Pekerjaan Jumlah Paritas Umur

Berdasarkan Tabel 5.5., karakteristik berdasarkan pendidikan dibagi dalam empat kategorik. Hasil penelitian terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak berpendidikan perguruan tinggi sebanyak tiga orang 60 dan pada kelompok tidak depresi terbanyak berpendidikan SMA sebanyak dua orang 57.1.

d. Pekerjaan

Tabel: 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Sindrom Depresi Postpartum Jumlah Ya Tidak n n Bekerja 3 60 13 37.1 16 Tidak Bekerja 2 40 22 62.9 24 Total 5 35 40 Berdasarkan Tabel 5.6., karakteristik berdasarkan pekerjaan dibagi dalam dua kategorik yaitu bekerja dan tidak bekerja. Hasil penelitian terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang bekerja sebanyak tiga orang 60 dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah yang tidak bekerja sebanyak 22 orang 62.9. Universitas Sumatera Utara

e. Jumlah Paritas

Tabel: 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Jumlah Paritas Jumlah Paritas Sindrom Depresi Postpartum Jumlah Ya Tidak n n Primipara 1 20 11 31.4 12 Multipara 4 80 24 68.6 28 Total 5 35 40 Berdasarkan Tabel 5.7., karakteristik berdasarkan jumlah paritas dibagi dalam dua kategorik yaitu primipara dan multipara. Hasil penelitian terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak adalah yang multipara sebanyak empat orang 80 dan pada kelompok tidak depresi terbanyak adalah yang multipara sebanyak 24 orang 68.6.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan Skor

Edinburgh Postnatal Depression Scale EPDS. Depresi postpartum merupakan suatu depresi yang relatif berat dan timbul setelah melahirkan Seminum, 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden didapati sebanyak lima orang diantaranya atau sebesar 12.5 memiliki skor EPDS 10 yang berarti mengalami sindrom depresi postpartum. Sebanyak 35 orang 87.5 tidak mengalami sindrom depresi postpartum dan memiliki skor EPDS ≤ 10. Hasil pada penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan di bangsal rawat inap RSUP. Haji Adam Malik Medan yang mendapatkan hasil sebesar 16 mengalami sindrom depresi postpartum dan yang tidak mengalami depresi postpartum sebesar 84 Sari, 2009. Penelitian yang dilakukan di kabupaten Nias, Sumatera Utara dengan metode case control, mendapatkan hasil Universitas Sumatera Utara sebesar 48,9 kelompok control tidak mengalami depresi dan 51,1 mengalami depresi, responden kelompok case 87.5 tidak mengalami depresi dan 12.5 mengalami depresi postpartum Nazara, 2009. Hasil penelitian yang dilakukan di bagian kebidanan RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta memperoleh prevalensi sebesar 11.3 ibu mengalami depresi ringan, 1.9 mengalami depresi sedang, dan 0.5 mengalami depresi berat setelah melahirkan Papayungan, 2005 dalam Zahra, 2010. Penelitian yang dilakukan Gotlib dan kawan-kawan mendapati sebesar 6.8 ibu mengalami depresi postpartum Gotlib, dkk, 1989.

5.2.2. Distribusi Angka Kejadian Sindrom Depresi Postpartum Berdasarkan

Karakteristik Demografi

a. Umur

Berdasarkan Tabel 5.3. terlihat bahwa responden yang mengalami sindrom depresi postpartum terbanyak pada kelompok usia dewasa muda sebanyak lima orang 100 dan pada kelompok tidak depresi terbanyak pada kelompok usia dewasa muda sebanyak 34 orang 97.1. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nielsen dan kawan- kawan mendapatkan prevalensi sebesar 34.6 yang menderita depresi postpartum pada yaitu kelompok umur 30-34 tahun yang merupakan kelompok umur dewasa Nielsen, dkk, 2000. Penelitian yang dilakukan Sari mendapatkan hasil dimana kelompok umur yang paling banyak mengalami depresi 25-29 tahun dan 30-34 tahun Sari, 2009. Hasil penelitian ini berbeda hasil dengan penelitian yang dilakukan Novianti pada ibu primigravida yang mendapatkan hasil dimana ibu yang mengalami depresi postpartum adalah ibu yang berumur kurang dari 20 tahun 57.45. Peluang untuk mengalami depresi postpartum sebesar 3.16 kali dibanding dengan ibu yang berumur 20-30 tahun Novianti, 2009. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada usia kurang dari 20 tahun perempuan dianggap belum siap secara mental untuk menjadi seorang ibu. Universitas Sumatera Utara

b. Status Pernikahan