan yang jernih dan tidak bewarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam pada pengenceran. 2. Asam cuka disebut juga asam asetat, CH 3 COOH Berupa cairan yang jernih dan tidak bewarna, berbau merangsang dan mudah diencerkan dengan air. Setyamidjaja.d, 1993

2.8 Air Pengolahan

Dalam pengolahan karet, air berperan sangat penting dan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar. Syarat – syarat air untuk pengolahan adalah : - Sebagai bahan pengencer lateks, pelarut dan pengencer bahan – bahan kimia, air harus jernih dan tidak bewarna, tidak boleh mangandung garam – garam ter utama garam kapur, karena akan sangat mempermudan terjadinya prokoagulasi dan menimbulkan bintik – bintik oksida. - Air pengolahan dipabrik persyaratannya tidak terlalu ketat, akan tetapi tidak mengandung kotoran. Air yang bersih dapat diperoeh dari sumbernya atau dari sungai dengan cara disaring dan diendapkan dalam bak – bak, atau dengan penambahan tawas Universitas Sumatera Utara

2.9 Pengujian Sifat Mekanis Karet

Swelling adalah suatu ukuran masaknya kompon. Dengan kata lain swelling merupakan nilai yang menunjukan perbandingan antara diameter pengembangan setelah dicampurkan kedalam cairan organik dengan diameter awal. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa lateks yag telah mengalami vulkanisasi akan mempunyai sifat tidak larut dalam suatu larutan organik, akan tetapi hanya mengembang. Pengembangan ini menunjukan bahwa adanya peristiwa pemasakan lateks kompon yang mana hal ini memberi kesempatan pada molekul karet bersatu. Pernyataan ini erat hubungannya dengan peran sulfur sebagai vulkanisator. Vulkanisator adalah suatu proses reaksi partikel karet dengan sulfur yang berlangsung dengan adanya panas, aktivator, an katalisator dimana dua atau lebih partikel karet bergabung yang dijembatani oleh ikatan rangkap sulfur. Tujuan dari proses vulkanisasi karet adalah agar sifat barang jai dari karet yang akan dihasilkan menjadi kuat dan teguh serta tidak mudah teroksidasi. Sebelum diproses sangatlah penting untuk memastikan keadaannya sehingga mengurangi gangguan pada proses produksi. Adapun maksud dilakukannya swelling yaitu untuk mengetahui seberapa besar kematangan dari lateks pekat yang digunakan sebagai bahan baku utama, dan bahan kimia sebagai bahan baku penolong. sumber : Pabrik benang karet PT. Industri Karet Nusantar Medan Universitas Sumatera Utara Tegangan tarik merupakan salah satu yang sangat penting diperhatikan dalam pengujian hasil produksi benang karet yang telah siap sesuai dengan order. Tegangan tarik secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut : σ = Dimana, σ = Tegangan tarik P = Gaya yang dilakukan A = Luas permukaan penampang Pada karet perlakuan tegangan tarik dikenal dengan istilah tegangan tarik300. Alat yang digunakan untuk mengetahui tegangan tarik 300 ini adalah Dynamometer. Tegangan tarik 300 adalah perbandingan hasil pembacaan pada grafik 300 dengan total section, dan dirumuskan sebagai berikut : σ 300 = Dimana, σ 300 = Tegangan tarik 300 gmm 2 P 300 = Hasil pembacaan skala 300 gr A = Total section mm 2 Pembacaan skala 300 dibaca tiap skala adalah 300gr, total section dapat dihitung dengan rumus : A = 2 x B x C Universitas Sumatera Utara Dimana A = Total section mm 2 B = section mm C = Jumlah loops Dimana section adalah pemotongan benang karet yang sangat kecil dalam mm, dan jumlah loops merupakan standar perusahaan sebesar 12 mm untuk benang karet count 37 NS 40. Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODOLOGI

3.1 Alat – alat