4.4. Pengaruh Dosis Koagulasi Terhadap Perubahan COD Limbah Cair Industri Pencucian Jeans
Pada Tabel 5. dibawah ini terlihat bahwa penurunan COD pada dosis koagulan yang optimal dengan limbah cair industri pencucian jeans.
Tabel 5. Hubungan Dosis Koagulasi dengan COD Limbah Cair Industri tekstil Pencucian Jeans
No. Jenis Koagulan Optimum
Dosis Koagulan Optimum mgL
COD Akhir mgL
1. 2.
3. Biji Kelor
Alum Alum + Biji Kelor
1250 1250
1000 + 1000 265,30
50,53 308,59
COD limbah murni; 1099,12 mgL
Dari Tabel 5. diatas dengan menggunakan koagulan optimum yang dihasilkan dari penelitian dengan menggunakan koagulan Alum, biji kelor dan variasi Alum +
biji kelor di dapatkan hasil optimum. Dari hasil yang optimum tersebut diperoleh hasil pengujian COD seperti yang terdapat pada Tabel di atas, pada limbah murni
nilai COD nya adalah 1099,12 mgL sedangkan pada biji kelor dapat menurunkan COD limbah cair industri pencucian jeans menjadi 265,30 mgL dengan dosis
koagulan 1250 mgL limbah. Hal ini menunjukkan bahwa biji kelor mempunyai
Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor Moringa Oleifera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009
USU Repository © 2008
kemampuan untuk menurunkan bahan organik dengan cara koagulasi. Penurunan bahan tersebut akan menyebabkan berkurangnya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan tersebut sehingga nilai COD akan turun. Pada alum dosis 1250 mgL limbah COD turun menjadi 50,53 mgL sedangkan variasi alum dan biji
kelor dengan dosis 1000 +1000 mgL limbah COD turun menjadi 308,59 mgL. COD dapat disebabkan oleh faktor pencampuran dan faktor pengendapan
sehingga proses koagulasi bahan organik penyebab tingginya nilai COD dalam limbah tidak sempurna terjadi. Selain itu hal ini bisa disebabkan karena pada waktu
menganalisa COD dilakukan pengenceran hingga 10 kali dan titrasi dengan larutan FAS yang membutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga perhitungan COD benar-
benar tepat. Menurut Kep-51MENLH101995, baku mutu limbah yang dapat dibuang kelingkungan adalah 100 mgL. Sehingga parameter COD belum memenuhi
baku mutu yang ditetapkan oleh Kep-51MENLH101995 sehingga perlu dilakukan Penanganan lanjutan.
Hasil yang optimum diperoleh dari penelitian penggunaan dosis koagulan alum dan biji kelor terhadap penyisihan kekeruhan limbah cair industri pencucian
jeans pada pH 7,8 ialah dosis alum 1250 mgL limbah kekeruhan 80,05 sedangkan untuk biji kelor dosis 1250 mgL limbah kekeruhan 77,77.
Menurut Amdani K 2004, pengaruh biji kelor, pH dan dosis koagulan sangat nyata terhadap kekeruhan tersisihkan limbah cair pencucian jeans. pH
optimum koagulasinya 3 tiga kekeruhan tersisihkan 83,03. Pada tawas, pH optimumnya adalah 6 enam dan kekeruhan tersisihkan 84,95. Dosis optimumn
Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor Moringa Oleifera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009
USU Repository © 2008
biji kelor adalah 120 mg250 mL atau 480 mgL dengan kekeruhan tersisihkan 92,21 pada tawas dosis optimumnya adalah 60 mg250 mL atau 240 mgL dengan
kekeruhan tersisihkan 94,25. Menurut Enrico B 2008, penggunaan biji asam jawa sebagai koagulan
terhadap penyisihan kekeruhan limbah cair industri tahu pada pH 4 dosis 3000 mgL mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 83,61, sedangkan untuk alum pH 6 dosis
1000 mgL dapat menyisihkan kekeruhan sebesar 95,73. Perbedaan yang dilakukan peneliti dengan Amdani K dan Enrico B adalah
peneliti disini menggunakan pH basa sedangkan Amdani K dan Enrico B menggunakan pH asam. Maka lebih efektif menggunakan pH basa dibandingkan
dengan pH asam dari segi ekonimisnya, karena peneliti menggunakan pH limbah
alamiah basa sedangkan Amdani K dan Enrico B memvariasikan pH limbah.
Ahmad Mulia Rambe : Pemanfaatan Biji Kelor Moringa Oleifera Sebagai Koagulan Alternatif Dalam Proses Penjernihan Limbah Cair Industri Tekstil, 2009
USU Repository © 2008
V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan