Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Metodologi Penelitian

Dijk yang terdiri tiga elemen yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Jadi, dalam menganalisa data pada tahapan ini penulis selain memperhatikan bagaimana teksscript dalam berita ”Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali di koran Tempo .” yang terdapat kandungan moral itu di bentuk. Untuk selanjutnya penulis akan menafsikan atau menginterpretasikan makna yang tersembunyi dalam teks tersebut, kemudian diambil kesimpulan guna mencari jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dengan adanya kesimpulan tersebut diharapkan penulis bisa lebih terarah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai skripsi ini maka penulis akan menguraikan dalam 5 bab. BAB 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini memberikan gambaran atau kerangka dari penelitian yang dilakukan. BAB II Kajian Teoritis, pada bab ini penulis menjelaskan landasan teori yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini meliputi Analisis Wacana, Kerangka Analisis Wacana, konseptualisasi berita dan pengertian pesan moral. BAB III Gambaran umum Koran Tempo, penulisakan menggambarkan mengenai sejarah berdiri Koran Tempo, Visi dan Misi Koran Tempo, Struktur organisasi Koran Tempo dan Rubrikasi Koran Tempo. BAB IV Hasil penelitian, menguraikan Wacana Pesan Moral dalam berita Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali di koran Tempo dilihat dari segi teks, Kognisi Sosial dan Konteks Sosial. BAB V Penutup, menguraikan kesimpulan berdasarkan pada bab - bab sebelumnya, peneilitan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka. 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. ANALISIS WACANA 1. Pengertian Analisis Wacana

Pengertian analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan wacana. Analisis menurut Kamus Besar Indonesia KBBI adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya, penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta karya sastra atau unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut. 1 Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wakwakuak yang memiliki arti „berkata‟ dan „berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata „ana‟ yang berada dibelakang adalah bentuk sufiks akhiran yang bermakna „membendakan‟ nominalisasi. Dengan demikian, kata wacana dapat dilakukan sebagai perkataan atau tuturan. 2 Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguistik ahli Bahasa di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris, „discourse‟, kata „deiscourse‟ sendiri berasal dari bahasa Latin, discursus lari ke sana lari ke mari. Kata ini diturunkan dari kata „dis‟ dandalam arah yang berbeda-beda dan kata „currere‟ lari. 3 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang 1 Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-1 1998, h. 32 2 Deddy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005 h. 3 3 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, Yogyakarta, Kanisius, 1993 h. 3 merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, artikel. 4 Definis klasik wacana berasal dari asumsi-asumsi formalis dalam istilah Hymes 19 74b, “struktural”, mereka berpendapat bahwa wacana adalah “bahasa di atas kalimat atau di atas klausa” Stubbs 1983:1. 5 Van Dijk 1985:4 mengamati bahwa karakteristik deskripsi struktural wacana pada beberapa perbedaan unit, kategori bentuk sistematik atau hubungan-hubungan yang berbeda. Lajutnya, menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya atas dasar dimensi teks semata, karena teks tersebut merupakan hasil praktik produksi yang harus diamati juga. Van Dijk menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah bangunan teoritis yang abstrak the abstract theoritical construct dengan begitu wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan wacana teks. 6 Secara ringkas atau sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Wacana sebagai upaya untuk mengungkap makna yang tersirat dari subjek yang mengungkapkan pernyataan tersebut. Caranya, adalah dengan meletakkan posisi pada si pembicara dengan mengikuti struktur makna dari pembicara tersebut. Jika dicoba untuk merumuskan, analisis wacana adalah studi tentang struktural pesan dalam komunikasi. Dalam pandangan LittelJohn, 19996:84-85. Pertama, seluruhnya mengenai cara-cara wacana disusun, prinsip yang digunakan oleh komunikator untuk menghasilkan dan memahami percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya. Kedua, wacana 4 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta, Modern English Press, edisi ke -3 2002, h. 1709 5 Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 28 6 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian, Malang: Bayu Media, 2004, h. 4