2.3 Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Koagulan
Kelor Moringa oleifera termasuk famili Moringaceace, merupakan suatu genus tunggal dari famili pohon semak belukar yang dibudidayakan di seluruh
daerah tropis dan dimaanfaatkan untuk berbagai kepentingan jahn dalam Muyibi dan Evison, 1995.
Beberapa pemaanfaatan kelor : Daun dan buah mudanya dapat dipergunakan sebagai sayuran bergizi tinggi atay sebagai pakan ternak. Bunganya dapat digunakan
untuk membuat teh. Biji dari buahnya yang masih berwarna hijau dapat dimakan seperti kacang – kacangan direbus dan digoreng. Bijinya yang sudah tua
mengandung sekitar 40 minyak yang dapat digunakan untuk memasak, bahan pembuat sabun dan kosmetika atau sebagai minyak lampu. Selain itu bijinya yang
sudah tua tersebut juga dapat digunakan sebagai koagulan alamiah untuk menjernihkan air. Kayu kelor sangat baik dijadikan pulp. Kulit kayunya dapat
digunakan untuk membuat keset kaki dan tali. Semua bagian tumbuhan termasuk akar digunakan dalam berbagai obat tradisional. Tumbuhan ini memiliki peluang
menjadi tanaman paling popular dalam ECHO’s seed dari tumbuhan tropis yang kurang dimanfaatkan Price, 2002
Percobaan di Malawi pada pilot and full scale treatment menggunakan unit pengolahan air yang terdiri dari floccolator-clarifiers, rapid gravity filter dan diikuti
khlorinasi, laju alir 60 m
3
jam, menunjukan bahwa koagulan serbuk biji kelor dapat menurunkan kekeruhan air sungai yang keruh dari 270-380 NTU menjadi di bawah 4
NTUSutherland, et al.1994
Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor Moringa Oleifera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Muyabi dan Evison 1995 biji kelor juga dapat digunakan untuk melunakkan air sadah.
Hasil penelitian Husin dan Pandia, S 2003 menunjukkan bahwa, dalam penggunaan biji kelor sebagai koagulan dalam prosese pengolahan air sungai untuk
menyisihkan kandungan Total Suspended Solid TTS, kekeruhan turbidity dan Total Dissolved Solid TDS diperlukan waktu pengendapan agar flok – flok yang
terbentuk memiliki kesempatan turun ke dasr tangki sedimentasi. Waktu pengendapan efektif didapatkan sekitar 2 dua jam pertama.
Menurut Ndabigengesere Chandra, 1998, biji kelor mengandung suatu zat aktif active agent 4
g – 4r – rhamnosyloxy – benzyl – isothiocyanate sebagai protein kationik. Zat aktif ini dapat membantu menurunkan gaya tolak menolak antara
partikel koloid adalam air, sehingga dapat digunakan sebagi bahan koagulan dalam proses pengolahan air. Dalam proses koagulasinya, biji kelor memberikan pengaruh
kecil terhadap derajat keasaman dan konduktifitas. JumLah lumpur yang diproduksi biji kelor lebih sedikit dari jumLah lumpur yang diproduksi oleh ferro sulfat sebagai
koagulan. Biji kelor oringa oleifera seeds diketahui mengandung polielektrolit
kationik dan flokulan alami dengan komposisi kimia berbaris polipeptida yang mempunyai berat molekul mulai dari 6000 sampai 16.000 Dalton, mengandung
asam-asam amino terutama asam glutamat, metionin dan arginin Jhan, 1986; Folkard et al., 1986-1988; Kaser et al., 1990; Bina, 1991 dalam Muyibi dan Evison,
1995; Narasiah et al., 2002.
Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor Moringa Oleifera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009
USU Repository © 2008
Biji kelor sebagai koagulan dapat digunakan dengan dua cara yaitu : biji kering dengan kulitnya dan biji kering tanpa kulitnya Ndabigengesere et al, 1995.
Hasil analisa elemen pada biji kelor untuk biji dengan kulit, 6,1 N ; 54,8 C; dan 8,5 H, sedangkan untuk biji tanpa kulit, 5,0 N; 53,3 C dan 7,7 H dalam
berat sedang sisanya terdiri dari oksigen Ndabigengesere et al, 1995. Kandungan protein, lemak dan karbohidrat biji kelor dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Kandungan protein, lemak dan karbohidrat dalam biji kelor dalam Berat
No. Preparat Biji
Kelor Protein
Lemak Karbohidrat
1 Biji dengan kulit a Bubuk
36,7 34,6
5,0 b Larutan
0,9 0,8
- c Padatan residu
29,3 50,3
1,3
2 Biji tanpa kulit
a Bubuk 27,1
21,1 5,5
b Larutan 0,3
0,4 -
c Padatan residu 26,4
27,3 -
Sumber : Ndabigengesere et al 1995 Efektifitas koagilan oleh biji kelor ditentukan oleh kandungan protein
kationik yang bertegangan rapat denga berat molekul sekitar 6,5 Kdalton. Zat aktif active agent yang terkandung dalam biji kelor yaitu 4
g-4-rhamnosyloxy – benzyl – isothiocyanate Sutherland et al, 1990; Muyibi dan Evison, 1995; Okuda et al, 2001.
Prinsip utama mekanisme koagulasinya adalah adsorpsi dan netralisasi tegangan protein tersebut Ndabigengesere et al, 1995. Dalam proses koagulasinya, biji kelor
Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor Moringa Oleifera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009
USU Repository © 2008
memberikan pengaruh yang kecil terhadap derajat keasaman dan konduktifitas. Jumlah lumpur yang diproduksi biji kelor lebih sedikit dari jumlah yang diproduksi
oleh ferro sulfat sebagai koagulan Chandra, 1998. Bahan koagulan dalam biji kelor adalah protein kationil; yang larut dalam air.
Potensial zeta larutan 5 biji kelor tanpa kulit adalah sekitar + 6 mV Ndabigengesere et al, 1995. Hal ini menunjukkan bahwa larutan ini didominasi
oleh tegangan positif meskipun merupakan campuran heterogen yang kompleks. Potensial zeta air sintetik – 46 mV. Hal ini menunjukkan bahwa pada pH netral,
partikel-partikel bermuatan negatif. Akibatnya koagulasi partikel tersuspensi dengan biji kelor dipengaruhi oleh proses destabilisasi tegangan negatif koloid oleh
polielektrolit kationik. Mekanisme yang paling mungkin terjadi dalam proses koagulasi adalah
adsorpsi dan netralisasi tegangan atau adsorpsi dan ikatan antar partikel yang tidak stabil. Dari kedua mekanisme tersebut, untuk menentukan mekanisme mana yang
terjadi merupakan suatu hal yang sangat sukar karena kedua mekanisme koagulasi dengan biji kelor adalah adsorpsi dan netralisasi tegangan Sutherland, 1990.
Penggunaan biji kelor sebagai koagualn dilakukan dengan cara terlebih dahulu membuat larutan biji kelor yang terdiri dari 5 gram biji kering yang
dihaluskan dicampur dengan 100 mL aquadest, kemudian campuran tersebut digunakan sebagai koagulan sebagaimana lazimnya penggunaan koagulan lain.
Dalam hal ini dapat digunakan biji kering dengan kulit dan biji kering tanpa kulit. Namun, biji kering dengan kulit lebih efektif dari pada biji tanpa kulit. Hal ini diduga
Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor Moringa Oleifera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009
USU Repository © 2008
karena biji kulit mengandung lebih banyak protein kationik dari pada biji tanpa kulit. Chandra, 1998.
Sumber : Ndabigengesere et al 1995 Gambar 1. Biji Kelor
2.4 Koagulan Aluminium Sulfat