Gambaran Karakteristik Demografi Penderita Sindrom Depresi Postpartum Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

(1)

GAMBARAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PENDERITA SINDROM DEPRESI POSTPARTUM

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Oleh :

SYIFA KHAIRUNNISA NASUTION 080100029

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PENDERITA SINDROM DEPRESI POSTPARTUM

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SYIFA KHAIRUNNISA NASUTION 080100029

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Karakteristik Demografi Penderita Sindrom Depresi Postpartum Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

Nama : Syifa Khairunnisa Nasution NIM : 080100029

Pembimbing Penguji I

dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ dr. Rina Amelia, MARS NIP: 19780330 200501 1 003 NIP: 19760420 200312 2 002

Penguji II

dr. Fitriani Lumongga, Sp.PA NIP: 19691221 200212 2 001

Medan, Desember 2011 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Kehamilan, melahirkan dan menjadi seorang ibu merupakan fisiologis wanita. Peristiwa tersebut merupakan masa transisi kehidupan wanita. Banyak yang menganggap bahwa hal tersebut merupakan proses masa transisi yang menyenangkan dari kehidupannya. Namun, pada sebagian wanita, masa transisi tersebut menimbulkan stres dan depresi sehingga menimbulkan hal negatif dan merasa takut dan cemas dengan kehidupan barunya. Pada masa ini wanita akan mempunyai risiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Gangguan psikis pada ibu pasca melahirkan dikenal dengan depresi postpartum.

Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional, data diperoleh dengan membagikan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) kepada 40 ibu postpartum di bangsal rawat inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi pada sindrom depresi postpartum di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 40 ibu postpartum, lima diantaranya (12.5%) mengalami sindrom depresi postpartum dengan skor EPDS > 10. Berdasarkan kelompok umur seluruh responden mengalami sindrom depresi

postpartum adalah kelompok umur dewasa muda. Berdasarkan status pernikahan seluruh responden berstatus menikah. Berdasarkan pendidikan yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang berpendidikan perguruan tinggi yaitu (60%). Berdasarkan pekerjaan yang mengalami sindrom depresi

postpartum terbanyak adalah yang bekerja yaitu (60%). Berdasarkan jumlah paritas yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah multipara yaitu (80%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu postpartum memiliki angka kejadian sindrom depresi yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan untuk perlu adanya penanganan yang bersifat menyeluruh tidak hanya dari segi fisik tetapi juga dari segi kesehatan jiwa.


(5)

ABSTRACT

Pregnancy, childbirth and motherhood is a woman's physiological. The incident was a transitional period of life of women. Many consider that it is a process of transition of the fun of life. However, in some women, the transition is causing stress and depression causing negativity and fear and anxiety with her new life. At this time she will have a risk of physical and psychological health. Psychological disorders in postpartum mothers with postpartum depression is known.

Using cross-sectional descriptive methods, data obtained by distributing questionnaires Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) to 40 mothers in the postpartum ward inpatient Obstetrics and Gynecology Hospital Dr. Pirngadi Medan. This study aims to know the description of demographic characteristics on postpartum depression syndrome in Hospital Dr. Pirngadi Medan.

The results of this study indicate postpartum from 40 mothers, five of which (12.5%) experienced postpartum depression syndrome with EPDS score > 10. All respondents by age group experienced postpartum depression syndrome were an early adult age group. Based on the marital status of all respondents were married. Based on the educational experience postpartum depression syndrome were educated in college ie (60%). Based on work experience postpartum depression syndrome were work (60%). Based on the number parity experiencing postpartum depression syndrome were multiparous (80%).

From this study it can be concluded that the mother had postpartum depression syndrome incidence is high. Therefore, it is advisable to have a holistic treatment which not only physically but also in terms of mental health.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang turut berperan besar dalam penulisan KTI ini, yaitu: 1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan banyak membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Rina Amelia, MARS dan dr. Fitriani Lumongga, Sp.PA selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Direktur, Kepala SMF Obgyn, beserta staff Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan, yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian.

5. Ibunda, Herlina Simatupang dan Ayahanda, Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc. Ph.D yang senantiasa mencurahkan ridhonya, mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sejak lahir hingga saat ini.

6. Adinda, Nurul Adha Nasution dan Muhammd Ikram Nasution yang juga turut memberikan dukungan moril dan materil selama masa pendidikan perkuliahan.

7. Teman-teman staff dan personalia, kakak dan abang di SCORE PEMA FK USU yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman berharga dalam hal Karya Tulis Ilmiah.

8. Sahabat saya, Wizni Nadra dan Sri Nauli Dewi yang turut mendukung dan membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

9. Teman-teman stambuk 2008 yang telah membantu saya dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Hanya Allah saja yang dapat membalas semua hal tersebut dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih indah.

Besar harapan kiranya karya tulis ini dapat menjadi pembuktian pencapaian hasil perjuangan penulis selama mengenyam pendidikan untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran, terutama untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta.

Mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikannnya. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat benar-benar bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya serta bagi diri penulis sendiri pada khususnya.

Wassalam


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Depresi ... 5

2.2.1. Epidemiologi... 5

2.2.2. Etiologi ... 5

2.2.3. Gejala Psikis dan Somatis ... 6

2.2. Partus Normal ... 6

2.2.1. Fase-Fase Partus Normal ... 6

2.2.2. Tahap Persalinan ... 7

2.3. Postpartum ... 10

2.3.1. Periode ... 10

2.3.2. Perubahan Fisiologis ... 11

2.4. Depresi Postpartum ... 13

2.4.1. Epidemiologi... 14

2.4.2. Etiologi ... 14

2.4.3. Gambaran Klinis ... 15

2.4.4. Perjalanan Penyakit ... 15

2.5. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.2. Definisi Operasional ... 18

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel ... 21

4.3.1. Populasi ... 21


(9)

4.3.3. Kriteria Eksklusi ... 21

4.3.4. Besar Sampel ... 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.4.1. Teknik Pengumpulan ... 22

4.4.2. Validasi kuisioner ... 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 24

5.1.3. Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Skor Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) ... 25

5.1.4. Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Karakteristik Demografi ... 26

5.2. Pembahasan ... 29

5.2.1. Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Skor Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) ... 30

5.2.2. Distribusi Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Karakteristik Demografi ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan... 34

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi...

11

5.1. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Karakteristik Demografi Subjek Penelitian...

25

5.2. Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Skor EPDS...

26

5.3. Distribusi Frekuensi Responden Depresi

Postpartum Berdasarkan Karakteristik Umur...

26

5.4. Distribusi Frekuensi Responden Depresi

Postpartum Berdasarkan Status Pernikahan...

27

5.5. Distribusi Frekuensi Responden Depresi

Postpartum Berdasarkan Pendidikan...

27

5.6. Distribusi Frekuensi Responden Depresi

Postpartum Berdasarkan Pekerjaan...

28

5.7. Distribusi Frekuensi Responden Depresi

Postpartum Berdasarkan Jumlah Paritas...


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Lembar Penjelasan LAMPIRAN II : Lembar Persetujuan

LAMPIRAN III : Kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale

LAMPIRAN IV : Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN V : Data Induk Responden Penelitian LAMPIRAN VI : Data Hasil Analisis SPSS 17.0 LAMPIRAN VII : Surat-Surat Penelitian


(13)

ABSTRAK

Kehamilan, melahirkan dan menjadi seorang ibu merupakan fisiologis wanita. Peristiwa tersebut merupakan masa transisi kehidupan wanita. Banyak yang menganggap bahwa hal tersebut merupakan proses masa transisi yang menyenangkan dari kehidupannya. Namun, pada sebagian wanita, masa transisi tersebut menimbulkan stres dan depresi sehingga menimbulkan hal negatif dan merasa takut dan cemas dengan kehidupan barunya. Pada masa ini wanita akan mempunyai risiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Gangguan psikis pada ibu pasca melahirkan dikenal dengan depresi postpartum.

Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional, data diperoleh dengan membagikan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) kepada 40 ibu postpartum di bangsal rawat inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi pada sindrom depresi postpartum di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 40 ibu postpartum, lima diantaranya (12.5%) mengalami sindrom depresi postpartum dengan skor EPDS > 10. Berdasarkan kelompok umur seluruh responden mengalami sindrom depresi

postpartum adalah kelompok umur dewasa muda. Berdasarkan status pernikahan seluruh responden berstatus menikah. Berdasarkan pendidikan yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang berpendidikan perguruan tinggi yaitu (60%). Berdasarkan pekerjaan yang mengalami sindrom depresi

postpartum terbanyak adalah yang bekerja yaitu (60%). Berdasarkan jumlah paritas yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah multipara yaitu (80%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu postpartum memiliki angka kejadian sindrom depresi yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan untuk perlu adanya penanganan yang bersifat menyeluruh tidak hanya dari segi fisik tetapi juga dari segi kesehatan jiwa.


(14)

ABSTRACT

Pregnancy, childbirth and motherhood is a woman's physiological. The incident was a transitional period of life of women. Many consider that it is a process of transition of the fun of life. However, in some women, the transition is causing stress and depression causing negativity and fear and anxiety with her new life. At this time she will have a risk of physical and psychological health. Psychological disorders in postpartum mothers with postpartum depression is known.

Using cross-sectional descriptive methods, data obtained by distributing questionnaires Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) to 40 mothers in the postpartum ward inpatient Obstetrics and Gynecology Hospital Dr. Pirngadi Medan. This study aims to know the description of demographic characteristics on postpartum depression syndrome in Hospital Dr. Pirngadi Medan.

The results of this study indicate postpartum from 40 mothers, five of which (12.5%) experienced postpartum depression syndrome with EPDS score > 10. All respondents by age group experienced postpartum depression syndrome were an early adult age group. Based on the marital status of all respondents were married. Based on the educational experience postpartum depression syndrome were educated in college ie (60%). Based on work experience postpartum depression syndrome were work (60%). Based on the number parity experiencing postpartum depression syndrome were multiparous (80%).

From this study it can be concluded that the mother had postpartum depression syndrome incidence is high. Therefore, it is advisable to have a holistic treatment which not only physically but also in terms of mental health.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Depresi adalah salah satu penyakit gangguan mood. Sebanyak dua pertiga orang dengan depresi tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit yang dapat disembuhkan sehingga tidak mencari pengobatan. Selain itu, kebodohan dan mispersepsi penyakit oleh masyarakat, termasuk penyedia kesehatan, sebagai suatu kelemahan pribadi atau kegagalan yang dapat menyebabkan stigmatisasi yang menyakitkan dan menghindari diagnosa sehingga banyak dari mereka yang terkena dampak (Halverson, 2011). Depresi merupakan salah satu penyakit psikologis yang umum diderita, begitu juga pada ibu postpartum.

Kehamilan, melahirkan dan menjadi seorang ibu merupakan fisiologis wanita. Peristiwa tersebut merupakan masa transisi kehidupan wanita. Banyak yang menganggap bahwa hal tersebut merupakan proses masa transisi yang menyenangkan dari kehidupannya. Namun, pada sebagian wanita, masa transisi tersebut menimbulkan stres sehingga menimbulkan hal negatif dan merasa takut dan cemas dengan kehidupan barunya.

Pada masa ini wanita akan mempunyai risiko terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Gangguan psikis pada ibu pasca melahirkan dikenal dengan depresi postpartum. Depresi postpartum merupakan suatu depresi yang relatif berat dan timbul setelah melahirkan (Seminum, 2006).

Depresi postpartum ditandai dengan perasaan depresi dan adanya ide bunuh diri. Pada kasus yang berat depresi dapat menjadi psikotik, dengan halusinasi, waham dan pikiran untuk membunuh bayi atau infanticide. Sekitar 20% sampai 40% wanita melaporkan adanya suatu gangguan emosional atau disfungsi kognitif pada masa pasca persalinan. Banyak yang melaporkan banyak mengalami kesedihan pasca persalinan atau yang disebut postpartum blue. Pada satu sampai dua dalam 1.000 kelahiran ditemukan adanya suatu depresi


(16)

Sekitar 10%-15% ibu postpartum pada tahun pertama mengalami depresi

postpartum. Ibu dengan usia muda lebih rentan mengalami hal ini. Berdasarkan hasil dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) prevalensi depresi

postpartum berkisar antara 11.7% sampai 20.4% pada tahun 2004-2005 (Barclay, 2008). Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang menjadi psikosis postpartum dengan prevalensi 0.1-0.2% (Joy, 2010).

Pada suatu penelitian yang dilakukan di Osaka, Jepang, pada tahun 2010 dengan jumlah responden sebanyak 771 orang yang menghubungkan pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan dengan kejadian depresi postpartum mendapat hasil prevalensi postpartum sebanyak 13.8% (Miyake, dkk, 2010). Suatu penelitian tentang perbedaan risiko depresi postpartum antara ibu primipara dengan multipara yang dilakukan di RSIA ‘Aisyiyah Klaten tahun 2010, dengan jumlah responden sebanyak 44 orang didapati hasil angka kejadian risiko depresi

postpartum ibu primipara dan multipara berbeda berdasarkan usia. Ibu primipara rentan dengan risiko depresi postpartum pada usia yang lebih muda dibandingkan ibu multipara (Sari, 2010).

Penelitian yang dilakukan di Boyolali pada tahun 2008 dengan mengambil sampel sebanyak 30 responden tentang dukungan sosial dengan kejadian depresi

postpartum didapatkan hasil bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diterima ibu maka semakin menurun tingkat depresi (Dewi, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tahun 2009 pada 50 orang ibu postpartum spontan di bangsal rawat inap RSUP. Haji Adam Malik Medan didapatkan hasil wanita

postpartum yang mendapatkan sindrom depresi postpartum sebanyak 16% dan yang tidak mengalami depresi postpartum sebanyak 84% (Sari, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dan mempunyai kunjungan persalinan yang cukup banyak di Medan. Berdasarkan hasil survey awal yang telah dilakukan, ibu

postpartum dengan partus spontan sebanyak 129 orang di tahun 2010. Rata-rata perbulan sekitar 10 orang. Lamanya ibu postpartum spontan yang dirawat sekitar 2-5 hari. Dengan banyaknya jumlah ibu postpartum, masalah psikologis seperti depresi postpartum cendrung ada.


(17)

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu untuk dilakukan penelitian tentang sindrom depresi pada ibu postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan untuk mengetahui bagaimana gambaran karakteristik demografi pada sindrom depresi postpartum.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran karakteristik demografi penderita sindrom depresi postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran karakteristik demografi penderita sindrom depresi

postpartum.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

a. Mengetahui jumlah penderita sindrom depresi postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan periode Juli-September 2011. b. Mengetahui gambaran karakteristik demografi (umur, status pernikahan,

pendidikan, pekerjaan, dan jumlah paritas) pada pasien dengan sindrom depresi postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

1 Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan 2 Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa

untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

3 Bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan, hasil penelitian ini memberi informasi sebagai referensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa pada ibu postpartum

4 Bagi dinas kesehatan, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa depresi pada ibu postpartum merupakan suatu hal yang harus dikonsultasikan kepada tenaga medis terkait agar kesehatan jiwa ibu baik


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depresi

Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan (Baihaqi, dkk, 2007). Depresi termasuk dalam gangguan mood yang utama. Pada pasien depresi akan merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan dan berpikir tentang kematian atau bunuh diri (Kaplan, 2010).

2.1.1. Epidemiologi

Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering ditemukan, dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15%, kemungkinan setinggi 25% pada wanita. Prevalensi berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa depresi pada wanita dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan usia rata-rata onset untuk gangguan depresi berat sekitar 40 tahun, 50% dari pasien memiliki onset antara usia 20-50 tahun. Prevalensi gangguan mood tidak berbeda dari satu ras dengan ras yang lain. Pada umumnya, depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai (Kaplan, 2010).

2.1.2. Etiologi

Dasar umum pada gangguan depresi berat tidak diketahui. Faktor penyebab dapat dibagi sebagai berikut (Kaplan, 2010):

1. Faktor Biologis

Sejumlah besar penelitian telah melaporkan adanya berbagai kelainan di dalam metabolit amin biogenik. Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.


(20)

2. Faktor Genetika

Data genetik dengan kuat menyatakan genetika merupakan suatu faktor penting di dalam perkembangan gangguan mood. Pola penurunan genetika melalui suatu mekanisme penurunan yang kompleks, bukan tidak mungkin untuk menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor nongenetik kemungkinan memiliki peranan kausatif yang berperan dalam gangguan mood pada beberapa orang.

3. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan merupakan peranan primer dalam terjadinya depresi. Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan dengan perkembangan depresi adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan.

2.1.3. Gejala Psikis dan Somatis

Yang termasuk dalam gejala psikis adalah merasa sedih, susah, tidak berguna, gagal, putus asa, tidak mempunyai harapan. Yang termasuk gejala somatis adalah anoreksia, kulit lembab, tekanan darah dan nadi naik turun, tidak semangat dan sulit tidur. Ada depresi yang disertai dengan penarikan diri dan ada pula dengan kegelisahan dan agitasi (Baihaqi, dkk, 2007).

2.2. Partus Normal

Partus adalah suatu proses kontraksi uterus yang teratur yang menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan dari uterus. Rata-rata masa kehamilan pada manusia adalah 266 hari sejak konsepsi atau 280 hari (40 minggu) sejak hari pertama haid terakhir (Scott, 2002; Hefner dan Schust, 2008).

2.2.1. Fase-Fase Partus Normal

Partus merupakan suatu seri dari empat fase fisiologis, yang ditandai dengan adanya pelepasan miometrium dari efek inhibisi selama masa kehmilan dan aktivitas stimulan terhadap kontraktilitas uterus (Hefner dan Schust, 2008).


(21)

Fase nol meliputi mayoritas pada masa kehamilan. Pada fase ini, uterus dalam keadaan tenang akibat adanya zat penghambat kontraktilitas. Zat penghambat tersebut meliputi progesteron, prostasiklin, nitrat oksida, peptida yang terkait dengan hormon paratiroid, gen kalsitonin, relaksin, adrenomedulin, dan peptida internal vasoaktif (Hefner dan Schust, 2008).

Menjelang akhir masa kehamilan normal, uterus mengalami proses aktivasi pada fase satu. Selama fase ini, sejumlah protein yang berhubungan dengan kontraksi meningkat di bawah pengaruh esterogen. Protein tersebut meliputi reseptor miometrium untuk prostaglandin dan oksitosin, kanal ion membran dan koneksin 43, suatu komponen kunci gap junction, yang akan mengaktifkan sel-sel miometrium secara elektrik dan memaksimalkan koordinasi gelombang kontraksi yang bergerak dari fundus uteri ke serviks (Hefner dan Schust, 2008).

Fase dua disebut stimulasi. Pada fase ini, oksitosin dan prostaglandin (PG) seperti PGE2 dan PGF2α dapat menginduksi kontraksi pada uterus, sehingga

serviks berdilatasi, janin, membran dan plasenta dikeluarkan dari uterus yang disebut kelahiran (Hefner dan Schust, 2008).

Fase tiga disebut involusi. Pada fase ini, kontraksi secara terus-menerus pada uterus menyebabkan hemostasis yang diperlukan, pada akhirnya mengurangi uterus postpartum yang membesar masif ke ukuran yang sedikit lebih besar dari ukuran sebelum hamil (Hefner dan Schust, 2008).

2.2.2. Tahap Persalinan

Pembagian tahap persalinan dibagi dalam empat kala yaitu (Manuaba, 2007):

1. KALA I

Kala I adalah kala pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira tujuh jam.


(22)

a. Fase laten, berlangsung selama delapan jam. Pembukaan sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

b. Fase aktif, dibagi dalam tiga fase lagi, yaitu:

1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu dua jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu dua jam terjadi pembukaan yang sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu dua jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida maupun multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi menjadi lebih pendek.

2. KALA II

Kala II adalah kala pengeluaran janin yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi baru lahir, proses ini biasanya berlangsung 1,5-2 jam pada primigravida dan 0,5-1 jam pada multigravida.

Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung dua jam pada primigravida dan satu jam pada multigravida.

Gejala utama Kala II:

a. His semakin kuat, dengan internal 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik. b. Menjelang kala II ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan

secara mendadak.

c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap dan di ikuti keinginan ingin mengejan karena tertekannya pleksus franken houser.

d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi:

• Kepala membuka pintu

Sub occiput sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka dan seluruh kepala janin.


(23)

e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

f. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:

1. Kepala dipegang pada os occiput dan dibawahi dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

2. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.

3. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

3. KALA III

Kala III adalah kala uri yaitu dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak boleh lebih dari 30 menit. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan tanda-tanda dibawah ini:

a. Uterus menjadi bundar.

b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim. c. Tali pusat bertambah panjang.

d. Terjadi perdarahan kira-kira 100-200 cc.

4. KALA IV

Kala IV adalah dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama postpartum. Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu. Pemantauan ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.

Pengawasan pada kala IV: a. Periksa fundus:

- 15 menit pada jam pertama setelah persalinan. - Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.


(24)

b. Periksa kelengkapan plasenta untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa dalam uterus.

c. Periksa luka robekan pada perineum dan vagina yang membutuhkan jahitan. d. Memperkirakan pengeluaran darah.

e. Menghindari stagnasi lokia yang dapat menimbulkan infeksi. f. Periksa untuk memastikan kandung kemih tidak penuh.

g. Periksa kondisi ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil pantau ibu lebih sering.

h. Periksa kondisi bayi baru lahir: -Apakah bayi bernafas dengan baik. -Apakah bayi kering dan hangat.

-Apakah bayi siap disusui/pemberian ASI memuaskan.

2.3. Postpartum

Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut

puerperium, yaitu dari kata puer yang berarti bayi dan parous yang artinya melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi (Bahiyatun, 2009).

Masa nifas (puerperium) menurut Sarwono Prawirohardjo dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti ketika sebelum hamil, berlangsung kira-kira enam minggu (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

2.3.1. Periode

Nifas (pueperium) dibagi dalam tiga periode, yaitu (Bahiyatun, 2009): 1. Pueperium dini, adalah kepulihan ketika ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan.

2. Pueperium intermedial, adalah kepulihan menyeluruh alat-alat genital. 3. Remote pueperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat


(25)

2.3.2. Perubahan Fisiologis (Leveno et al 2009)

A. Uterus

Setelah persalinan, kaliber pembuluh ekstrauterus berkurang hingga hampir mencapai keadaan sebelum hamil. Lubang serviks berkontraksi secara perlahan, dan selama beberapa hari setelah persalinan lubang ini massih mudah dimasuki dengan dua jari. Pada akhir minggu pertama, serviks menebal dan kanalis terbentuk kembali. Os eksternus tidak pulih secara total ke bentuk pragravidanya. Os eksternus tetap melebar dan cekungan bilateral di tempat laserasi menetap hingga menjadi tanda serviks para. Setelah dua hari pertama, uterus mulai menciut, dalam dua minggu uterus telah turun ke dalam rongga panggul sejati. Ukuran uterus kembali seperti pada keadaan prahamil dalam waktu sekitar empat minggu.

Tabel 2.1. Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

(Mochtar, 1998)

Afterpains

Pada multipara, uterus sering berkontraksi dengan kuat pada interval-interval tertentu dan menimbulkan afterpains. Afterpains terutama dirasakan jika bayi menyusui karena adanya pelepasan oksitosin, kadang, nyeri ini terasa sangat hebat hingga pasien memerlukan analgesik, tetapi pada umumnya nyeri akan berkurang pada hari ketiga postpartum.


(26)

• Lokia

Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan pengeluaran rabas vagina dengan jumlah bervariasi, rabas ini disebut dengan lokia. Selama beberapa hari setelah persalinan, lokia mengandung cukup banyak darah sehingga berwarna merah (lokia rubra). Setelah tiga atau empat hari, lokia menjadi pucat (lokia serosa). Setelah sekitar hari ke-10 karena adanya leukosit dan penurunan kandungan air, lokia berwarna putih atau putih kekuningan (lokia alba). Lokia dapat menetap hingga empat minggu.

• Subinvolusi

Kata ini menerangkan penghentian atau retardasi involusi, proses saat uterus secara normal pulih ke ukuran semula pada masa nifas. Hal ini disertai oleh perdarahan uterus yang ireguler atau berlebihan. Kausa subinvolusi diantaranya adalah retensi potongan plasenta dan endometritis.

B. Saluran kemih

Kehamilan normal berkaitan dengan peningkatan bermakna air ekstrasel dan diuresis setelah kehamilan merupakan proses fisiologis untuk membalikkan keadaan tersebut. Diuresis biasa terjadi antara hari kedua dan kelima postpartum.

C. Vagina

Sama seperti seviks, vagina dan pintu keuar vagina jarang pulih ke dimensi nulipara. Selain itu, perubahan pada penyangga panggul selama persalinan mungkin mempermudah timbulnya prolaps uterus dan inkontinensia urin.

D. Peritoneum dan Dinding Abdomen

Ligamentum latum dan teres memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari peregangan dan pelonggaran yang terjadi selama masa kehamilan. Dinding abdomen lunak dan lembek karena ruptur serat elastik di kulit. Pemulihan struktur ini ke keadaan normal membutuhkan waktu beberapa minggu.


(27)

E. Darah

Selama beberapa hari pertama postpartum, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit berfluktuasi dalam tingkat sedang. Pada waktu satu minggu setelah melahirkan, volume darah hampir kembali ke tingkat nonhamil. Leukositosis dan trombositosis yang mencolok terjadi selama dan setelah melahirkan. Kadang-kadang hitung leukosit mencapai 30.000/ l.

F. Penurunan Berat Badan

Terjadi penurunan berat badan sekitar 5-6 kg karena evakuasi uterus dan pengeluaran darah normal. Selain itu, terjadi penurunan berat badan sekitar 2-3 kg melalui diuresis. Sebagian besar wanita mencapai berat badan pada saat sebelum hamil dalam waktu enam bulan.

G. Payudara

Pada waktu 24 jam pertama setelah melahirkan terjadi sekresi lakteal, payudara mengalami distensi, menjadi padat, dan nodular.

2.4. Depresi Postpartum

Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul mulai 1-2 dan 4 minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan, khususnya melahirkan anak pertama (Minirth dan Meier, 2001). Namun dapat terjadi pada anak kedua dan ketiga. Wanita yang mengalami depresi postpartum memiliki risiko untuk mendapatkan episode berulang pada persalinan selanjutnya (Tomb, 2004).

Depresi postpartum serupa dengan depresi mayor atau minor lainnya yang dapat timbul kapan saja. Dianggap depresi postpartum jika mulai dalam tiga sampai enam bulan setelah melahirkan (Lenovo et al, 2009).


(28)

2.4.1. Epidemiologi

Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan bipolar

postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup (Strigtht, 2005). Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari semua ibu baru (Curtis, 2000).

Beberapa kelompok wanita memiliki kemungkinan yang jauh lebih besar mengalami depresi selama masa nifas. Remaja dan wanita yang memiliki riwayat penyakit depresif memiliki risiko depresi postpartum sekitar 30%. Hampir 70% wanita yang memiliki riwayat depresi postpartum akan kembali mengalami gangguan ini. Jika seorang wanita memiliki riwayat depresi postpartum dan saat ini mengalami blues, kemungkinan wanita tersebut menderita depresi mayor akan meningkat menjadi 85% (Leveno et al, 2009).

2.4.2. Etiologi

Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya depresi postpartum adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor predisposisi meliputi riwayat psikosis puerperium, gangguan bipolar (sebelumnya disebut sebagai manik-depresif), delirium dan halusinasi, perubahan suasana hati yang cepat agitasi atau bingung dan potensial bunuh diri atau membunuh anaknya.

2. Depresi postpartum dengan atau tanpa psikosis dilihat dari tiga perspektif, yaitu:

• Teori biologis, meliputi perubahan fungsi hipotalamus, kemungkinan berhubungan dengan pengaruh hormonal yang berubah.

• Teori psikologis, meliputi sistem pendukung yang buruk, stres psikologis atau memiliki hubungan yang kurang baik dengan pasangannya.

• Teori sosiokultural, meliputi tingkat kepuasan sosial yang rendah, dukungan, dan kontrol baik di rumah maupun peran sebagai sebagai orang tua (Strigtht, 2005).

3. Sensitivitas individual ibu terhadap perubahan hormon juga dapat menjadi faktor penyebab. Penyebab lain yang mungkin adalah adanya riwayat keluarga


(29)

tentang depresi, kurang dukungan keluarga setelah melahirkan, isolasi dan keletihan kronis (Curtis, 2000).

4. Faktor demografi yaitu umur ibu saat kehamilan dan melahirkan yang sering dikaitkan dengan kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu.

5. Faktor pengalaman, depresi postpartum lebih sering ditemukan pada perempuan yang baru pertama kali melahirkan (primipara)

6. Farktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran antara dorongan untuk bekerja dengan peran sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus anak-anak (Kruckman, 2001 dalam Soep, 2009)

2.4.3. Gambaran Klinis

Gejala pada depresi postpartum adalah sebagai berikut (Leveno et al, 2009; Syafrudin dan Hamidah, 2009; Stevens, 2002):

• Merasa sedih

• Suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat hampir sepanjang hari

• Penurunan atau peningkatan berat badan

• Kehilangan nafsu makan

• Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

• Rasa lelah dan tidak bersemangat

• Iritabilitas dan kemurungan

• Tidak memperhatikan bayi

• Merasa tidak berharga atau merasa bersalah

• Berkurang kemampuan untuk berpikir dan mengambil keputusan

• Pikiran bunuh diri atau membunuh bayi

2.4.4. Perjalanan penyakit

Perjalanan alami penyakit adalah dengan adanya perbaikan bertahap dalam waktu enam bulan setelah persalinan. Kemungkinan untuk pulih sempurna


(30)

umumnya baik. Hampir 15% wanita mengalami perjalanan penyakit monofasik disertai pemulihan total, dan separuhnya memperlihatkan perjalanan multifasik dengan rata-rata 2,5 episode depresi per pasien dan akhirnya pulih sempurna.

Pada sebagian kasus depresi postpartum dapat bersifat asimtomatik sampai berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun, keadaan ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan antara ibu dan anaknya. Ibu yang mengalami depresi terbukti kurang berinteraksi sosial dan bermain dengan anaknya (Leveno et al, 2009)

2.5. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner setelah melahirkan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

Ibu yang rentan mengalami depresi postpartum adalah sebagai berikut (Syafrudin dan Hamidah, 2009):

• Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang mengalami depresi.

• Tidak mempunyai pengalaman merawat orang lain; misalnya saudara kandung, di masa anak-anak atau remaja.

• Memiliki keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anak-anak atau remaja.

• Tidak memiliki dukungan positif dari suami selama dan setelah melahirkan.

• Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan.

• Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat bayi dari waktu ke waktu.

Skrining rutin untuk depresi postpartum dapat menggunakan alat pemeriksaan psikiatrik yang disebut Edinburgh Postnatal Depression Scale

(EPDS) yang didisain oleh Cox, Holden dan Sagovsky. Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat digunakan pada ibu yang sedang rawat inap, home visit, atau pada 6-8 minggu setelah melahirkan. Edinburgh Postnatal Depression Scale


(31)

terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987).

Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan efisien untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk depresi postpartum, mudah dijalankan dan telah terbukti menjadi alat skrining yang efektif (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987). Setiap pertanyaan memiliki empat respon yang mungkin, yang dinilai dari 0 sampai 3. Nilai skor maksimum EPDS adalah 30, jika skor rendah maka lebih baik. Di United Kingdom, jika skor EPDS 9-10 maka direkomendasikan untuk menjalani skrining selanjutnya. Pada wanita yang mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko tinggi untuk terjadinya depresi postpartum (Wisner, Parry, dan Piontek, 2002).

Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate dalam berbagai bahasa dan di validasi di berbagai negara diantaranya Arab, Cina, Belanda, Perancis, Jerman, Jepang, Norwegia, Vietnam, Malaysia. Edinburgh Postnatal Depression Scale dalam bahasa Indonesia sudah diterjemahkan (Department of Health Government of Western Australia, 2006).

Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah dilakukan dan telah divalidasi di Jakarta. Hasil studi tersebut membuktikan bahwa instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia (Kusumadewi, Irawati, Elvira, dan Wibisono, 1998 dalam Sari, 2009).


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar: 3.1. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

Karakteristik demografi adalah ciri-ciri dari suatu individu yang terdiri dari umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan sebagainya.

• Umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam tahun. Cara ukur adalah dengan wawancara. Alat ukur adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil ukur adalah (Sadock dan Sadock, 2003): a. Dewasa Muda (20-45 tahun)

b. Dewasa (> 45 tahun) Variabel: Kategorik

• Status pernikahan ditentukan apakah ibu postpartum dalam ikatan pernikahan atau tidak. Cara ukur adalah dengan wawancara. Alat ukur adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil ukur adalah:

a. Menikah b. Tidak menikah Variabel: Kategorik

Karakteristik Demografi: (umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan

jumlah paritas)

Sindrom Depresi Postpartum berdasarkan


(33)

• Pendidikan adalah jenjang pengajaran yang sedang dijalani atau sudah diselesaikan sampai tamat. Cara ukur adalah dengan wawancara. Alat ukur adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil ukur adalah:

a. SD b. SMP c. SMA

d. Perguruan Tinggi Variabel: Kategorik

• Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Cara ukur adalah dengan wawancara. Alat ukur adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil ukur adalah:

a. Bekerja b. Tidak Bekerja Variabel: Kategorik

• Jumlah paritas adalah frekuensi seorang wanita melahirkan anak. Cara ukur adalah dengan wawancara. Alat ukur adalah dengan menggunakan kuesioner. Hasil ukur adalah:

a. Primipara (anak pertama) b. Multipara (anak ≥ 2) Variabel: Kategorik

• Depresi postpartum merupakan suatu depresi yang relatif berat dan timbul setelah melahirkan (Seminum, 2006). Cara ukur dengan mengisi kuesioner. Alat ukur dengan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang merupakan kuesioner skrining untuk mendeteksi risiko depresi postpartum. Kuesioner berisi 10 pertanyaan. Pada setiap pertanyaan diberi skor 0-3. Total skor adalah 0-30. Hasil ukur diinterpretasikan berdasarkan skala:


(34)

b. Mengalami depresi postpartum jika total skor > 10 Variabel: Kategorik


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan jenis metode potong lintang (cross sectional study).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2011. Penelitian ini dilakukan di bangsal rawat inap Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi target adalah ibu postpartum dengan usia ≥ 20 tahun. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu postpartum dengan usia ≥ 20 tahun di bangsal rawat inap Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan pada bulan Juli-September 2011.

4.3.2. Kriteria Inklusi

1. Ibu postpartum anak I, II, III, IV atau lebih

2. Usia kehamilan aterm (37 minggu) dengan partus spontan 3. Bayi lahir hidup dan tidak cacat

4. Ibu berusia ≥ 20 tahun, karena pada usia ini aman untuk bereproduksi dan pemikiran sudah lebih dewasa.

5. Kooperatif dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian

4.3.3. Kriteria Eksklusi

1. Mengalami riwayat gangguan psikiatrik lainnya


(36)

4.3.4. Besar Sampel

Perkiraan besar sampel:

Prevalensi depresi postpartum berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah 11.7%.

Besar sampel dihitung dengan rumus:

Zα2

PQ n=

d2 Dimana:

Zα : nilai normal berdasarkan α = 0,05 dan Zα = 1.96 P : prevalensi depresi postpartum

Q : 1-P = 1-0,117 = 0.883

d : ketepatan absolut yang dikehendaki (ditentukan peneliti) = 0,1 n : jumlah sampel minimal

(1.96)2 (0.117) (0.883) n=

(0.1)2 n= 39.68 ≈ 40

Jadi sampel minimal yang harus diteliti adalah 40 orang. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang dibutuhkan terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2010).

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Teknik Pengumpulan

Pada ibu postpartum yang memenuhi kriteria inklusi diberikan kuesioner

Edinburgh Postnatal Scale (EPDS) untuk menskrining sindrom depresi


(37)

4.4.2. Validasi Kuisioner

Edinburgh Postnatal Scale (EPDS) sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan telah divalidasi di Jakarta. Hasil studi tersebut membuktikan bahwa instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia (Kusumadewi, Irawati, Elvira dan Wibisono, 1998 dalam Sari, 2009).

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Statistical Product And Service Solution (SPSS) 17,0 for windows dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi kemudian dinarasikan serta melakukan pembahasan sesuai dengan kepustakaan yang ada.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bangsal rawat inap Obstetri dan Ginekologi ruang V dan lantai lima RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 dan sejak tanggal 27 Desember 2001 dikelola oleh Pemerintah Kota Medan dengan status Rumah Sakit Swadana dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dan beberapa sub spesialis. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jalan Prof. H. M. Yamin, S.H. nomor. 47, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur. Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga nonmedis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga umum, dan tenaga kesehatan lainnya.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 40 orang responden yang merupakan pasien di bangsal rawat inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dan memenuhi kriteria inklusi. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden yang diamati adalah kelompok umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah paritas.


(39)

Tabel: 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Subjek Penelitian

Karakteristik Responden

Jumlah (orang) Persentasi (%)

Umur Dewasa Muda 39 97.5

Dewasa 1 2.5

Status Pernikahan

Menikah 100 100

Tidak Menikah 0 0

Pendidikan

SD 2 5

SMP 6 15

SMA 22 55

Perguruan Tinggi 10 25

Pekerjaan Bekerja 16 40

Tidak Bekerja 24 60

Jumlah Paritas Primipara 12 30

Multipara 28 70

Berdasarkan Tabel 5.1., terlihat bahwa responden didominasi oleh kelompok umur dewasa dini sebanyak 39 orang (97.5%), seluruh responden berstatus menikah, berpendidikan SMA sebanyak 22 orang (55%), tidak bekerja sebanyak 24 orang (60%), dan multipara sebanyak 28 orang (70%).

5.1.3. Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Skor Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

Responden yang ikut serta dan memenuhi kritreria inklusi diberi kuesioner EPDS yang terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor 0-3 dengan total skor adalah 30. Mengalami sindrom depresi postpartum apabila skor > 10 dan tidak mengalami sindrom depresi postpartum apabila skor ≤ 10. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.


(40)

Tabel: 5.2. Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Skor EPDS

Sindrom Depresi Postpartum (Skor EPDS)

Jumlah (orang) Persentasi %

≤10 35 87.5

>10 5 12.5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 5.2., dari 40 responden yang menjadi sampel penelitian, didapati sebanyak lima orang dengan proporsi 12.5% yang mengalami sindrom depresi postpartum dengan skor EPDS > 10.

5.1.4 Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Karakteristik Demografi

a. Umur

Tabel: 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Karakteristik Umur

Umur Sindrom Depresi Postpartum Jumlah

Ya Tidak

n % n %

Dewasa Muda 5 100 34 97.1 39

Dewasa 0 0 1 2.9 1

Total 5 35 40

Berdasarkan Tabel 5.3., karakteristik bedasarkan umur dibagi dalam dua kategorik. Hasil penelitian terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak pada kelompok usia dewasa muda sebanyak lima orang (100%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak pada kelompok usia dewasa muda sebanyak 34 orang (97.1%).


(41)

b. Status Pernikahan

Tabel: 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Sindrom Depresi Postpartum Jumlah

Ya Tidak

n % n %

Menikah 5 100 35 100 40

Tidak Menikah 0 0 0 0

Total 5 35 40

Berdasarkan Tabel 5.4., karakteristik berdasarkan status pernikahan dibagi atas dua kategorik yaitu menikah dan tidak menikah. Hasil penelitian terlihat bahwa lima orang (100%) responden yang mengalami sindrom depresi

postpartum berstatus menikah.

c. Pendidikan

Tabel: 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Pendidikan

Status Pendidikan Sindrom Depresi Postpartum Jumlah

Ya Tidak

n % n %

SD 0 0 2 5,7 2

SMP 0 0 6 17.1 6

SMA 2 40 20 57.1 22

Perguruan Tinggi 3 60 7 20 10


(42)

Berdasarkan Tabel 5.5., karakteristik berdasarkan pendidikan dibagi dalam empat kategorik. Hasil penelitian terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak berpendidikan perguruan tinggi sebanyak tiga orang (60%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak berpendidikan SMA sebanyak dua orang (57.1%).

d. Pekerjaan

Tabel: 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Sindrom Depresi Postpartum Jumlah

Ya Tidak

n % n %

Bekerja 3 60 13 37.1 16

Tidak Bekerja 2 40 22 62.9 24

Total 5 35 40

Berdasarkan Tabel 5.6., karakteristik berdasarkan pekerjaan dibagi dalam dua kategorik yaitu bekerja dan tidak bekerja. Hasil penelitian terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang bekerja sebanyak tiga orang (60%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah yang tidak bekerja sebanyak 22 orang (62.9%).


(43)

e. Jumlah Paritas

Tabel: 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Jumlah Paritas

Jumlah Paritas Sindrom Depresi Postpartum Jumlah

Ya Tidak

n % n %

Primipara 1 20 11 31.4 12

Multipara 4 80 24 68.6 28

Total 5 35 40

Berdasarkan Tabel 5.7., karakteristik berdasarkan jumlah paritas dibagi dalam dua kategorik yaitu primipara dan multipara. Hasil penelitian terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang multipara sebanyak empat orang (80%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah yang multipara sebanyak 24 orang (68.6%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Skor Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).

Depresi postpartum merupakan suatu depresi yang relatif berat dan timbul setelah melahirkan (Seminum, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden didapati sebanyak lima orang diantaranya atau sebesar 12.5% memiliki skor EPDS > 10 yang berarti mengalami sindrom depresi postpartum. Sebanyak 35 orang (87.5%) tidak mengalami sindrom depresi postpartum dan memiliki skor EPDS ≤ 10.

Hasil pada penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan di bangsal rawat inap RSUP. Haji Adam Malik Medan yang mendapatkan hasil sebesar 16% mengalami sindrom depresi postpartum dan yang tidak mengalami depresi postpartum sebesar 84% (Sari, 2009). Penelitian yang dilakukan di


(44)

sebesar 48,9% kelompok control tidak mengalami depresi dan 51,1% mengalami depresi, responden kelompok case 87.5% tidak mengalami depresi dan 12.5% mengalami depresi postpartum (Nazara, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan di bagian kebidanan RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta memperoleh prevalensi sebesar 11.3% ibu mengalami depresi ringan, 1.9% mengalami depresi sedang, dan 0.5% mengalami depresi berat setelah melahirkan (Papayungan, 2005 dalam Zahra, 2010). Penelitian yang dilakukan Gotlib dan kawan-kawan mendapati sebesar 6.8% ibu mengalami depresi postpartum (Gotlib, dkk, 1989).

5.2.2. Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Karakteristik Demografi

a. Umur

Berdasarkan Tabel 5.3. terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak pada kelompok usia dewasa muda sebanyak lima orang (100%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak pada kelompok usia dewasa muda sebanyak 34 orang (97.1%).

Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nielsen dan kawan-kawan mendapatkan prevalensi sebesar 34.6% yang menderita depresi postpartum

pada yaitu kelompok umur 30-34 tahun yang merupakan kelompok umur dewasa (Nielsen, dkk, 2000). Penelitian yang dilakukan Sari mendapatkan hasil dimana kelompok umur yang paling banyak mengalami depresi 25-29 tahun dan 30-34 tahun (Sari, 2009).

Hasil penelitian ini berbeda hasil dengan penelitian yang dilakukan Novianti pada ibu primigravida yang mendapatkan hasil dimana ibu yang mengalami depresi postpartum adalah ibu yang berumur kurang dari 20 tahun (57.45%). Peluang untuk mengalami depresi postpartum sebesar 3.16 kali dibanding dengan ibu yang berumur 20-30 tahun (Novianti, 2009). Hal ini kemungkinan terjadi karena pada usia kurang dari 20 tahun perempuan dianggap belum siap secara mental untuk menjadi seorang ibu.


(45)

b. Status Pernikahan

Berdasarkan Tabel 5.4. terlihat bahwa seluruh responden yang mengalami sindrom depresi postpartum berstatus menikah. Hal ini sama dengan penelitian yang Sari yang menyebutkan bahwa ibu dengan depresi postpartum seluruhnya berstatus menikah (Sari, 2009).

Hasil penelitian ini sama dengan literatur yang menyebutkan bahwa bahagia atau tidaknya suatu pernikahan merupakan salah satu faktor psikologi untuk terjadinya sindrom depresi postpartum. Jika pernikahan tidak bahagia, atau hubungan dengan pasangan kurang bahagia seperti gangguan hubungan dengan suami selama proses kehamilan, komunikasi terhambat, kurangnya afeksi, perbedaan nilai atau ketidaksesuaian keinginan, maka ibu akan cenderung mengalami depresi postpartum (Rosenberg et al, 2003).

c. Pendidikan

Berdasarkan Tabel 5.5. terlihat bahwa yang mengalami sindrom depresi

postpartum terbanyak berpendidikan perguruan tinggi sebanyak tiga orang (60%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 20 orang (57.1%).

Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sari, dimana kelompok pendidikan yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang berpendidikan perguruan tinggi (50%) (Sari, 2009). Namun, hasil penelitian ini berbeda hasil dengan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Nias mendapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pendidikan rendah berpeluang 11.6 kali mengalami depresi postpartum dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi (Nazara, 2009). Penelitian yang dilakukan Soep juga menunjukkan hasil ibu yang mengalami depresi postpartum adalah yang berpendidikan rendah (61.1%) dibanding pendidikan sedang (32.3%) dan pendidikan tinggi (0%) (Soep, 2009).

Hasil penelitian ini sama dengan literatur yang menyebutkan bahwa ibu dengan pendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau


(46)

melakukan aktivitas di luar rumah dengan peran sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya (Kruckman, 2001 dalam Soep, 2009).

d. Pekerjaan

Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang bekerja sebanyak tiga orang (60%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah yang tidak bekerja sebanyak 22 orang (62.9%).

Hasil pada penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Soep, menyebutkan bahwa proporsi ibu yang mengalami sindrom depresi postpartum

relatif sama dengan ibu yang tidak bekerja masing-masing 36.4% dan 34.2% (Soep, 2009). Hasil penelitian ini sama dengan literatur yang menyebutkan bahwa ibu yang bekerja lebih rentan mengalami depresi postpartum karena harus menyesuaikan diri dengan aktivitas kerjanya setelah memiliki anak (Simpson et al, 2003 dalam Zahra, 2010).

e. Jumlah Paritas

Berdasarkan tabel 5.7. terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang multipara sebanyak empat orang (80%) dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah yang multipara sebanyak 24 orang (68.6%).

Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Soep, bahwa yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah ibu dengan multipara (44%) dibanding ibu primipara (28.6%) (Soep, 2009). Penelitian Sari juga menunjukkan hasil yang mengalami sindrom depresi postpartum ibu dengan multipara (50%) (Sari, 2009).

Hasil penelitian ini berbeda dengan literatur yang menyebutkan bahwa depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara) dikarenakan peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang baru baginya dan dapat menimbulkan stres (Kruckman, 2001 dalam Soep, 2009). Kemungkinan ibu multipara yang


(47)

mengalami depresi postpartum pada penelitian ini berkaitan dengan biaya, dengan bertambahnya anak, maka akan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan untuk anaknya tersebut.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu postpartum yang mengalami sindrom depresi postpartum dengan skor EPDS > 10 sebanyak lima orang (12.5%)

2. Seluruh ibu yang mengalami sindrom depresi postpartum adalah kelompok umur dewasa muda

3. Seluruh responden berstatus menikah

4. Berdasarkan pendidikan yang mengalami sindrom depresi postpartum

terbanyak adalah yang berpendidikan perguruan tinggi sebanyak tiga orang (60%)

5. Berdasarkan pekerjaan yang mengalami sindrom depresi postpartum

terbanyak adalah yang bekerja sebanyak tiga orang (60%)

6. Berdasarkan jumlah paritas yang mengalami sindrom depresi postpartum

terbanyak adalah multipara sebanyak empat orang (80%)

6.2. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melihat tingginya angka kejadian sindrom depresi postpartum maka perlu adanya penanganan yang bersifat menyeluruh tidak hanya dari segi fisik tetapi juga dari segi kesehatan jiwa.

2. Perlunya peranan tenaga medis terkait baik bidan, dokter umum, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan dokter spesialis jiwa/psikiater baik di poliklinik maupun di bangsal rawat inap agar lebih menanggapi


(49)

gejala-gejala depresi postpartum dengan melalukan skrining dengan menggunakan instrumen yang tepat yaitu EPDS.

3. Perlunya dilakukan edukasi pada pasien dan keluarga yang mengalami sindrom depresi postpartum agar tidak belanjut menjadi psikotik.

4. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat analitik dan dilakukan dibeberapa tempat yang berbeda.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Baihaqi, MIF., Sumardi., Riksma., Akhlan, Ridalfi.N & Heryati, Euis, 2007.

Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: PT. Refika Aditama.

Barclay, Laurie., 2008. Medscape Medical News: Prevalence of Self-Reported Postpartum Depresisive Symptoms Ranges From 11,7to 20,4%, 57 (14); 361-366.

Cox, J.L., Holden, J.M., & Sagovsky, R., 1987. British Journal of Psychiatry: Detection of Postnatal Depression. Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. Volume 150: 782-786.

Curtis, Glade B., 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.

Department of Health, Government of Western Australia, 2006. Using the Edinburgh Postnatal Depression Scale EPDS Translated into languages Other Than English.

Dewi, Emi Puspita., 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kejadian Depresi Pada Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/438/ [Accesed Maret 2011].

Gotlib, I.H., Whiffen, V.E., Mount, J.H., Milne, K, Cordy, N.I., 1989. Prevalence Rates And Demographic Characteristics Associated With Depression In Pregnancy And The Postpartum. Journal of Consulting and Clinical Psychology, Volume 57(2): 269-274.


(51)

Halverson, Jerry L., 2011. Depression. Available from:

[Accesed 22 April

2011].

Heffner, L.J., & Schust, D.J., 2008. At a Glance: Sistem Repoduksi. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Available from:

[Accesed April 2011].

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Kruckman., 2001. Maternity Nursing: Family, Newborn and Womens Health Care, Education (18th ed). Philadelpia: Lippincott Dalam Soep., 2009.

Pengaruh Intervensi Pseudoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di RSU DR. Pirngadi Medan. Available from: [Accesed April 2011].

Kusumadewi, I., Irawati, R., Elvira, S., & Wibisono, S., 1998. Validation Study of the Edinburgh Postnatal Depression Scale. Indonesian Psychiatric Quarterly, XXXI; 2: 99-110 Dalam: Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan. Available from:

[Accesed April 2011].

Manuaba, I.B.G., Manuaba, Chandrawinata I.A., & Manuaba, Fajar I.B.G., 2007.


(52)

Minirth, Frank B., & Meier, Paul D., 2001. Kebahagian: Sebuah Pilihan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Miyake, Yoshihiro., Tanaka, Keiko., Sasaki, Satosi & Hirota, Yoshio. 2010.

Employment, income, and education and risk of postpartum depression: The Osaka Maternal and Child Health Study. Journal of Affective Disorder. Volume: 130 h-133-137.

Mochtar, Rustam., 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.

Nazara, Yafeti., 2009. Efektivitas Psikoedukasi Terhadap Pencegahan Depresi Pascasalin (Penelitian Di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Nias, Sumatera Utara). Maj Obstet Ginekol Indones. Volume 33: 216-233.

Nielsen, D., Videbech, P., Hedegaard, M., Dalby, J. & Secher, N.J., 2000.

Postpartum depression: identification of women at risk. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 107: 1210–1217.

Noviati, Lusi., 2009. Hubungan Umur Ibu Primigravida Dengan Depresi Antepartum Di Kabupaten Purworejo. Available from: http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail &act=view&typ=html&buku_id=44379&obyek_id=4 [Accesed Maret 2011].

Papayungan, D., 2005. Pendekatan Consultation-Liaison Psychiatry Pada Penatalaksanaan Depresi Pasca Bersalin. Jiwa-Indonesian Psychiatryc Quaeterly 4, 79-91 Dalam: Zahra, Roswiyani, P., 2010. Depresi Pasca

Melahirkan. Available from:


(53)

http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wpcontent/uploads/2010/09/39-postpartum-depression-roswiyani-p-zahra-mpsi.pdf. [Accesed November 2011].

Rosenberg, R., Greening, D., & Windell, J., 2003. Conquering Postpartum Depression: A Proven Plan for Recovery. Cambridge, MA: Perseus Books Group.

Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2003. Synopsis Psychiatry. Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.

Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Available from:

Accesed April 2011].

Sari, Maya Eka., 2010. Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara Ibu Primipara Dengan Multipara Di RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Available from:

Accesed Maret 2011].

Sastroasmoro, Sudigdo., & Ismael, Sofyan., 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: CV Sagung Seto.

Scott, J.R et al, 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

Seminum, Yustinus., 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Simpson, J.A., Rholes, W.S., Campbel, L., Tran, S., & Wilson, C.L., 2003. Adult Attachment, The Transition To Parenthood, And Depressive Symptoms.

Journal Of Personality And Social Psycology. Volume 87: 1172-1187. Dalam: Zahra, Roswiyani, P., 2010. Depresi Pasca Melahirkan. Available from:


(54)

postpartum-depression-roswiyani-p-zahrampsi.pdf. [Accesed November 2011].

Soep., 2009. Pengaruh Intervensi Pseudoedukasi Dalam Mengatasi Depresi Postpartum Di RSU DR. Pirngadi Medan. Available from: [Accesed April 2011].

Stevens, Lise M., 2002. The Journal of the American Medical Assosiation.Volume: 287. No. 6.

Stright, Barbara R., 2005. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Syafrudin., Hamidah., 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Tomb, David A., 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Wisner, K.L., Parry, B.L., & Piontek, C.M., 2002. New England Journal of Medicine: Postpartum Depression.Volume 347:194-199.


(55)

LAMPIRAN I

LEMBAR PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya, Syifa Khairunnisa Nasution mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2008. Saat ini, saya sedang menjalankan penelitian dengan judul “Gambaran Karakteristik Demografi Penderita Sindrom Depresi Postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi penderita sindrom depresi postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Ibu bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan Ibu.

Identitas pribadi Ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Ibu dapat bertanya langsung pada saya atau dapat menghubungi saya di nomor 081808881640. Atas perhatian dan kesediaan Ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,


(56)

LAMPIRAN II

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat :

telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul “Gambaran Karakteristik Demografi Penderita Sindrom Depresi Postpartum di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi peserta dalam penelitian ini.

Demikianlah persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Hormat Saya,


(57)

LAMPIRAN III

Edinburgh Postnatal Depression Scale

Nama :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Status Perkawinan : Jumlah Paritas :

Instruksi. Setelah anda melahirkan bayi, kami ingin mengetahui bagaimana perasaan anda sekarang. Dibawah ini ada sebuah contoh pertanyaan yang dilengkapi dengan jawabannya.

Saya merasa bahagia:

Ya, hampir setiap waktu Tidak terlalu sering

Tidak, tidak sama sekali Ya, kadang-kadang

Jawaban ini berarti “saya kadang-kadang merasa bahagia”.

Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cara yang sama. 1. Saya bisa tertawa dan melihat segi-segi lucu dari segala sesuatu, misalnya

suatu pertunjukan/bacaan/cerita komedi, lawakan, guyonan, obrolan sehari-hari:

Sebayak-banyaknya Sangat sedikit

Sekarang tidak begitu banyak Tidak sama sekali

2. Saya gembira menghadapi segala sesuatu:

Sebanyak-banyaknya Sangat kurang dari biasanya Berkurang sedikit dari biasanya Hampir tidak pernah


(58)

3. Saya menyalahkan diri sendiri secara tidak semestinya bila keadaan menjadi buruk:

Ya, hampir selalu Tidak begitu sering

Ya, kadang-kadang Tidak pernah

4. Saya merasa khawatir dan cemas tanpa alasan yang jelas:

Tidak sama sekali Ya, kadang-kadang

Hampir tidak pernah Ya, sering

5. Saya merasa takut atau panik tanpa alasan yang jelas:

Ya, cukup sering Tidak, tidak banyak

Ya, kadang-kadang Tidak sama sekali

6. Segala sesuatu terasa membebani saya:

Ya, hampir selalu saya tidak bisa mengatasinya

Ya, kadang-kadang saya tidak bisa mengatasi sebaik biasanya Tidak, hampir selalu saya bisa mengatasinya dengan baik Tidak, saya bisa mengatasinya dengan baik seperti biasanya

7. Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga saya sulit tidur:

Ya, hampir setiap waktu Tidak terlalu sering

Ya, kadang-kadang Tidak sama sekali

8. Saya merasa sedih dan jengkel tidak menentu:

Ya, hampir setiap waktu Tidak begitu sering

Ya, cukup sering Tidak sama sekali

9. Saya merasa sangat tidak bahagia, sehingga saya menangis:

Ya, hampir setiap waktu Hanya sesekali


(59)

10.Pernah ada pikiran-pikiran untuk melukai diri sendiri:

Ya, cukup sering Jarang


(60)

LAMPIRAN IV

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syifa Khairunnisa Nasution Tempat / Tanggal Lahir : Medan/ 8 September 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mesjid Khairuna Fauzi no. 4 Komp. Kejaksaan Riwayat Pendidikan : 1. SD. Swasta Dharmawanita Medan

2. SMP Negeri I Medan 3. SMA Negeri I Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Workshop Sirkumsisi HMI Koms FK USU 2008 2. Workshop Hewan Coba PIM SCORE 2008

3. WorkshopGood Clinical Practice 2011 4. Workshop pada Temu Ilmiah Nasional

(TEMILNAS) 2011 dengan tema Love Your Self, Love Your Diet

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Keuangan SCORE PEMA FK USU 2009/2010

2. Sekretaris Divisi Jurnal SCORE PEMA FK USU 2009/2010


(61)

3. Anggota Bidang Keuangan HMI Komisariat FK USU 2009/2010

4. Manager Jurnal SCORE PEMA FK USU 2010/2011

5. Anggota Divisi PMC BAPIN ISMKI 2010/2011 6. Sekretaris Eksekutif SCORE PEMA FK USU

2011

Prestasi Yang Pernah Diraih: 1. Juara 2 lomba proposal Penelitian Multi Center (PMC) pada TEMILNAS 2010 dengan judul Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Kota-Kota Urban Di Indonesia.

2. Juara 2 lomba proposal Penelitian Multi Center (PMC) pada TEMILNAS 2011 dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 6-11 Tahun Di Indonesia.


(62)

LAMPIRAN V

Data Induk Responden Penelitian

Gambaran Karakteristik Demografi Penderita Sindrom Depresi Postpartum Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

No Nama Umur Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan Status Perkawinan

Jum Ana

1 AAA 25 SLTA IRT Menikah 1

2 BBB 32 S1 PNS Menikah 1

3 CCC 32 D3 PNS Menikah 1

4 DDD 30 S1 IRT Menikah 2

5 EEE 35 SMA IRT Menikah 2

6 FFF 21 SMK IRT Menikah 2

7 GGG 26 SMA Pegawai swasta Menikah 1

8 HHH 25 D3 PNS Menikah 1

9 III 41 SMP IRT Menikah 6

10 JJJ 27 SMA Pegawai Swasta Menikah 2

11 KKK 29 SMA IRT Menikah 2

12 LLL 30 D3 Pegawai Swasta Menikah 3

13 MMM 31 SD IRT Menikah 2

14 NNN 32 S1 PNS Menikah 1

15 OOO 34 S1 PNS Menikah 2

16 PPP 33 S1 PNS Menikah 1

17 QQQ 26 SMA IRT Menikah 1

18 RRR 37 SMP Wiraswasta Menikah 5

19 SSS 21 SD IRT Menikah 2

20 TTT 24 SMK IRT Menikah 2

21 UUU 27 SMA IRT Menikah 3

22 VVV 27 SMP IRT Menikah 3

23 WWW 24 SMK IRT Menikah 2

24 XXX 23 SMP IRT Menikah 2

25 YYY 27 S1 Pegawai swasta Menikah 1

26 ZZZ 30 SMP IRT Menikah 4

27 AAB 37 SMA IRT Menikah 5

28 AAC 30 SMA IRT Menikah 4

29 AAD 26 SMA PNS Menikah 4

30 AAE 26 S1 PNS Menikah 2

31 AAF 25 SMA Pegawai Swasta Menikah 1

32 AAG 35 SMA IRT Menikah 2

33 AAH 31 SMA IRT Menikah 2

34 AAI 23 SMA IRT Menikah 1

35 AAJ 37 SMA Wiraswasta Menikah 4

36 AAK 30 SMA IRT Menikah 3


(63)

38 AAM 35 SMA IRT Menikah 2

39 AAN 20 SMA IRT Menikah 1


(64)

LAMPIRAN VI

DATA HASIL ANALISIS SPSS 17.0

ANALISIS DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN

1. Umur Statistics

umur responden

N Valid 40

Missing 0

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid dewasa dini 39 97.5 97.5 97.5

dewasa madya 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

2. Status Perkawinan Statistics

status perkawinan

N Valid 40

Missing 0

status perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(65)

3. Pendidikan Statistics

pendidkan terakhir

N Valid 40

Missing 0

pendidkan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 2 5.0 5.0 5.0

SMP 6 15.0 15.0 20.0

SMA 22 55.0 55.0 75.0

Perguruan Tinggi

10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

4. Pekerjaan Statistics

pekerjaan responden

N Valid 40

Missing 0

pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bekerja 16 40.0 40.0 40.0

tidak bekerja 24 60.0 60.0 100.0


(66)

5. Jumlah Paritas Statistics

jumlah anak responden

N Valid 40

Missing 0

jumlah anak responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid primipara 12 30.0 30.0 30.0

multipara 28 70.0 70.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

ANALISIS DISTRIBUSI FREKUENSI ANGKA KEJADIAN SINDROM DEPRESI POSTPARTUM BERDASARKAN SKOR EPDS

Statistics

skor EPDS

N Valid 40

Missing 0

skor EPDS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-10 35 87.5 87.5 87.5

>10 5 12.5 12.5 100.0


(67)

ANALISIS DISTRIBUSI SINDROM DEPRESI POSTPARTUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI 1. Umur Dengan Depresi Postpartum

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur responden * skor EPDS

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

umur responden * skor EPDS Crosstabulation

skor EPDS

Total 0-10 >10

umur responden dewasa dini Count 34 5 39

% within skor EPDS

97.1% 100.0% 97.5%

dewasa madya Count 1 0 1

% within skor EPDS

2.9% .0% 2.5%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

2. Status Pernikahan Dengan Sindrom Depresi Postpartum Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status perkawinan * skor EPDS


(68)

status perkawinan * skor EPDS Crosstabulation

skor EPDS

Total 0-10 >10

status perkawinan menikah Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

3. Pendidikan Dengan Sindrom Depresi Postpartum Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidkan terakhir * skor EPDS


(69)

pendidkan terakhir * skor EPDS Crosstabulation

skor EPDS

Total 0-10 >10

pendidkan terakhir

SD Count 2 0 2

% within skor EPDS

5.7% .0% 5.0%

SMP Count 6 0 6

% within skor EPDS

17.1% .0% 15.0%

SMA Count 20 2 22

% within skor EPDS

57.1% 40.0% 55.0%

Perguruan Tinggi

Count 7 3 10

% within skor EPDS

20.0% 60.0% 25.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

4. Pekerjaan Dengan Sindrom Depresi Postpartum Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan responden * skor EPDS


(70)

pekerjaan responden * skor EPDS Crosstabulation

skor EPDS

Total 1-10 >10

pekerjaan responden bekerja Count 13 3 16

% within skor EPDS

37.1% 60.0% 40.0%

tidak bekerja Count 22 2 24

% within skor EPDS

62.9% 40.0% 60.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

5. Jumlah Paritas Dengan Sindrom Depresi Postpartum Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jumlah anak responden * skor EPDS


(71)

jumlah anak responden * skor EPDS Crosstabulation

skor EPDS

Total 1-10 >10

jumlah anak responden

primipara Count 11 1 12

% within skor EPDS

31.4% 20.0% 30.0%

multipara Count 24 4 28

% within skor EPDS

68.6% 80.0% 70.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS


(1)

5. Jumlah Paritas Statistics jumlah anak responden

N Valid 40

Missing 0

jumlah anak responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid primipara 12 30.0 30.0 30.0

multipara 28 70.0 70.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

ANALISIS DISTRIBUSI FREKUENSI ANGKA KEJADIAN SINDROM DEPRESI POSTPARTUM BERDASARKAN SKOR EPDS

Statistics skor EPDS

N Valid 40

Missing 0

skor EPDS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-10 35 87.5 87.5 87.5

>10 5 12.5 12.5 100.0


(2)

ANALISIS DISTRIBUSI SINDROM DEPRESI POSTPARTUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI 1. Umur Dengan Depresi Postpartum

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur responden * skor EPDS

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

umur responden * skor EPDS Crosstabulation skor EPDS

Total 0-10 >10

umur responden dewasa dini Count 34 5 39

% within skor EPDS

97.1% 100.0% 97.5%

dewasa madya Count 1 0 1

% within skor EPDS

2.9% .0% 2.5%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

2. Status Pernikahan Dengan Sindrom Depresi Postpartum Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status perkawinan * skor EPDS


(3)

status perkawinan * skor EPDS Crosstabulation skor EPDS

Total 0-10 >10

status perkawinan menikah Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

3. Pendidikan Dengan Sindrom Depresi Postpartum

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidkan terakhir * skor EPDS


(4)

pendidkan terakhir * skor EPDS Crosstabulation skor EPDS

Total 0-10 >10

pendidkan terakhir

SD Count 2 0 2

% within skor EPDS

5.7% .0% 5.0%

SMP Count 6 0 6

% within skor EPDS

17.1% .0% 15.0%

SMA Count 20 2 22

% within skor EPDS

57.1% 40.0% 55.0% Perguruan

Tinggi

Count 7 3 10

% within skor EPDS

20.0% 60.0% 25.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

4. Pekerjaan Dengan Sindrom Depresi Postpartum

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pekerjaan responden * skor EPDS


(5)

pekerjaan responden * skor EPDS Crosstabulation skor EPDS

Total 1-10 >10

pekerjaan responden bekerja Count 13 3 16

% within skor EPDS

37.1% 60.0% 40.0%

tidak bekerja Count 22 2 24

% within skor EPDS

62.9% 40.0% 60.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS

100.0% 100.0% 100.0%

5. Jumlah Paritas Dengan Sindrom Depresi Postpartum

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jumlah anak responden * skor EPDS


(6)

jumlah anak responden * skor EPDS Crosstabulation

skor EPDS

Total 1-10 >10

jumlah anak responden

primipara Count 11 1 12

% within skor EPDS

31.4% 20.0% 30.0%

multipara Count 24 4 28

% within skor EPDS

68.6% 80.0% 70.0%

Total Count 35 5 40

% within skor EPDS